Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Kinara. Kamu kinara kan?" tanya seorang wanita berpakaian sexy mendekat bersama dengan tiga temannya ke meja dimana Kinara dan Abidzar sedang makan siang di Foodcourt yang ada di mall tersebut. Kirana mengerutkan kening melihat ke arah mereka.
"Apa kau lupa? Aku Tania." ujarnya sambil melirik ke arah pria yang berada di depan Kinara.
"Oh, maaf aku lupa. Apa kabar?" tanya Kinara malas. Dia baru ingat jika Tania adalah wanita yang paling menyebalkan dan bilang gosip di kampus. Dan sampai saat ini, wanita itu juga belum lulus kuliah.
"Seorang Tania selalu baik dong. Oh iya, siapa dia? Gak ada niatan kenalin ke kita?" tanya Tania dengan nada suara meledek dan terkesan ingin tertawa saat melihat penampilan culun Abidzar.
"Oh, mau tau banget ya. Perkenalkan ini adalah Mas Bizar. Suami aku." jawab Kinara tanpa malu membuat Abidzar menatap ke arah Kinara. Sedangkan ketiga orang perempuan yang berdiri di depan mereka saling pandang dan kemudian tertawa.
"Seriusan dia suami kamu?" tanya Tania sambil tersenyum remeh.
"Kenapa memangnya. Sini gak usah Candid. Kalian mau foto kami kan?" Kinara mengambil ponsel yang ada di tangan teman dari Tania.
"Mas sini kita pose. Mereka butuh bahan untuk di upload di grup kampusku." Kinara meminta Abidzar mendekat kemudian memotret dirinya.
"Nih, lain kali mintalah baik-baik tidak usah sembunyi-sembunyi seperti itu. Niat kalian ingin mempermalukan aku di grup kampus kan? aku tak peduli. Lakukanlah." tambah Kinara setelah mengembalikan ponsel dan kembali duduk menikmati makanannya.
"Aku gak nyangka. Primadona kampus malah menikah dengan pria culun seperti ini. Belum lagi dia juga kelihatannya lebih tua."ujar Tania meledek Kinara.
"Apa ada yang salah? Apa kehidupanku sebegitu menariknya untuk kalian?" kesal Kinara sambil menyimpan sendok dengan kasar. Rasanya dia sudah sangat kesal kepada mereka.
"Kita pergi dari sini sayang, jangan ladeni mereka yang hanya sirik dengan kehidupan orang lain." Ajak Abidzar menarik tangan Kinara untuk menjauh dari mereka.
"Nikah sama pria culun dan tua saja belagu. Eh, cepet upload di grup kampus. Pasti akan heboh sekali." ujar Tania kemudian mengambil ponsel miliknya dan mengupload foto kebersamaan Kinara dan Abidzar.
"Apa mereka selalu begitu?" tanya Abidzar. Kirana mengangguk.
"Sudah biasa. Sedari kecil menghadapi orang-orang yang yang sifatnya tak jauh dari mereka. Jadi santai saja tidak perlu merasa kasihan padaku Mas." jawab Kinara sambil tersenyum.
Senyum untuk menyembunyikan luka hatinya, bukan hanya Adisty kakaknya itu yang selalu berusaha untuk menjelekkan dan memiliki yang Kirana miliki. Tapi hampir banyak teman kampus wanitanya tidak suka kepada Kirana, karena dia memang gampang bergaul dengan anak-anak kampus pria yang memang sama-sama suka otomotif. Kedekatan mereka hanya sebatas itu tak lebih. Tapi mahasiswa perempuan melihatnya lain. Kinara tak pernah ambil pusing akan hal itu.
"Sudahkah, kita mau kemana lagi? Tapi sebelumnya, bolehkah aku mau beli minuman coklat dingin dulu? Tadi belum sempat minum." ujar Kinara yang diangguki oleh Abidzar.
Setelah membeli minuman, Abidzar mengajak kinara untuk berbelanja pakaian dan kebutuhan lainnya.
"Kita kan sudah belanja kemarin. Lalu mau beli apa lagi? Bukannya belum gajian kan?" tanya Kinara membuat Abidzar terdiam.
"Gajianku baru masuk." bohong Abidzar.
"Tapi bingung mau beli apa. Kebutuhan kamar mandi dan dapur sudah cukup untuk satu minggu kedepan." jawab Kinara.
"Apa kamu gak mau membeli pakaian?" tanya Abidzar.
"Masih banyak yang layak dipakai. Jangan boros-boros, baru juga dapat gaji masa langsung abis." jawab Kinara membuat Abidzar diam dan bingung. Jika saja itu Gladis, saat melihat gerai Branded dia pasti akan merengek dan minta di belikan oleh Abidzar. Tapi Kirana adalah Kirana. Dia wanita yang berbeda dengan Gladis.
"Tarus kita mau kemana? Masih banyak waktu, karena kita harus pulang malam." tanya Abidzar. Kinara juga bingung.
"Entahlah, aku juga bingung. Soalnya kalau libur kan enaknya rebahan di kasur. Tidur seharian, aku gak pernah kemana-mana." jawab Kinara jujur.
"Kamu suka pantai?" tanya Abidzar.
"Jangan bilang tengah hari begini kita ke pantai." Kinara memicingkan matanya.
"Kenapa tidak? Ayo." ajak Abidzar berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Kinara yang misuh-misuh karena tengah hari bolong begini malah ke pantai.
"Mau ngapain tengah hari ke pantai?" kesal Kinara.
"Berjemur." jawab Abidzar santai.
"Astaghfirullah. Mending kita pulang aja deh. Nonton sambil ngobrol sama kedua orang tua kita." jawab Kinara yang malas sekali ke pantai.
"Mereka sedang me time pergi jalan-jalan juga. Dan kunci rumah di bawa mereka. Percuma pulang gak bisa masuk rumah." jawab Abidzar.
"Ck, kenapa mereka selalu saja punya ide aneh." kesal Kinara.
"Terima sajalah." jawab Abidzar dan kembali fokus dengan kemudinya. Sedangkan Kinara menatap ke arah jendela dan tanpa terasa malah tertidur.
"Dia malah ngorok." ujar Abidzar melihat ke arah Kinara saat mereka baru saja tiba di area pantai.
Akhirnya Abidzarpun duduk dan membuka pintu mobil sambil menunggu Kinara bangun. Kinara terlelap sampai tidak sadar jika mereka sudah tiba. Abidzar menatap dalam ke arah Kinara, ada rasa kasihan yang menyeruak di dalam hati Abidzar.
"Kamu ternyata wanita yang kuat, pantas saja kamu tak banyak mengeluh selama dua hari bersama. Bahkan kamu lebih mementingkan kebutuhan ibuku sebelum aku berikan padamu. Kamu dan Gladis memang berbeda. Dia tak pernah mengingat Mama, bahkan hari ulang tahunnya dia tak pernah mau datang dan dengan berbagai alasan untuk tidak hadir. Tapi rasa cintaku kepada Gladis terlalu besar sehingga aku abaikan semuanya. Maaf karena aku juga tak bisa membuka hatiku untukmu. Hatiku terlalu di penuhi dengan cinta kepada Gladis. Aku harap setelah orang tua kita bahagia dengan melihat kebersamaan kita, kelak kamu akan menemukan pria yang mencintaimu sepenuh hati. Walau kebahagiaan itu hanya semu semata."ujar Abidzar.
Tak lama Kinara terbangun dari tidurnya. Dia mengerjakan dan melihat ke sekeliling.
"Sudah tidurnya?" tanya Abidzar.
"Loh memang aku selama itu tidur?" tanya Kinara.
"Tidak hanya satu jam. Turun." ujar Abidzar. Dia berjalan lebih dulu.
Sedangkan Kinara masih berdiri di belakang Abidzar. Kinara mendengar semua yang di ucapkan oleh Abidzar. karena saat akan bangun Abidzar malah berbicara, sehingga Kinara berpura-pura tertidur. Kinara menghela nafas panjang. Ada rasa bersalah kepada kedua orang tua mereka. Karena tetap saja mereka saat ini sedang membohongi mereka dan diri sendiri.
"Mau diam saja?" teriak Abidzar berbalik dan melihat Kinara masih berdiri mematung di samping mobil. Kinara berjalan mengikuti langkah Abidzar. Langkah panjang pria itu rasanya memang tak bisa dia imbangi. Seperti halnya hati suaminya yang tak mungkin dia raih. Kinara tak pernah Mempermasalahkan penampilan Abidzar karena dia sudah menerima Abidzar sebagai suaminya saat pria itu mengucapkan kalimat sakral. Tapi ternyata hal itu berbeda dengan Abidzar. Wajah cantik Kinara tak mampu membuat Abidzar berpaling dan mulai mencintainya.