NovelToon NovelToon
Cafe Memory

Cafe Memory

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Karir / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

​Kematian, tentu saja tidak ada seorang pun yang suka menghadapi kematian, namun hal ini dengan jelas tentu tak dapat terhindari. Namun bagaimana kamu akan menghadapi kematian tersebut? Terlebih kematian seseorang yang sangat berharga bagimu? Bagaimana kamu akan menghadapi kematian seseorang yang kamu harapkan tetap bersamamu untuk seluruh sisa hidupmu? ​Ethan tak pernah membayangkan dirinya akan berdiri di hadapan kuburan teman masa kecilnya yang juga merupakan cinta pertamanya, bahkan setelah bertahun-tahun kematian itu berlalu, Ethan masih tak percaya gadis itu telah pergi meninggalkannya sendirian disini. Satu hal yang selalu Ethan sesali bahkan setelah belasan tahun, dia menyesal tak bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, karena sikap pengecutnya, dia tak pernah bisa memberitahukan perasaannya yang sudah lama ia pendam pada gadis itu. ​“Papa!” Ethan tersadar dari lamunannya, dia berbalik dari batu nisan itu kearah asal suara. Gadis kecil berusia 7 tahun yang imut dalam balutan dres bunga-bunga pink nya berlari dengan susah payah mendekati pria itu. “Jangan lari, nanti kamu jatuh” pria dewasa itu mengangkat tubuh gadis kecil itu lalu mengendongnya dalam pelukannya. Dia pergi mendekati wanita yang berdiri tak jauh dari sana, mereka bertiga berjalan semakin jauh meninggalkan kuburan itu lagi, meninggalkan batu nisan dan penghuni di dalamnya lagi, mungkin Ethan akan kembali kesini atau mungkin ini akan menjadi kali terakhir dia berdiri di hadapan sahabatnya yang sudah tertidur bertahun-tahun itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 06

Ethan kini sudah terbiasa dengan semua yang mereka lakukan tentang bulu tangkis, dia sudah bisa menguasai kuk dan permainannya tak begitu buruk, walaupun begitu tentu saja Jihan lebih ahli darinya.

“bagaimana latihan kalian?” tanya ibu Ethan saat mereka makan malam hanya berdua.

“baik, mungkin bulan depan Jihan bisa ikut semacam kompetisi dan dia menjadi tak sabar itu itu” jawab Ethan sambil menambah nasi dan semua jenis lauk pauk ke dalam piringnya hingga piring itu terlalu penuh. Ia tidak tau kenapa selama dia mulai berolahraga, melakukan beberapa pekerjaan fisik dia menjadi lebih gampang lapar tapi dia masih terlihat kurus. Lucu sekali jika melihat sekarang dirinya lebih tinggi dari Jihan, gadis itu hanya tumbuh sampai bahunya padahal dulu tinggi mereka hampir sama dan mungkin bahkan lebih tinggi Jihan sedikit.

“hanya dia yang ikut? Bagaimana denganmu?” tanya ibunya lagi.

“aku juga ikut tapi aku tidak yakin bisa, ini pertandingan solo”

“kenapa? Kamu juga tidak seburuk itu kok” sejujurnya Ethan tak ingin bertanding dengan Jihan karena kompetisi itu solo bukan tim, Ethan tidak bermaksud terlalu percaya diri dan dapat mengalahkan Jihan, dia hanya tak ingin bertanding dengan gadis itu.

​Ethan memperhatikan Jihan sangat fokus berlatih, tiba-tiba dia tidak ingin mengikuti kompetisi itu dan hanya ingin menonto Jihan dari podium penonton, dia ingin bersorak dan menyemangati gadis itu.

“kamu gak latihan?” tanya Jihan saat dia selesai berlatih dengan orang lain, terkadang partner berlatih mereka memang acak-acak agar mereka bisa sama-sama berkembang dan mengenali lebih banyak jenis pemain.

“ah iya… aku berlatih” Ethan tampak ragu. Dia sebenarnya tidak terlalu membenci olahraga ini dan dia juga tidak begitu memaksakan dirinya bermain hanya untuk Jihan. Dia juga bisa menikmati semuanya, setiap latihan yang dia lakukan, semua waktu yang dia kerahkan, dan Ethan paling suka saat dia bisa bermain bulu tangkis bersama Jihan. Mereka duduk di rumput sintetis yang dirawat dengan baik itu, Ethan memberikan sebotol air mineral pada Jihan yang langsung diminumnya.

“aku… kupikir aku hanya ingin menyemangatimu kali ini, aku akan jadi suportermu” kata Ethan membuat Jihan beralih menatapnya.

“kenapa?” tanya gadis itu tak mengerti.

“yeah aku hanya menyukainya, aku hanya ingin mendukungmu kali ini karena ini kompetisi pertamamu, aku akan ikut lain kali” kata Ethan menjelaskan.

“tapi kamu menyukainya kan?! Bulu tangkis?”

“eum aku suka” mereka sama-sama tersenyum dengan lebar.

“kalau begitu tuan Ethan Geraldo, tolong jadi supporter utamaku ya, bersoraklah lebih kencang dari yang lain agar aku bisa mendengarmu” kata Jihan sambil bangkit dari duduknya dan mengunakan botol air sebagai mic nya.

“tentu saja, dan pastikan kamu harus menang”

​Walaupun Ethan mengundurkan diri dari kompetisi itu, dia tetap rajin berlatih dan terkadang berlatih bersama Jihan di luar latihan mereka bersama coach Daniel. Jihan sudah berkembang dengan pesat, dia terlihat sangat professional. Bahkan saat harus menghadapi ujian kenaikan kelas, Jihan tetap tidak pernah meninggalkan latihan bulu tangkisnya, dia sangat bertekad dengan hal ini. di beberapa hari lainnya terkadang Ethan menemukan lembam dan luka baru di tubuh gadis itu, di lengan dan kakinya, Jihan mulai menutupi lembam-lembam di wajahnya dengan make up. Ethan merasa sangat miris dengan hal itu, dia tak pernah bisa melakukan apapun untuk menghentikan siksaan yang diterima Jihan. Ethan bisa saja menelepon rumah sakit atau tempat rehabilitasi, namun dia tidak bisa melakukan hal itu karena Jihan tak ingin ibunya dikurung. Dia selalu bilang walaupun beliau begitu tetap saja itu ibunya dan hanya ibunya satu-satunya keluarga yang dimiliki Jihan, jadi tak ada yang bisa dia lakukan.

​Hari ini mereka pulang terlambat karena jabwal latihan Jihan meningkat, kompetisi itu tak lama lagi hanya tinggal beberapa minggu jadi dia harus berlatih lebih ekstra. Mereka berjalan santai bersebelahan sambil memakan roti panas yang baru dikukus. Ethan tiba-tiba membayangkan dirinya tanpa Jihan, apa yang sekarang tengah dia lakukan? Orang seperti apa dia? Apa dia akan terus menjadi anak penjahat dan tak memiliki satu orang teman pun?! Dan dia sangat bersyukur memiliki Jihan, dia ingin Jihan selamanya bersamanya, bahkan untuk seluruh sisa hidup yang dia punya.

“nah” Jihan menyodorkan rotinya yang berisi kacang merah kearah Jihan, berbeda dengan milik gadis itu yang berisi cokelat.

“tumben sekali” walaupun berkomentar seperti itu, Jihan tetap tidak ragu untuk memakannya.

​Hari ini Viola menikah bersama Jacob. Untung saja Viola membuat acara sebelum kompetisi Jihan, jadi gadis itu bisa menghadiri acaranya bahkan seharian penuh, tidak apa-apa untuk melewati latihan sehari untuk acara yang super spesial. Dari pihak Viola tak banyak yang diundang dan walaupun sedikit kaget kedua orang tuanya tetap datang. Acara itu sangat mewah, Jihan menjadi salah satu bridel maid dan dia memakai pakaian yang indah berwarna abu-abu senada dengan bridel maid lainnya. Ethan bertugas untuk membawakan cincin pernikahan setelah kedua orang itu mengucapkan sumpah pernikahan mereka. Viola terlihat luar biasa cantik, dimata Jihan dia terlihat seperti tuan putri yang datang dari dunia dogeng.

“saat aku menikah, aku juga ingin seperti itu” komentar Jihan masih terpaku menatap sosok Viola yang berada bersama Jacob di atas altar.

“eum mungkin kamu bahkan lebih cantik” gumam Ethan sambil menatap lekat Jihan.

“apa?” Jihan tak begitu jelas mendengar perkataan Ethan karena orang-orang mulai bertepuk tangan dan bersorak.

“bukan apa-apa” Ethan mengalihkan wajahnya saat ditatap balik oleh Jihan, wajahnya memerah karena malu. Ethan bahkan walaupun sudah kelas 8 SMP, tetap menjadi anak kaku dan pemalu, dia juga sedikit penakut. Ethan masih mudah takut dan berkeringatan. Setelah semua resepsi selesai, mereka mengajak Ethan dan Jihan untuk berfoto bersama lalu berfoto dengan semua orang. Viola menyuruh Ethan dan Jihan tetap berada disana untuk berfoto berdua saja, dia bahkan menyuruh Jihan memegang lengan Ethan, sebelum fotografer itu mengambil gambar mereka, Viola dengan cepat menyodorkan bunga yang dia pegang pada Jihan Dan hasil foto itu sangat manis.

“pengantin cilik kita” komentarnya pada Jacob dan pria itu tersenyum tulus seraya menganguk setuju.

​Hari ini merupakan pertandingan bulu tangkis pertama Jihan, dia membawa ibunya datang karena dia sudah memberi ibunya obat, sepertinya wanita itu akan tenang. Dia ingin ibunya juga menonton dirinya bertanding dan merasa bangga padanya. Ethan sedari tadi sudah datang bersama ibunya, sebelum dimulai mereka bahkan sempat berbicara. Ethan memeluk Jihan memberikan semangat dan dorongan untuk sahabatnya itu. ada Jacob dan Viola juga yang datang untuk melihatnya bertanding. Putaran pertama dimulai, Jihan dapat bertahan seperti yang diharapkan semua orang. Ethan sungguh bersorak dengan kencang agar gadis itu dapat mendengarnya, dia bahkan menyiapkan papan bertuliskan go ji go ji dengan potongan wajah paling lucu Jihan. Awlanya dia malu dengan papan itu dan memaksa Ethan untuk membuangnya namun saat mendengar Ethan sudah menyiapkannya semalam dia membiarkan cowok itu menggunakannya. Setelah istirahat beberapa menit mereka lanjut ke putaran kedua. Ethan tidak lupa memberikan minuman dan makanan untuk ibu Jihan, dia bernapas lega saat melihat wanita yang sekarang sudah terlihat renta dan rapuh itu hanya diam dengan tenang. Ethan bertanya-tanya sungguh dia tengah menonton putrinya bertanding atau dia hanya sedang tersesat di dalam dirinya sendiri.

​Jihan berhasil bertahan untuk final, coach menyemangatinya dan menjelaskan apa yang harus dia lakukan karena tentu saja lawannya akan kuat dan bahkan lebih kuat darinya. Selama istirahat coach Daniel terus berbicara pada Jihan dan mengatakan tidak apa-apa bahkan jika dia tidak mendapat posisi pertama, dia harus mengerahkan semua yang dia punya dan tetap fokus namun jangan berharap tinggi dan tak perlu kecewa. Ethan fokus menonton pertandingan ​final itu, dia bahkan melupakan semua hal yang ada di sekitarnys. Pertandingan itu selesai, di tutup dengan sorakan para penonton. Jihan terlihat sedikit kecewa, dia hanya bisa berada di posisi kedua dan harus menerima mendali perak, sayang sekali piala itu harus menajdi milik orang. Ethan berlari menghampirinya setelah penutupan dan langsung memeluk Jihan, semua orang langsung memeluknya dengan bangga. Tapi Jihan tak bisa menemukan ibunya, dia tak melihat ibunya dimana-mana. Jihan pamit pada orang-orang itu dan berlari keluar, dia mendapati ibunya tengah berjalan hendak masuk dalam bus. Dengan cepat Jihan menahan lengan ibunya itu, tapi ibunya langsung menepis dan mendorong hingga Jihan tersungkur ke tanah.

“lihat perbuatan ayahmu kan?! Aku muak dengan semuanya” kata wanita itu dengan dingin lalu segera masuk ke dalam bus itu sebelum bus itu melaju pergi.

Ayah ayah ayah selalu ayah!! Sudah bertahun-tahun dan ibunya tetap saja mengatakan hal semacam itu, dia lebih muak lagi. Dia merasa lebih muak dengan semuanya hingga membuat dadanya sangat sesak dan hampir meledak. Jihan berharap dada nya memang meledak agar dia tak perlu hidup lagi. Jihan melipat kakinya dan memeluk lututnya sendiri, membenamkan wajahnya pada lutut lalu menangis tanpa suara, tidak peduli orang terus berjalan berlalu lalang melewatinya, dia hanya ingin menangis, merasa sangat sesak dengan semuanya. Dimana ibunya? Dimana ibu yang dulu dikenalnya? Dimana tatapan ibunya yang hangat dan penuh kasih itu? kemana hilang sosoknya yang itu? Jihan merindukan semuanya, dia sangat merindukan ibunya, merindukan ayahnya, merindukan semua keluarganya seperti dulu. Dia selalu membayangkan jika ayahnya masih ada disini, jika ayahnya tidak bangkrut dan memiliki terlalu banyak hutang, pasti hidupnya akan lebih baik. Dia tak masalah dipukuli, pukul saja dia jika itu bisa membuat ibunya lebih baik, dia hanya tidak ingin melihat tatapan ibunya yang seperti itu, dia tak ingin merasakan kebencian ibunya lagi bahkan pada hal yang tak ia lakukan sama sekali. Jihan mengangkat wajahnya saat merasakan seseorang mengusap rambutnya. Tanpa pikir panjang gadis itu langsung memeluk Ethan, memeluknya dengan sangat erat, hanya Ethan tempatnya bersandar, hanya Ethan satu-satunya orang yang memberinya kehangatan, hanya Ethan yang menahannya untuk tidak terjatuh, Ethan dunia nya dan Jihan tidak ingin kehilangan dunia itu.

​Kini mereka merayakannya di café Viola, Ethan berbicara banyak tentang bagaimana penampilan Jihan saat tadi di pertandingan, Ethan merasa sangat bangga pada Jihan dan merasa seperti kemenangannya sendiri. Jihan mengangkat mendali peraknya dan mulai mengucapkan pidato kemenangannya, mengatakan dia akan terus berlatih dengan keras, memenangkan setiap kompetisi yang akan dia ikuti dan mengoleksi semua piala dan mendali emas. Semua orang bertepuk tangan dan mendukung semangatnya. Jihan sudah sangat jatuh cinta pada olahraga bulu tangkis dan dia bertekad untuk menjadikan itu impian terbesarnya, Jihan ingin menjadi atlit bulu tangkis professional dan terkenal. Setelah makan-makan untuk merakayan kompetisi pertamanya, Ethan mengajak Jihan keluar untuk jalan-jalan. Mereka berjalan santai melewati jalanan yang dilakui beberapa kendaraan, tempat mereka tinggal memang bukan kota besar, tidak ada kemacetan setiap hari di jalan. Langit terlihat mendung hari ini, entah karena lampu-lampu di kota itu yang membuat semua bintang tak terlihat atau bintang malam ini hanya malas untuk menampakan diri. Mereka sangat jarang keluar pada malam hari, mereka hanya menghabiskan waktu pada malam hari di rumah masing-masing melakukan kegiatan masing-masing.

“bagaimana perasaanmu?” tanya Ethan memulai percakapan.

“yeah baik tentu saja, walaupun bukan mendali emas tapi aku merasa baik” jawab Jihan dengan senyum manis yang selalu ditampilkan gadis itu, sosoknya dengan semua hal negatif yang terjadi dalam hidup gadis itu namun tetap bersikap begitu positif membuat Ethan tak pernah berhenti mengaguminya. Dimata Ethan, Jihan adalah orang yang paling tangguh dan kuat.

“mamamu?!” Ethan tidak bermaksud untuk membuat Jihan tidak nyaman atau mengingat kembali hal yang tak mengenakan yang terjadi tadi, hanya saja dia ingin mengecek keadaan gadis itu.

“yeah entahlah Ethan, aku berharap dengan mama ada disana dan melihat penampilanku dia akan setidaknya sedikit bangga tapi sepertinya dia masih sangat membenciku” Jihan menundukan kepalanya, tenggorokannya terasa begitu sakit dan kering dan dadanya sesak.

“tidak apa-apa aku akan mewakili mamamu, aku bangga artinya dia juga bangga” kata Ethan menarik dengan pelan Jihan kedalam pelukannya.

1
Bening Hijau
marathon loh aku bacanya..
kamu orangnya konstisten...
saya senang gayamu..
nanti akan ku baca cerita mu yang lain marathon juga dan komen di bagian akhir..
semangat terus..
Bening Hijau: tak langsung kamu buat q motivasi untuk menyelesaikan imajinasi ku sampai selesai
Nurul Fhadillah: Terima kasih banyak, senang sekali kalau kamu suka sama ceritanya😁
total 2 replies
mary dice
biasanya ada koma sebelum tanda petik
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, terima kasih untuk koreksi nya😁🙏🏻
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak...
S. M yanie: InsyaAllah, hhheee
Nurul Fhadillah: Iya kak, kakak juga semangat ngejalani hari2🦾
total 2 replies
cytoid
kakak bisa lihat novelku lewat profilku(^^
cytoid
kasian ethan🥺. Btw aku juga lagi buat novel baru nih kak, tolong disupport ya?🙏
todoroki shoto: semangat,kak/Smile/
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, semangat terus berkarya nya ya, terima kasih juga udah baca novel ini😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!