NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / PSK
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Jenny, gadis yang terpaksa menjadi seorang pelacur bertemu dengan Satya, pria dari desa yang lugu dan sangat sabar.

Dibalik wajahnya yang selalu terlihat dingin dan angkuh, Jenny memendam sejuta luka yang dia simpan sendirian. Suatu hari dia tidak kuat lalu memutuskan untuk kabur ke desa bersama Satya.

Apakah Jenny bisa memulai kehidupan baru di desa? Atau dia kembali ke kota untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menjerumuskannya ke dunia pelacuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Jauhi Dia!

"Aku tidak apa-apa Sat, minggirlah! Biar aku hadapi mereka," ucap Jenny, masih dengan wajah dinginnya. Jenny rela Daffa dan Sean menghina dan merendahkannya, tetapi dia tidak rela jika Satya juga ikut dihina. Dia hanya laki-laki lugu yang tidak tahu apa-apa dan tidak pantas untuk dihina hanya karena penampilan sederhananya.

Satya menoleh, dia melihat ketegaran di mata Jenny lalu menyingkir. Memang ini urusan Jenny dengan kedua laki-laki itu jadi mungkin seharusnya dia tidak ikut campur. Tetapi dia tetap siap melindungi jika sewaktu-waktu kedua laki-laki itu melakukan kekerasan fisik kepada Jenny.

"Penampilan tukang kebunku bahkan jauh lebih baik darinya. Kamu pasti menyukai dia karena seorang Jennifer Ekavira tidak suka bergaul dengan sembarang orang. Apa tebakanku benar?!"

Jenny tidak menjawab. Dia terus menatap Daffa dengan tatapan dingin dan tajam.

"Kamu menolak seorang Marlo Mahendra dan mendapatkan orang udik dan kampungan ini sebagai gantinya? Ah ... Marlo sialan! Enak sekali jadi dia, sudah mendapatkan tubuhmu lalu pergi begitu saja. Apa laki-laki ini sanggup membayarmu? Atau kamu memberikan tubuhmu secara cuma-cuma kepadanya?"

"Pyarrr!!!!" bukan lagi tamparan, tetapi botol kaca berisi minuman yang sekarang melayang di kepala Daffa sehingga darah segar mengalir dari kening Daffa.

Daffa terlihat meringis, sementara Sean membeku saking terkejutnya.

"Itu hanya botol kaca, lain kali aku tidak segan-segan untuk melemparkan pisau ke mulutmu kalau kamu tidak berhenti bicara!" ucap Jenny lalu keluar meninggalkan restoran.

"Kita makan di warteg saja Jen, aku yang traktir karena aku yang ngajak," ucap Satya sambil berjalan menyusuri trotoar. Sejak keluar dari restoran, Jenny hampir tidak mengeluarkan suara karena itu Satya berusaha memancingnya. Satya tahu Jenny pasti memikirkan kejadian di dalam restoran tadi.

"Rasanya aku sudah tidak lapar. Aku ingin ke taman saja," ucap Jenny melihat ke arah taman di samping trotoar. Lalu Jenny berjalan menuju taman tanpa menunggu Satya. Dia duduk disebuah bangku di bawah pohon yang rindang.

Satya pun menyusul Jenny lalu duduk di sebelahnya.

Jenny diam, menatap kosong bunga-bunga yang bermekaran di depannya. Perlahan pandangan matanya memburam, terhalang air yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

Satya terus memperhatikan gadis di sebelahnya itu.

"Menangis saja Jen, jangan ditahan! Aku tidak akan memberitahu orang," ucap Satya. Lalu satu bulir bening lolos. Jenny segera menghapusnya, begitu seterusnya. Setiap ada satu tetes air mata Jenny langsung mengusap pipinya, hingga akhirnya Satya menarik tangan Jenny lembut lalu menahannya. "Menangislah, tidak apa-apa! Menangis tidak akan membuatmu lemah!" ucapnya. Dari perdebatan Jenny dan kedua laki-laki tadi Satya bisa menyimpulkan apa masalahnya.

Barulah Jenny menangis sesenggukan, kemudian secara reflek Satya merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya, entah perasaan apa yang mendorongnya. Mungkin kasihan, atau mungkin juga sayang.

"Rasanya aku tidak kuat Satya. Aku ingin menyerah. Aku lelah, aku sendirian. Aku ingin mengakhiri hidupku, tetapi aku tidak bisa," ucap Jenny terisak dalam pelukan Satya. Selama dua bulan dia memendam semuanya sendirian, tidak ada seorangpun yang mengerti penderitaannya, tidak ada seorangpun bisa dia ajak bicara, bahkan sekedar untuk mendengarkan ceritanya.

Tidak ada yang mengobati luka menganga yang digoreskan oleh papanya dan Marlo. Tidak ada yang membantunya keluar dari rumah laknat yang sudah menghancurkan hidupnya. Tidak ada orang yang membelanya dari hinaan dan cacian yang semakin hari semakin sering dia dapatkan. Tidak ada yang melindunginya dari siksaan Ira jika dia melakukan kesalahan. Semuanya Jenny hadapi dan dia pendam sendirian.

Satya diam membiarkan Jenny menumpahkan segala emosi di dalam dadanya. Laki-laki itu tidak bisa berkata-kata.

Puas menangis, Jenny melepas tubuhnya dari Satya. "Terima kasih," ucapannya. "Apakah kamu tidak jijik kepadaku?!"

"Bicara apa kamu, Jen?! Kamu bukan kotoran! Hargai dirimu sendiri. Jangan ucapkan hal seperti itu lagi!" menatap Jenny lembut. Tidak hanya sikapnya, kata-kata Satya berhasil membuat perasaan Jenny jauh lebih baik.

Tiba-tiba saja, sebuah lengan kekar mencengkram lengan Jenny lalu menariknya. "Pulang sekarang Jen, Bunda mencari mu!" ucap laki-laki yang ternyata adalah Ben. Untung dia sudah tidak dalam posisi dipeluk oleh Satya.

"Aku belum sempat makan. Aku akan makan dulu!" jawab Jenny beralasan. Sikapnya kembali dingin dan datar seperti ketika dia bertemu orang lain selain Satya.

"Baru diberi kebebasan sebentar kamu langsung membuat keributan di dua tempat sekaligus. Jangan buat Bunda semakin marah kepadamu!"

"Ah ... Itu," ucap Jenny pendek. Jenny memukulkan botol kaca di kepala Daffa sebelum tadi meninggalkan restoran. Pasti bodyguard penjaga pintu yang melaporkannya pada Ira karena dia bisa melihat kejadiannya.

Tidak ada harapan. Jenny terpaksa meninggalkan Satya sendirian di sana. Dia mengikuti Ben tanpa mengucapkan sepatah kata seolah-olah tidak mengenal Satya.

"Siapa laki-laki itu?" tanya Ben ketika dia dan Jenny sudah berjalan menjauh.

Padahal Jenny sudah berusaha mengacuhkan Satya tapi tetap saja Ben bisa membaca situasinya. Dia pasti sudah memperhatikannya sejak tadi sebelum mendekatinya lalu menarik lengannya.

"Bukan siapa-siapa," jawab Jenny sambil terus berjalan.

"Hati-hati Jen! Kalau Bunda sampai mengetahuinya, bukan hanya kamu yang akan celaka, tapi dia juga!"

Jenny terdiam. Peringatan ini seperti sebuah tamparan bagi Jenny. Setelah terpisah dari mamanya, apakah sekarang dia juga harus terpisah dari Satya? Pria dari desa yang baru dikenalnya itu berhasil membuatnya hatinya yang dingin dan membeku serasa diselimuti kain tebal sehingga terasa hangat.

"Aku tidak akan memberitahukan ini pada Bunda, tapi saranku lebih baik kau jauhi laki-laki itu sekarang juga!" ujar Ben tepat sebelum mereka masuk ke rumah laknat. "Sana, temui Bunda dulu, ada sesuatu yang ingin dia katakan kepadamu."

Jenny tidak berkata-kata. Dia langsung naik lift menuju lantai dua, dimana Ira berada.

"Sayang, kamu sudah pulang?" sambut Ira dengan hangat, sungguh sangat kontras dengan bagaimana seminggu yang lalu Ira menghajarnya. "Kamu sudah makan dengan kenyang? Bunda tidak mau anak-anak bunda pada sakit karena kurang nutrisi."

Jenny mengangguk padahal jelas-jelas dia belum makan.

"Nanti malam kamu mulai menerima klien lagi. Jadi persiapkan dirimu. Lakukan perawatan seperti biasanya. Kamu harus tampil maksimal karena sudah seminggu kamu Bunda liburkan! Bunda sudah memanggil orang-orang dari salon. Mereka sudah menunggumu di atas," tutur Ira. Tidak bisa dipungkiri, demi menunjang kepuasan kliennya, Ira memberikan fasilitas nomor satu bagi Jenny.

"Baiklah, aku akan ke kamar sekarang," ucap Gia buru-buru pergi.

Kalau di suruh memilih, Gia lebih memilih untuk dihajar hingga babak belur agar tidak perlu melayani klien, tetapi dengan cara itu dia tidak akan bisa melunasi hutang papanya dan tidak akan bisa keluar dari sana.

1
ardan
Mulai masuk alur seru nih. Siapa yah yg sudah membebaskan Jenn ?
ardan
Satya belum mengakui status dr ayah kandungnya, yang pasti akan membuat kaget kamu loh Jenn, saat tahu siapa sebenarnya Satya.
ardan
masih setia utk menunggu setiap updatenya. semangat ya thorrrr
Itha
semangat author aq tungu upaya.
Itha
berdamai lah dengan keadaan setiya..minta lah bantuan ayah mu
ardan
Luar biasa
Itha
sedih bangattt author mewek😭😭😭
Itha
aq sampe ngupas bawang author baca nya. sedih bangattt... gimana kalau kita diposisi jen
Itha
/Sweat//Sweat//Sweat//Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!