TERLEMPAR KE ZAMAN KUNO

Semua orang langsung terdiam, ledakan aura dari 10 elit tier bunga mekar benar-benar di luar dugaan, selir Yun merasakan kedua kakinya lemas, setelah mengetahui keluarganya akan segera mendapatkan penderitaan karena kesalahannya, yang selama ini memperlakukan Xia Lin dengan sangat buruk.

Bahkan bangsawan Xia tak bisa berkata apa-apa, matanya mengembun, seolah menunjukkan penyesalan yang sangat mendalam.

Para kaisar dan permaisuri sama sekali tidak bergerak, keberadaan raja hantu di tempat itu adalah entitas yang tidak bisa disinggung sedikit pun. Kekuatan pria itu benar-benar di luar nalar, meskipun sebelumnya telah mengalami luka dalam yang cukup berat, hingga membuat dia harus terbaring di atas tempat tidurnya selama bertahun-tahun, namun elit yang dimilikinya tidak hanya sebatas elit bunga mekar, namun juga puluhan elit tingkat bayi spiritual.

Xia Lin memandang datar ke arah mereka, kebencian di hatinya melonjak naik. Melihat wajah selir Yun dan bangsawan Xia saja membuat gadis itu ingin muntah.

Qing Xiang hanya tersenyum tipis, dia tahu jika saat ini adiknya dalam keadaan yang tidak stabil, apalagi setelah mengetahui tentang identitas yang sebenarnya.

Namun yang lebih penting adalah membalaskan kesakitan yang telah dialami oleh Xia Lin selama belasan tahun dan dia yakin bahwa tidak ada satu orang pun yang akan berani untuk memberikan perlindungan kepada mereka, apalagi setelah Qing Xiang mengungkapkan siapa dirinya.

"Lin'er!" panggil Qing Xiang, gadis itu melirik sambil mengerutkan dahinya.

"Apakah kau ingin membunuh mereka?"

Xia Lin menggelengkan kepala. "Tidak! Mereka terlalu kotor!"

"Lalu apa yang harus gege lakukan?" tanya Qing Xiang.

"Gantung mereka selama beberapa hari tanpa diberikan makanan atau minuman! Aku ingin melihat, seberapa besar ketahanan tubuhnya. Jika mereka masih hidup setelah 10 hari, maka kau harus melepaskannya di tengah hutan, namun jika mereka mati, kau juga harus melemparkannya ke dalam hutan!" jawab Xia Lin acuh tak acuh.

Bangsawan Xia dan selir Yun melotot, keduanya ingin protes terhadap gadis itu, namun melihat tatapan tajam yang dilayangkan oleh raja hantu, membuat mereka langsung kehilangan keberanian.

Walau bagaimanapun Xia Lin memiliki hak untuk mencari keadilan, namun bukankah gadis itu terlalu sadis? Meskipun mereka masih dalam keadaan hidup setelah digantung selama 10 hari tanpa diberikan makan ataupun minum, dilemparkan ke dalam hutan bukanlah hal yang mudah, ada banyak sekali binatang iblis disana, mereka bisa mati kapan saja.

"Lin'er...!" panggil bangsawan Xia, namun gadis itu langsung melotot dengan sangat garang.

"Jangan melampaui batasanmu, bangsawan Xia! Kau tidak memiliki hak untuk memanggil namaku," ucap gadis itu sambil menunjuk ke arah ayah tirinya.

"Hancurkan pangkalan roh mereka dan segera gantung di depan hutan iblis!" raja hantu mengeluarkan suaranya dengan sangat dingin.

"Jangan lupa untuk melukai tubuh mereka sedikit, agar darah nya menetes dan tercium oleh binatang buas!" Xia Lin menambahkan.

"Siram tubuh mereka dengan gula dan mari kita lihat, apakah kedua makhluk busuk itu masih akan mengundang kerumunan semut atau tidak?" ucap Qing Xiang membuat tubuh semua orang bergetar.

Xia Lin ternyata bukan seorang gadis lemah, dia bahkan memiliki darah raja hantu dalam tubuhnya. Akan lebih baik bagi mereka jika mulai saat ini menjaga jarak, agar tidak terlalu dekat dengan gadis itu, karena bisa saja akan mengancam nyawa.

Putra mahkota Yuan mengerutkan dahinya, jika Xia Lin merupakan putri dari raja hantu. Mungkinkah jika dia masih tetap bisa mempertahankan gadisnya tersebut?

Bahkan pangeran kedua tak lagi berniat untuk menantang putra mahkota, setelah mengetahui identitas dari Xia Lin, dia masih sangat menyayangi nyawanya, jika sampai gadis itu mengatakan sebuah penolakan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pasukan elit milik raja hantu akan mengincar nyawanya.

Xia Lin berjalan dengan sangat tenang, kemudian membungkuk di hadapan Kaisar Yuan dan permaisurinya. "Mohon maafkan sikap hamba, yang mulia. Tidak seharusnya hamba mengacaukan pesta ulang tahun yang mulia dengan darah, namun tindakan yang dilakukan oleh keluarga bangsawan Xia benar-benar tidak bisa hamba tolelir lagi!"

Kaisar Yuan dan permaisuri langsung menganggukkan kepala, keduanya sama sekali tidak keberatan, lagi pula setelah mengetahui identitas gadis itu, membuat Kaisar Yuan semakin yakin untuk menikahkan putra mahkotanya dengan Xia Lin.

Secara tidak langsung, hal itu akan membuat pangeran kedua dan pangeran ketiga kehilangan harapan untuk bisa menaiki tahta, karena dukungan yang dimiliki oleh putra mahkota bukan hanya dari para pejabat ataupun bangsawan, melainkan dari raja hantu.

"Tidak masalah nona Lin, kau bisa menyelesaikan semua dendammu saat ini juga, lagi pula kami telah menganggapmu sebagai menantu kekaisaran. Kau adalah calon istri putra mahkota Yuan Shen Li." ucap kaisar Yuan sambil tersenyum tipis.

Xia Lin menganggukkan kepalanya, "Terima kasih banyak yang mulia, anda benar-benar sangat bijaksana."

Raja hantu segera memerintahkan pasukannya untuk membawa bangsawan Xia dan selir Yun menuju hutan iblis, sementara dia akan kembali ke lembah hantu.

Qing Kiang masih berada di tempat itu, dia berniat untuk menjelaskan segalanya kepada Xia Lin, agar tidak memiliki kebencian terhadap raja hantu. Walau bagaimanapun pria itu merupakan ayah kandung mereka.

"Lin'er, bisakah kita berbicara sebentar? Gege ingin menjelaskan sesuatu padamu." ucap Qing Xiang, Xia Lin menganggukkan kepala.

"Kita bicara di tempat lain," jawab gadis itu sambil berniat untuk pergi meninggalkan istana kekaisaran, namun seketika gerakannya terhenti, putra mahkota Yuan saat ini mencekal pergelangan tangannya.

"Ada apa yang mulia?" tanya Xia Lin, wajah putra mahkota terlihat sangat sedih, hingga membuat gadis itu langsung tersenyum tipis.

"Ada beberapa hal yang harus Lin'er selesaikan, apakah yang mulia ingin ikut?"

Putra mahkota menganggukkan kepala, kemudian keduanya segera pergi, disusul oleh Qing Xiang.

Ketiganya sampai di restoran milik Xia Lin dan langsung menuju ke lantai 3, di mana ruang kerja milik gadis itu berada. Xia Lin mempersilahkan kedua orang pemuda itu untuk duduk, sementara beberapa orang pelayan segera datang untuk menyiapkan teh dan juga camilan.

"Ada apa, gege?" tanya Xia Lin, Qing Xiang tidak menjawab namun tangannya mengeluarkan batu hitam, setelah mengedarkan energi asal secukupnya, batu hitam itu mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti video. Xia Lin memperhatikannya sambil sesekali mengerutkan dahi.

"Siapa dia?" tanya Xia Lin, wajah Qing Xiang terlihat sangat sedih, namun pemuda itu tetap menjawab pertanyaan yang diajukan oleh adiknya.

"Ibu kita, nyonya Lu Yang."

"Gege, bisakah kau menceritakan tentang ibu?" tanya Xia Lin.

Qing Xiang segera menganggukkan kepala, "Berjanjilah setelah ini kau harus berlatih lebih keras lagi, agar bisa menjadi kuat secepatnya. Kita tidak memiliki banyak waktu, karena mungkin saja sebentar lagi akan ada penyerangan yang dilakukan oleh pria tua itu terhadap kita,"

Xia Lin menganggukkan kepala tanpa keraguan, Qing Xiang segera menceritakan semua yang terjadi kepada orang tuanya, termasuk tentang Nyonya Lu Yang yang menderita akibat serangan tapak yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Hal itu tentu saja membuat Xia Lin menjadi sangat murka, gadis itu bertekad akan membalaskan dendam kematian ibunya.

"Yang mulia, apakah sekte pedang abadi itu sangat kuat?" tanya Xia Lin sambil menatap ke arah putra mahkota.

"Sangat! Aku mendengar bahwa mereka memiliki pasukan elit tingkat tier transformasi dewa dan beberapa puluh orang yang berada di tingkat bayi spiritual," jawab putra mahkota.

Xia Lin menganggukkan kepala, "Baiklah, mulai hari ini aku akan berlatih lebih keras lagi agar bisa memberikan keadilan untuk ibu."

Qing Xiang tersenyum tipis, "Gege juga akan melakukannya."

Sementara putra mahkota terdiam, kemudian menoleh ke arah keduanya. "Aku akan membantu kalian berdua!"

Xia Lin tersenyum senang, dia segera berhambur ke pelukan putra mahkota. "Terima kasih yang mulia."

Qing Xiang melotot melihat kelakuan keduanya, dia segera berdiri dan berniat untuk meninggalkan tempat itu. Namun tak lama kemudian kepalanya kembali menoleh, "Aku masih di sini, tapi kalian seolah-olah hanya berdua. Tidakkah itu terlalu kejam? Kalian memperlakukanku seperti makhluk tak kasat mata!"