My Mysterious Husband

Ctang !

Dengan sekejap Jave menepis pisau tersebut hingga terpental jauh. Membuat semua orang yang masih berada disana merasa keheranan. Bahkan sebagian ada yang bertepuk tangan.

" Bibi Maye ! tidak seharusnya bibi berbuat seperti itu ! " pekik Asha, membuat semua mata tertuju padanya.

Dengan wajah yang khawatir, Asha bergegas menghampiri Ailyn yang masih berdiri disamping Jave.

" Ailyn, a..apa kau baik-baik saja? " tanya Asha ragu.

" Ya, aku baik saja" jawab Ailyn dengan tatapan kosong.

Melihat ekspresi dari wajah Ailyn yang tidak seperti biasanya, membuat Jave kembali merasakan perasaan yang aneh.

" Maaf, kami harus pergi", ujar Ailyn seraya menggandeng tangan Jave, meninggalkan acara tersebut.

Asha yang melihat kedua nya berlalu menjadi sangat merasa bersalah, karna ulah bibi nya, ia hampir kehilangan adik tirinya.

Walaupun mereka bukan saudara sekandung, tetapi dalam lubuk hati Asha yang terdalam, ia begitu menyayangi Ailyn, menganggap nya sebagai saudara kandung.

...----------------...

Sudah beberapa menit lamanya Ailyn termenung dengan tatapan kosong. Kini mereka berdua duduk bersandar dibawah pohon flamboyan dekat dengan kolam ikan koi.

Ailyn yang memakai gaun agak terbuka, mulai merasakan hawa dingin yang menusuk pada malam itu.

" Dingin" ujar Ailyn tiba-tiba membuat Jave terkejut.

Tidak ada inisiatif apapun dari Jave, ia hanya menoleh ke arah Ailyn sebentar, lalu kembali memandangi kolam ikan koi yang estetik di hadapannya.

" Ku bilang dingin "

Ailyn kembali berucap, kini matanya mulai berkaca-kaca.

Jave yang tidak mengerti harus berbuat apa, masih terdiam memandang ke arah kolam ikan.

" Kau bodoh ya ! ku bilang dingin ! berikan jas mu ! hiks.. "

Ailyn mengumpatnya dengan wajah yang sudah basah oleh air mata.

Jave yang bingung melihat tingkah Ailyn pun memberikan jas yang dipakai nya kepada Ailyn. Dengan kasar Ailyn merebut nya dari tangan Jave, menutupi bagian atas tubuhnya dengan jas tersebut.

" Hiks.. hiks.. huu.. huu.. huuuwaa !"

Seketika tangis Ailyn pecah pada malam yang sunyi itu. Jave hanya bisa terdiam mengamati nya. Ia bingung harus bagai mana dan harus berbuat apa.

Karena dalam seumur hidup nya, ia tidak pernah berhubungan dengan seorang wanita mana pun. Bahkan di tempat asalnya, ia hanya sibuk bekerja sebagai ksatria untuk pemimpin para Elf atas perintah raja.

Hal mengenai wanita, hanya ia mengerti secara universal saja, itu pun ter untuk para wanita dari bangsa elf saja.

' Melihat manusia ini menangis, apa yang harus ku perbuat? ' Jave bertanya-tanya dalam hati.

" Peluk aku ! hiks.."

Perintah Ailyn membuat Jave kembali terkejut.

' Tidak mungkin ! apa benar dia bisa membaca pikiranku? ', Jave masih bertanya dalam hati.

Dengan ragu Jave memeluk tubuh Ailyn yang sedikit bergetar karena isak tangis nya. Ailyn yang masih terisak, langsung menyambut pelukan dari Jave.

Wajah jelitanya itu ia benamkan di bagian dada Jave yang bidang. Membuat Jave jadi tersipu.

" Huuu.. huu.. belai rambutku" permintaan Ailyn semakin intens.

" Apa harus seperti itu? " Jave meregang kan pelukan nya.

" Tentu saja, hiks.. ini berlaku untuk semua orang jika sedang hiks..bersedih sepertiku" ujar Ailyn terbata.

Dengan menghela nafas dalam, Jave menuruti kemauan Ailyn. Secara perlahan ia memeluk sembari membelai rambut Ailyn yang hitam dan halus itu.

Ailyn yang mulai merasa tenang, sesekali melirik ke arah wajah Jave. Terlihat jelas rupa tampan itu sedang tersipu menahan malu. Membuat Ailyn merasa gemas. Ia pun kembali membenamkam wajahnya, lalu tersenyum dengan senang nya.

Setelah beberapa saat mereka berpelukan, entah karena rasa nyaman, atau memang sudah merasa lelah dan mengantuk. Ailyn tertidur, dengan kedua tangan yang sudah mulai merenggang.

Jave yang merasa bersimpati, segera membopong nya menuju arah kediaman Ailyn.

Ia melewati tempat acara yang sudah sepi. Hanya tersisa dekorasi, meja dan kursi yang belum dibenahi.

Sebelum memasuki pintu utama, sudah ada beberapa pelayan yang berdiri. Dan terdapat salah satu diantaranya adalah kepercayaan Ailyn.

" Permisi tuan, nona kenapa? " tanya Mina khawatir.

" Dia tidur" ujar Jave singkat.

" Oh, mari saya antar kedalam kamar nona", pungkas Mina menunjukan jalan kepada Jave.

Seketika beberapa pelayan wanita terlihat berbisik satu sama lain. Dengan wajah tersipu, mereka membicarakan pria tampan yang barusan pergi itu.

Sepanjang jalan ke kamar Ailyn, mereka melewati ruang tamu, ruang makan, serta harus menaiki lift terlebih dulu. Suasana terlihat sepi, para penghuni utama pun tidak terlihat batang hidungnya.

Jave yang mengamati ruangan demi ruangan yang dilewatinya merasa biasa saja. Namun semua rasa biasa itu seketika berubah drastis saat melihat rangkaian bunga mawar segar dengan aneka warna di sudut ruang kamar Ailyn.

Aroma bunga mawar kesukaannya membuat Jave merasa lapar. Ia teringat bahwa beberapa hari ini belum menyantap apapun, karna di restoran tempat kerjanya tidak ada bunga, hanya ada hiasan tanaman bonsai dan rumput hias di area depan restoran tersebut.

" M.. maaf tuan ini siapa nya nona?" tegur Mina ragu.

" Calon suami nya " jawab Jave yang pandangannya masih tertuju pada sudut ruangan.

" B..benarkah? oh maaf karena sudah lancang bertanya" ujar Mina gugup.

Setelah mengantar Ailyn ke ranjang nya, Jave meminta rangkaian bunga tersebut pada Mina untuk dibawanya pulang.

Awalnya Mina merasa bingung, dan tidak berani untuk memberikannya. Namun Jave berhasil meyakinkan nya atas nama calon suami Ailyn.

Dengan terpaksa, akhirnya Mina membungkus rangkaian bunga tersebut, lalu memasuk kan nya kedalam wadah.

Jave menerimanya dengan senang hati. Tanpa aba-aba karna sudah tak tahan, ia mencoba memakan salah satu mawar berwarna putih, lalu yang merah, lalu jingga, ia mencicip nya satu persatu. Sadar ada seseorang yang sedang mengamatinya, tiba-tiba..

" Psst.. "

Tiba-tiba Jave mengarahkan jari telunjuk nya ke bagian bibirnya, memberi isyarat pada Mina.

Hal itu membuat Mina merasa aneh dan takut.

' Apakah pria ini hantu? masa iya calon suami nona aneh begini ' batin Mina bergidik ngeri.

°°°

Didalam kamar pribadinya, nyonya Lamia terlihat tampak gelisah. Perjodohan yang ia kira akan berjalan dengan lancar, malah hancur berantakan.

Perjanjian kerja sama dengan perusahaan milik CC group ( perusahaan milik keluarga Charlie) sudah gagal total. Padahal peluang jika Charlie dan Ailyn menikah sangatlah bagus.

Bagaimana tidak, CC group adalah salah satu perusahaan besar yang menguntungkan bagi usaha yang sedang dirintis nyonya Lamia.

Terlebih jika mereka benar akan menikah, pasti Charlie akan membawa Ailyn keluar dari rumah ini. Setelah itu ia akan menjadi satu-satunya Nyonya rumah yang berkuasa.

Begitu pula dengan Hotel yang dikelola Ailyn. Ia tidak segan untuk merebutnya. Karena rasanya sangat tidak adil bagi nyonya Lamia saat pembagian harta berlangsung.

Ailyn yang harusnya tidak mendapat apapun, malah di beri hotel untuk dikelola.Sedangkan kedua anak nya hanya diberi beberapa hektar tanah yang jauh dari lokasi rumah ini.

"Aku harus segera menyingkirkan benalu, dari rumah ini" gumam nyonya Lamia tersenyum licik.