Kavian akan lakukan apapun untuk bisa membuat kekasihnya bangga pada dirinya, termasuk dia mau berkorban besar atas kesalahan yang kekasihnya lakukan.
Namun apa jadinya jika pengorbanan yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Hingga dia harus kehilangan segala hal. Bahkan kekasihnya itu sudah mengkhianatinya.
Qiana adalah seorang yang membantunya menemukan jalan untuk balas dendam, namun apa jadinya jika hati terlibat.
Apakah Kavian akan meneruskan jalannya ? atau memilih berhenti ?
Penasaran yuk ikuti kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lita aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
"Kakak"
Qiana baru sampai di rumah dan sudah di sambut oleh adik tirinya, tapi Qiana hanya bersikap tak acuh pada adiknya itu.
"Kakak, ayo kita bermain" anak kecil itu merengek minta ditemani bermain pada Qiana.
"Lepas !!" dengan kasar Qiana menepis tangan adik kecilnya itu.
Ibu tirinya datang "Qiana !! Dia adik kamu, gak seharusnya kamu berbuat seperti itu !!" beliau nampak marah.
"Mami" rengek anak itu pada ibu tirinya Qiana.
Beliau berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan adik kecil itu.
"Mami kenapa lama ? aku bosan" ucapnya lagi.
"Maaf ninggalin kamu ya, Mami harus temani kakak kamu, karena Papi udah kasih amanat untuk selalu berada di dekat kakak kamu" dia menoleh pada Qiana, tapi terlihat Qiana mencebik tak suka.
"Udah dramanya ?" ujarnya kemudian.
"Qia, dia adik kamu, apa salahnya dia ingin bermain sama kamu ?"
"Dia bukan adik aku, jangan sekali kali bilang kalau aku kakaknya" Qiana melengos pergi begitu saja meninggalkan Ibu dan adik tirinya itu.
Sebegitu tak sukanya dia pada mereka.
"Kakak" adik kecil itu tak gentar, dia masih ingin bermain bersama Qiana, dia peluk kaki Qiana.
"Lepas !! Aku gak mau bermain sama kamu, lepas gak !!" Lagi lagi Qiana menepis adiknya hingga dia terjatuh.
"Qiana !! Kamu gila, apa yang sudah kamu lakukan sama adik kamu !!" bentak ibunya
Qiana tersenyum masam
"Kamu menjadi kekasih Papa saat usia 27 tahun dan kamu menendang istri setianya bahkan sampai dia menghembuskan nafasnya, dia anakmu ?" tatapan Qiana beralih pada adik kecil itu dan dia berjongkok.
"Dia sedikit membuatku takut juga, kamu tau saat dia mengeluarkan giginya, dia juga mengigit leherku, dia benar benar menakutkan seperti kamu !!" tatapan Qiana begitu nyalang pada ibunya dan dia kembali pergi begitu saja.
Adik kecil itu menangis "Jangan menangis, dia hanya bercanda sayang, jangan menangis ya" ibunya mencoba menenangkan adik kecil itu agar berhenti menangis, lalu menggendongnya
***
Penjara
Bug.. Bug .. bug...
"Berengsek, sialan"
Kavian mendapatkan pukulan berkali kali diwajahnya, namun dia tidak melawan, dia hanya pasrah saat sahabatnya memukulinya begitu.
Tepat hari ini di tahun kelimanya dia sudah bebas dari hukuman yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan, dia hanya sedang berkorban untuk wanitanya.
Andrian sahabat karibnya tiba tiba menangis, dan Kavian bangun setelah di pukuli tadi.
"Jangan cengeng, kamu laki laki, gak pantas kalau menangis" ujar Kavian, sambil membenarkan kaosnya dan juga mengusap ujung bibirnya yang berdarah.
"Sialan, lima tahun bukan waktu yang sebentar, demi wanita itu kamu berkorban banyak seperti ini, tapi apa balasan darinya, dia malah menghilang begitu saja"
Kavian perlahan berjalan dengan menenteng tas berisi baju bajunya selama di penjara, dia pun menerawang pada kejadian lima tahun silam.
Dimana dia berkorban menggantikan Renata untuk di penjara, dia pikir Renata akan menunggunya, tapi selama lima tahun. Renata tidak pernah mengunjunginya sama sekali, bahkan dia tak pernah tau bagaimana kabarnya.
Hanya Andrian yang menyambut kebebasannya "Bagaimana kabar Mutia ? Kamu tak pernah cerita kabar dia bagaimana ?"
Diperjalanan dia bertanya perihal adiknya, adik yang tinggalkan saat di rumah sakit dulu. Rasa bersalahnya sangat besar pada adiknya itu.
"Masih mau bertanya tentangnya ? setelah yang kamu lakukan padanya ? Apakah kamu peduli, jika dia masih hidup ?" ucapan Andrian mampu membuat langkah Kavian terhenti.
"Dia masih hidupkan ?" Kavian takut terjadi apa apa pada adiknya itu.
Andrian tersenyum kecut "Dia masih menunggui kamu untuk datang, sampai detik ini dia masih berhitung, karena dia bilang kamu janji akan segera kembali"
Kavian meneteskan air matanya, kata maaf tidak akan bisa merubah apa yang terjadi, impiannya hancur seketika, begitu juga dengan hidupnya, akan sangat sulit ketika ini mencari pekerjaan karena statusnya dia.
"Dia di Singapore, baru satu Minggu ini, penyakitnya selalu kambuh dan itu kambuh saat aku bawa dia jalan jalan ke sana, jadi karena darurat perawatan pun harus di lakukan di sana juga. Aku gak bisa menjaga dia tiap hari, karena aku juga harus bekerja, jadi aku titipkan dia pada perawat di sana" jelas Andrian.
"Singapore ?" pekik Kavian pelan
"Ya, dia harus sembuh kan ?"
Kavian nampak terdiam, kalau di negara sendiri dia bisa pakai kartu bantuan dari pemerintah, tapi jika ke Singapore ? Itu yang sedang Kavian pikirkan.
"Tak perlu khawatir untuk biaya, aku yang tanggung, dan karena kamu sudah bebas, maka mulai detik ini kamu harus segera mencicil uang aku"
Kavian menatap Andrian, dia tau Andrian bukan orang biasa seperti dirinya.
"Rian" panggilnya pada Andrian.
"Ya"
Kavian langsung memeluk sahabatnya itu, dia sangat berterima kasih padanya, karena jika tidak ada Andrian, entahlah bagaimana nasib adiknya waktu itu dan sekarang.
"Terima kasih" ucap Kavian, Andrian langsung mendorong tubuh Kavian dan melepaskan pelukannya.
"Jangan peluk peluk, orang bisa berpikir yang tidak tidak sama kita" ujar Andrian dan sukses membuat Kavian tertawa kecil.
"Antar aku ke sana"
Mereka kembali berjalan untuk ke parkiran dimana mobil Andrian berada.
"Ke mana ?"
"Ke Singapore lah, aku ingin menemui adik ku di sana"
"Kamu pikir pergi ke Singapore hanya perlu naik bis ?"
"Bukankah hanya perlu beli tiket, aku yakin kamu masih mampu belikan aku tiket ke sana kan ?"
Andrian mendesis, lalu dia pukul kecil kepala Kavian "Bodoh !! Tiket aja tidak cukup, kamu perlu buat paspor, membuat permohonan Visa, gak segampang yang kamu kira !!" jelas Andrian dengan kesal.
Kavian menyengir, dia menggaruk kepalanya "Kalau begitu, bantu aku urus itu semua"
"Sialan emang nih orang, tidak tau diri sekali. Buat itu perlu waktu 3-4 hari, gak bisa langsung kilat" Andrian membuka pintu mobil dengan kesal.
Dan mereka sama sama sudah naik mobil yang Andrian punya.
"Maaf, aku terlalu banyak merepotkan kamu, Rian" mereka juga sudah sama sama duduk dan Andrian sudah akan bersiap mengendarai mobilnya.
"Ganti kata maaf kamu dengan menjadi lebih baik, jangan jadi bodoh lagi seperti lima tahun yang lalu" Andrian masih saja mengingatkan kejadian itu.
Kavian mendesah dan mengangguk "Akan aku pastikan, aku akan ganti semua yang sudah kamu keluarkan, aku akan bekerja keras dan lebih keras lagi"
"Aku tunggu janji kamu itu" ujar Andrian dan Kavian kembali mengangguk.
Kavian menatap ke jalanan, mulai detik ini dia akan mencari pekerjaan yang layak untuk dirinya. Karena jika harus kembali belajar menjadi dokter, itu sangat tidak mungkin. Karena dirinya adalah mantan narapidana.
Kavian akan hidup dengan baik dan menjaga Mutiara adik satu satunya itu yang sedang berjuang melawan penyakitnya.
Tapi hatinya saat ini tidak bisa bohong, dia masih memikirkan dimana Renata dan apa kabar dengan dirinya, dia tidak ingin Andrian tau kalau dia sedang memikirkan Renata.
Tapi Kavian pikir, Andrian tau sesuatu mengenai Renata, hanya saja dia masih belum bisa memberitahu dirinya semua itu.