Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Kan memang gitu, keluar lo sekarang!" teriak Viana dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
Andra hanya bisa mendesah kesal, ia tak mungkin keluar meninggalkan Viana yang sudah berendam di dalam bathtub sendirian seperti ini.
"Panggil Bunda cepetan! ngapain masih diem aja sih," titah gadis itu di sela isak tangisnya.
Andra tak menjawab, ia keluar dari kamar mandi dan kamarnya untuk mencari sosok ibu mertua yang sebenarnya hanya ibu sambung istrinya, tapi jangan tanya bagaimana baiknya wanita itu.
Tubuh tinggi itu kini sedang mengedarkan pandangan, yang biasanya Mami ada di ruang tengah kini semua nampak sepi entah yang di lantai atas maupun bawah. Sampai Andra harus mau tak mau bertanya pada salah satu ART di rumah orang tuanya tersebut. Bukan menjawab apa yang di tanyakan oleh Tuan mudanya, ARTnya itu malah terus membuang muka dengan kedua pipi merah merona, awalnya Andra bingung tapi lama-lama ia sadar jika Jendolannya masih besar dan tegak sempurna di balik celana pendek rumahannya. Padahal, harusnya miliknya itu sudah kembali melemas tapi entah kenapa justru masih meronta seolah sedang mencari perhatian pada lembah imut yang belum seharusnya di pertemukan tersebut.
Andra tentu langsung kabur, ia tak mau Jendolan itu menjadi bahan khayalan wanita yang tak halal untuknya, bahkan Viana saja belum melihatnya.
Di halaman samping rumah, akhirnya Andra menemukan dua wanita yang ia cari, beruntungnya Bunda belum pulang, ia pun segera meminta perempuan berhijab putih gading itu untuk ke kamarnya sesuai keinginan Viana berusan.
Cek lek
Bunda membuka pintu dengan pelan, dan betapa kagetnya Bunda dan Andra saat melihat keadaan Viana yang lemas masih di dalam bathtub.
"Sayang!" jerit Bunda
Andra langsung meraih handuk yang cukup besar, ia berikan itu pada Bunda sedangkan ia mengangkat tubuh Viana. Dalam gendongannya itulah Viana yang sudah terbungkus handuk langsung dibawa ke ranjang.
"Vi, lo gak apa apa kan, Vi? jawab gue Viana," panggil Andra terus menerus.
Fokus Bunda malah terbagi dua, karna ia sesekali melihat bagaimana menantunya itu dengan sigap membantu dan menolong Viana.
Mereka berdua kini sudah selesai memakai kan baju hangat di tubuh Viana, sekarang tinggal menunggu dokter datang karna Daffa sudah sudah pergi dari rumah lima belas menit yang lalu.
"Sabar ya, Nak."
"Via mau pulang, Bun. Ayo." Viana terus merengek seperti balita yang ingin di belikan mainan.
Bunda hanya bisa menoleh kearah Andra, karna pemuda itu yang berhak atas putrinya. Bunda tak mungkin membawakan pulang Viana tanpa adanya izin dari Andra yang jelas berstatus kan suami sah secara agama.
"Iya, Bun. Gak apa-apa," ucap Andra yang paham dengan sorot mata dari ibu mertuanya.
Mami langsung menuduk sedih, dan Andra dengan cepat langsung meraih bahu wanita hebatnya tersebut.
"Gak apa-apa, kan cuma pulang, nanti kalau udah sehat Andra ajak nginep disini lagi ya, Mih," bisik Si bungsu menenangkan Mami dan membesarkan hatinya juga.
Semua kini sudah di persiapankan termasuk mobil yang ada di depan pintu utama. Andra akan mengantar Viana dan Bunda pulang kerumah mereka sekarang juga setelah berpamitan dengan Mamih.
.
.
Selama perjalanan itu juga, tak ada yang bicara sama sekali. Viana, Bunda dan Andra seolah tenggelam pada pikiran mereka masing-masing. Hingga sampai pun Andra langsung membawa Viana ke ke dalam kamarnya di lantai dua.
Ia yang belum makan sama sekali, beruntungnya masih punya tenaga berkali-kali menggendong istrinya naik turun tangga.
"Bunda panggil tukang urut ya, kamu di temani Andra dulu," pamit Bunda yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Vian.
Diam, ya keduanya masih diam dengan egonya yang masih sama-sama tinggi tak mau mengalah. Viana kecewa dan menyesal sudah mau saja telan jang di depan Andra meski pria itu suaminya.
Hampir tiga puluh menit berlalu Bunda pun kembali datang tentunya tak sendiri.
Meski jujur Andra lebih memilih pengobatan medis dibanding alternatif seperti ini, tapi ia tak bisa memaksa jika Viana tetap tak mau.
.
.
.
Pulanglah, aku akan jauh lebih baik disini....