SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SKINCARE DAN OLI
"Tuan, Kanaya siang tadi menggunakan kartunya untuk membeli sebuah mobil baru dengan harga yang sangat mahal," kata Rama, salah seorang asisten ayah Naya.
"Naya beli mobil lagi?" Pria paruh baya itu menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya di kursi, "bukankah dia membeli mobil baru-baru ini? Ada apa dengan mobilnya? Kenapa dia membeli mobil baru lagi?"
"Apa saya harus memblokir kartunya?"
"Jangan! Biarkan saja. Dia masih muda. Biarkan dia menikmati masanya."
"Tapi Tuan, bukankah kondisi keuangan perusahaan sedang merosot, akan lebih baik jika kita membatasi pengeluaran yang tidak berguna."
"Aku tidak punya apapun yang bisa ku berikan pada Naya selain harta, jadi biarkan dia menikmatinya. Selama ini aku tidak pernah punya waktu luang untuknya."
"Baiklah,"
Pria paruh baya itu kemudian mengingat kembali perdebatannya dengan putri semata wayangnya itu beberapa hari lalu, ketika dirinya memberitahu Naya tentang rencananya menjodohkan Naya dengan seorang pria.
"Rama, apa kau sudah bicara dengan Naya? Apa kau berhasil membujuknya untuk menikah dengan Marvin Alexander?"
"Saya sudah membujuknya, Tuan... Tapi Naya tetap menolak. Dia mengancam akan pergi dari rumah jika kita tetap memaksanya."
"Aku mengerti perasaannya, dia tidak menyukai Marvin. Tapi kita tidak punya pilihan lain, hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan." Pria itu tampak sedih, ada rasa bersalah dalam hatinya pada putri kesayangannya itu, "Sekarang dimana dia, ini sudah malam. Kenapa dia belum pulang?" tanya sang ayah ketika melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Saya akan perintahkan orang untuk mencarinya."
Baru saja mereka akan memerintahkan seseorang untuk mencari gadis itu, dia sudah melenggang dengan santainya memasuki rumah tanpa permisi, tanpa mengucapkan salam. Membuat sang ayah geleng-geleng kepala dengan kelakuan anak gadisnya itu.
"Darimana Nay? Kau bahkan tidak memberi salam saat masuk ke rumah."
Naya terperanjak mendengar suara sang ayah dari ruang tamu. Pasalnya pria itu sangat jarang ada di rumah. Bisa bertemu dengannya di jam seperti itu adalah keajaiban bagi Naya.
"A-Ayah... Maaf aku tidak tahu ada Ayah di rumah. Kalau tahu, aku pasti akan mengucapkan salam," ujar Naya seraya nyengir kuda.
"Kau seharian kemana? Ayah dengar siang tadi kau membeli mobil baru."
"Mobilku rusak, jadi aku beli mobil baru." Naya kemudian mendekat, menjatuhkan tubuhnya di sofa di samping sang ayah.
"Mobil rusak itu di bawa ke bengkel, Nay... bukan malah membeli mobil baru," kata seorang wanita paruh baya yang baru saja datang dari arah dapur.
Bibi Yas, adalah pengasuh yang merawat Naya sejak kecil. Sejak ibunya meninggal dunia, hanya Bibi Yas tempatnya bermanja.
"Aku sudah membawanya ke bengkel, Bibi. Sepertinya rusaknya lumayan parah."
"Kenapa mobilmu bisa rusak? Itu kan mobil baru? Apa kau menabrakkannya?" tanya ayah mulai curiga.
"Tidak, aku tidak tahu kenapa." Gadis itu kemudian beranjak menghindari pertanyaan yang mungkin akan bermunculan berikutnya, "Aku mau ke kamar, selamat malam semua," ucapnya seraya meninggalkan ayah dan beberapa orang yang masih di sana.
"Ya ampun, anak itu." ucap Bibi Yas seraya geleng-geleng kepala.
Di kamar, Naya uring-uringan sendiri memikirkan sang pangeran yang semalam muncul di mimpinya. Dan bagai sebuah keajaiban ia benar-benar bertemu dengan sosok pangeran dalam mimpinya di dunia nyata dalam bentuk seorang montir.
Persetan dengan status sosialnya yang hanya lelaki biasa, Naya sama sekali tidak peduli selama itu adalah Zian, pangeran impiannya. Ia bertekad akan mengejar laki-laki itu bagaimana pun caranya.
Hingga larut malam, ia masih membolak-balikkan tubuhnya di pembaringan empuknya, memikirkan seorang pria yang jauh di sana.
"Aku pasti sudah gila." gumam Naya dalam balutan selimut tebal.
***
Pagi menjelang, dengan tidak sabarnya Naya berlari dari kamarnya menuruni tangga. Tidak mempedulikan Bibi Yas dan Yuni yang memanggil namanya. Gadis periang itu segera melajukan mobilnya menuju suatu tempat.
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan pintu yang tak biasa. Bukan lagi ketukan seperti biasanya, namun seperti lebih seperti menggedor-gedor pintu.
Dengan kesal Mia menuju pintu, merasa penasaran jenis makhluk apakah yang berada di depan pintu yang begitu tega mengganggu tidurnya. Ia bersumpah akan memarahi siapapun yang ada di depan pintu sana. Dan ketika membuka pintu...
"Selamat pagi..." ucap Naya yang sedang tersenyum manis pada Mia, membuat gadis itu terlonjak.
"Naya?" Mia menatap Naya dari ujung rambut ke ujung kaki, merasa temannya itu sudah gila, bahkan ia datang, masih dengan setelan piyamanya, "Sedang apa kauu sepagi ini, aku sampai merasa didatangi debt collector, tahu..."
"Aku sedang ingin menyapamu pagi ini. Kau tidak mengajakku masuk?" tanya Naya, karena sejak tadi Mia hanya menatap heran padanya.
"Masuklah, aku masih sangat mengantuk. Kau tahu ini masih pukul 5 pagi!" Mia berjalan menapaki tangga, sedangkan Naya mengekor di belakangnya.
"Kau bawa apa?" tanya Mia yang melihat benda aneh di tangan Naya.
"Ini adalah alat perang," jawab Naya "Aku akan mulai berperang hari ini."
"Perang?" Karena masih mengantuk, Mia tidak melanjutkan pertanyaannya.
Mia lalu melanjutkan tidurnya, sedangkan Naya membuka jendela kamar yang berhadapan langsung dengan bengkel milik Zian. Di sana lah ia bertopang dagu, menunggu kemunculan sang pangeran.
Setelah lama menunggu, sang pangeran yang di tunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya. Hingga Naya merasa di serang rasa kantuk. Ia membaringkan tubuhnya di samping temannya itu.
Lalu beberapa detik kemudian, dia ikut tertidur.
**
Selang beberapa jam, mentari mulai meninggi, sayup-sayup terdengar bunyi mesin kompresor dari tetangga sebelah. Bagai mendengar bunyi alarm yang indah, perlahan Naya membuka matanya. Gadis itu buru-buru terbangun dari tidurnya, lalu mengintip dari balik jendela.
Terlihat Zian di depan sana yang sedang serius bekerja. Seakan tak pernah bosan, Naya menatapnya dengan kekaguman.
Pemandangan yang indah pagi ini.
"Sudah bangun, Nay..." ucap Mia yang baru saja keluar dari kamar mandi membuyarkan lamunan temannya itu.
"Kenapa kau tidak membangunkan aku? Padahal aku mau menyambut pangeran."
"Pangeran lagi..." Mia memutar bola matanya dengan malas, lalu membuka lemari pakaian.
"Mia..." panggil Naya.
"Hemm..."
"Sejak kapan dia membuka bengkelnya di sana?" tanya Naya tanpa mengalihkan pandangannya dari Zian.
"Kalau tidak salah sekitar dua bulanan yang lalu, memang kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu saja." Naya lalu meraih benda yang di bawanya dari rumahnya, lalu meletakkan benda itu di depan matanya.
"Aku juga tidak tahu asalnya darimana. Tiba-tiba dia datang dan membuka bengkel di depan."
"Apa kau akrab dengannya?" tanya Naya kemudian.
"Sedikit, dia orangnya agak tertutup dan sedikit galak."
Senyum tipis muncul di sudut bibir Naya, memperhatikan Zian melalui teropong jarak jauh, sehingga ia dapat memandangi wajah itu lebih jelas.
wajahnya sangat berkarisma, kenapa dia kelihatan begitu seksi pagi ini? batin Naya.
"Mia, apa kau tahu dia pakai skincare apa? Wajahnya semakin mempesona dengan skincare yang menempel di wajahnya."
Mia mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Naya, "Sejak kapan Kak Zian memakai skincare?"
Mia lalu merebut teropong yang di pegang oleh Naya, lalu mencoba melihat Zian dengan teropong itu.
"Ya ampun Naya, itu bukan skincare, tapi oli," ucap Mia kesal.
"Oli?"
"Kau tidak bisa bedakan skincare dan oli?"
"Benarkah? tapi wajahnya semakin bersinar dengan benda hitam yang menempel di wajahnya," ucap Naya dengan polosnya.
Aku tahu, cinta memang membuat orang jadi gila, oli saja bisa jadi skincare. Mia menggerutu dalam hati.
"Kalau tidak dengar sendiri, aku tidak akan percaya kalau itu kau."
Mia begitu heran dengan Naya yang bagai tersihir oleh sosok Zian. Padahal selama ini, Naya selalu mengabaikan setiap pria yang mendekatinya. Namun berbanding terbalik dengan Zian. Naya seakan menjadi budak cintanya, dan membuat gadis itu seperti orang gila.
***
BERSAMBUNG
dulu dah baca tapi ilang judulnya dan akhirnya semua judul mafia Q baca..
siapin tisu dan bergadang 😅