My First Love

‘’Eits, udah akrab aja kalian.’’ Hani berucap menyambut kedatangan Naura dan Kevin di kantin kampus.

Amel juga ikut menggoda kedekatan dua orang yang baru saja berteman dekat itu. Bukan tanpa alasan, sebagai teman dekat Kevin, mereka cukup tau sikap Kevin yang tidak gampang dekat dengan orang baru, dan sekarang pria itu terlihat sedang bersenda gurau dengan Naura. Bukankah itu hal yang langkah?

‘’Lagi pada ngomongin apa sih?’’ Rezky baru datang bersama dengan Dika. Dika langsung duduk manis di samping Hani tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Rezky duduk di samping Amel.

‘’Hei, tidak ada yang mau menjawab pertanyaanku? Aku bertanya loh tadi kalau kalian lupa,’’ protes Rezky saat teman-temannya kembali sibuk dan membicarakan sesuatu yang tidak diketahuinya.

Rezky kembali berdecak saat teman-temannya hanya merespon protesnya dengan tawa menjengkelkan khas mereka masing-masing.

‘’Kamu itu kayak ibu-ibu kompleks, kepo maksimal …,’’ ledek Amel yang kembali membuat mereka tertawa. Apalagi saat Rezky sengaja memanyunkan bibirnya, khas seorang wanita yang sedang ngambek.

Kevin sengaja melempar satu cemilan yang sedang di makannya ke wajah Rezky. Sebagai pria sejati dia sedikit ngeri melihat ekspresi wajah Rezky yang seperti wanita jadi-jadian menurutnya. ‘’Jijik tau nggak.’’

‘’Akan kutonjok wajahmu jika memperlihatkan ekspresi aneh itu lagi,’’ timpal Dika merasakan hal yang sama seperti Kevin.

‘’Jangan gitu dong guys, kenapa jadi pada jahat sih? Kan kasihan Rezky nya, apalagi kalau wajah jeleknya ini kena tonjokan. Aduh … aku nggak bisa bayangin akan sejelek apa dia nanti,’’ Celetuk Hani yang kembali membuat teman-temannya tertawa. Mereka pikir Hani akan membela Rezky, eh nggak taunya malah semakin meledek pria itu.

‘’Aish kalian benar-benar ….’’ Rezky tidak lagi meneruskan ucapannya. Lebih baik makan daripada menjadi bahan ledekan teman-teman tak berakhlaknya itu.

Bukannya berhenti, Hani dan Amel malah semakin ingin menggoda Rezky. Untung saja Rezky sudah terbiasa dengan sikap dua wanita menyebalkan itu. Kalau tidak, mungkin dia akan benar-benar marah pada mereka.

*****

‘’Nau mau nonton bareng nggak?’’ Kevin memberanikan diri untuk mengajak Naura ke bioskop. Pria itu ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Naura. Ingin mengenal Naura lebih dekat lagi.

Sebenarnya Naura tidak ingin menolak, tapi, untuk mengiyakan juga tidak mungkin. Tadi, Jonathan menelponnya dan mengatakan akan menjemputnya dan Hani.

‘’Mungkin lain kali ya Kev.’’ Naura memberikan senyum manisnya. 

Kevin mengangkat jari kelingkingnya di depan Naura. Pria itu ingin Naura berjanji padanya. ‘’Janji ya ….’’

‘’Kayak pejabat aja.’’ Naura bercanda sambil mengangkat jarinya. ‘’Tapi nggak horor ya. Cukup hidup aja, film nggak usah.’’

Kevin terkekeh. Dia semakin ingin mengenal Naura, si wanita yang mampu menarik perhatiannya di pertemuan pertama mereka.

*****

‘’Kak, kakak kenapa sih? Nggak ada kerjaan?’’ kesal Hani saat di perjalanan pulang. Wanita itu kesal karena Jonathan yang tiba-tiba memiliki keinginan untuk menjemputnya dan Naura. Padahal, sebelumnya Jonathan selalu sibuk dan tidak pernah sekalipun menjemputnya.

Bukan tanpa alasan Hani kesal, pasalnya waktu bermainnya jadi berkurang karena keinginan Jonathan itu. Ia merasa seperti anak kecil saja, harus langsung pulang begitu jam kuliah selesai.

‘’Kamu kenapa sih Han, kayak nggak senang kakak jemput? Bukannya ini yang kamu inginkan dulu, diantar dan dijemput kakak?’’ Jonathan berucap sambil memperhatikan wajah manyun adiknya itu dari kaca spion.

‘’Dulu kemana saja? Kenapa baru sekarang, pas aku tidak menginginkan hal itu lagi.’’ Hani setengah mencibir. Hani cukup yakin kalau saat itu Jonathan tengah sibuk mengurus kekasihnya. Sehingga kakaknya itu tidak punya waktu, walau hanya sekedar menjemput atau mengantarnya ke sekolah. Keinginan itu adalah keinginan Raisa hampir dua tahun lalu, saat dia masih SMA.

Jonathan yang merasa bersalah, tidak mau lagi meneruskan perdebatan itu. Sedangkan Naura hanya diam saja dari tadi. Dia tidak mau ikut campur dalam perdebatan kakak adik itu, apalagi Naura tidak tau apa yang terjadi dulu.

*****

‘’Loh tumben, anak anak Bunda udah pulang.’’ Sambut bunda Citra heran dengan kepulangan Hani yang menurutnya tidak seperti biasanya. Wanita paruh baya itu melirik jendela dan memperhatikan langit yang masih cerah. Tidak biasanya Hani pulang di saat matahari masih menampakan cahayanya.

‘’Tanyakan pada anak kesayangan Bunda, belakangan ini dia terlalu menyebalkan,’’ jawab Hani tanpa menghentikan langkahnya. Wanita itu melewati bundanya begitu saja, lalu masuk ke kamarnya dengan membanting pintu kamar sedikit keras.

‘’Kenapa Nau?’’ Bunda kebingungan. Sudah dua kali Hani pulang dalam keadaan kesal seperti sekarang. Kalau yang pertama karena ulah Jonathan, yang sekarang tidak mungkin karena Jonathan juga kan? Setahu bunda anak sulungnya tengah sibuk sekarang.

‘’Hani kesal karena kak Jo yang tiba-tiba ingin menjemput kami.’’ Lalu Naura ikut berlalu meninggalkan bunda Citra. Sebenarnya Naura tidak marah atau kecewa, dia malah merasa cukup senang bisa memiliki banyak waktu bersama dengan Jonathan. Tapi, dia juga cukup mengerti perasaan Hani.

‘’Jonathan?’’ gumam bunda Citra tak percaya. Sementara Jonathan langsung kembali ke kantor setelah tadi mengantar dua gadis kecilnya.

*****

‘’Pak Jonathan, dibawah ada seorang wanita yang katanya adalah kekasih bapak, katanya dia datang untuk bertemu dengan bapak.’’ Sang sekretaris memberitahu, Jonathan terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya.

‘’Kekasih? Minta dia datang lain waktu, katakan aku sedang sibuk sekarang,’’ jawab Jonathan tanpa pertimbangan. Matanya tetap fokus pada lembaran-lembaran putih yang bertumpuk di atas mejanya.

*****

‘’Tidak mungkin, Jonathan tidak mungkin menolak kedatanganku. Apa kalian sudah mengatakan siapa yang datang menemuinya? Apa kalian mengatakan namaku padanya?’’ Lyodra tidak terima saat resepsionis menolak kedatangannya. Dia merasa dibohongi, menurutnya Jonathan tidak mungkin menolak kedatangannya.

Pria itu sangat mencintainya. Sesibuk apapun, Jonathan pasti menyempatkan waktu untuknya, apalagi sekarang dialah yang berinisiatif mendatangi pria itu.

‘’Aku tau kalian membohongiku, telpon lagi dan katakan Lyodra Lesmana datang mengunjunginya.’’

Tidak ada seorang pun yang mengiyakan permintaan Lyodra. Mereka terlihat sibuk sendiri dengan aktifitas yang sepertinya sedang dibuat-buat agar terlihat sibuk oleh Lyodra.

‘’Awas kalian, aku akan mengadukan hal ini pada Jonathan dan kupastikan kalian akan kehilangan pekerjaan ini secepatnya,’’ ancam nya yang kembali tidak dipedulikan oleh dua resepsionis yang sedang berhadapan dengannya. Bukannya tidak sopan, mereka hanya menjalankan perintah dari atasan yang memang menolak kedatangan Lyodra.

‘’Ck siapa sih wanita itu?’’ bisik salah satu resepsionis pada rekannya setelah Lyodra keluar dan meninggalkan bangunan 32 lantai itu.

‘’Lyodra Lesmana, model yang dulu sempat terkenal karena skandalnya dengan seorang aktor ternama.’’

‘’Owh , tapi apa benar kalau dia kekasih pak Jonathan? Apa nggak pa-pa kita menolaknya tadi?’’

‘’Kalaupun benar, pak Jonathan tidak bisa menyalahkan kita. Kenapa? Karena kita hanya menjalankan perintahnya. Bukankah dia sendiri yang meminta kita untuk menolak kedatangan wanita itu?’’