NovelToon NovelToon
Inginku Bukan Ingin_Nya

Inginku Bukan Ingin_Nya

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Cerai / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / bapak rumah tangga
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Imas

Kisah ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Menceritakan kisah seorang gadis yang hidup penuh keberantakan, Jianka namananya.

Jianka mempunyai seorang sahabat dekat yang dia pikir benar-benar seorang sahabat. Namun tidak, dia adalah orang yang paling tidak rela melihat Jianka bahagia.

Beruntung dalam dunia percintaan. Jianka dicintai dengan hebat oleh dua lelaki yang memiliki latar dan gaya hidup yang berbeda.

Jianka menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki bernama Arbian. Remaja zaman sekarang biasa menyebut hubungan ini dengan HTS. Meski demikian, kesetiaannya tak dapat diragukan.

Selain itu, Jianka juga dicintai oleh seorang Gus Muda yang mampu menjaga kehormatannya dan bersikap sangat dewasa.

Bagaimana kisah lengkap mereka? Cinta manakah yang mampu memenangkan Jianka? Kuy, ikuti ceritanya ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Lamaran Dan Kesetiaan

..."Seribu wanita pun, tak mampu menggantikan satu nama yang telah abadi dalam hati."...

...-Arbian Putra Pratama...

.......

.......

.......

"Abah, Umma, Jianka masuk rumah sakit," ucap Mahza panik.

Mahza yang mendapat kabar tersebut dari Arbian, bergegas mengunjungi Jianka bersama kedua orang tuanya usai pulang dari masjid siang ini.

Setelah perdebatan dengan Iza kala itu. Arbian tak punya pilihan lain selain meninggalkan Jianka. Tak punya siapa pun yang dia percaya untuk menjaga wanita yang sebenarnya masih ingin dia jaga, Arbian terpaksa memberi kabar pada Mahza untuk menjaga Jianka.

"Nggak papa aku tinggal, Ji?"

"Nggak papa, Kak. Happy wedding, ya. Makasih buat semuanya, mungkin kedepannya Kak Arbian akan lebih sibuk dengan istri Kak Arbian. Makasih udah jagain Jianka beberapa hari ini."

Arbian yang duduk tepat di tepi dipan Jianka bersama Jianka yang terbaring di atasnya. Bersamaan dengan itu, Mahza masuk dengan kedua orang tuanya.

Menangkap hal tersebut, mustahil untuk tidak merasa cemburu. Sorot mata Mahza pun mampu menjelaskan api cemburunya.

Mendapati Mahza yang masuk ke ruangannya. Sementara dia sedang tak mengenakan hijab, bahkan baju rumah sakit berlengan pendek. Dengan cerdiknya Jianka menarik ujung selimutnya dan menutup seluruh tubuhnya.

"Heh! Lo ngapain? Disamperin malah sembunyi nggak jelas," tegur Arbian sambil menarik kembali selimut Jianka.

"Udah, ya. Pergi dulu, acara mulai 5 jam lagi," pamit Arbian sambil mengelus lembut kepala Jianka dan mengecup keningnya.

"Iya, Kak. Hati-hati, makasih."

Menjabat tangan dan menyapa keluarga Mahza, Arbian pergi setelahnya. Jianka yang tanpa kerudung, berada di tengah kedua lelaki yang biasa dia sebut Penduduk Surga itu, tampak canggung seolah dia sedang telanjang tak berpakaian.

Jianka yang beberapa kali mengusap rambutnya. Wajahnya yang tampak tegang dipahami tepat oleh Mahza. Kain surban yang masih melekat di tubuhnya usai berjamaah Dzuhur tadi, Mahza lepas dan ia berikan pada Jianka.

Teringat kejadian di rumah sakit kala itu. Saat Jianka rela membeli gamis baru hanya karena akan bertemu Mahza. Tanpa Jianka tahu, orang tua Mahza telah menceritakan hal lucu itu pada putra mereka.

"Risih? Nih, pake!"

Gaya bahasa cuek Mahza dibalas dengan cara menerima Jianka yang sedikit kasar. Jianka menerima surban Mahza dengan cepat.

Kedua orang tua Mahza hanya mampu tersenyum melihat Mahza yang dengan sederhananya mampu memahami Jianka tanpa harus berkata.

"Gimana keadaan kamu sekarang, Sayang?"

"Baik kok, Umma. Mungkin dalam waktu dekat sudah bisa pulang."

"Nak," panggilan lembut itu keluar dari abah Mahza.

"Mahza ada niat baik ke kamu," lanjutnya.

Degg!!!

Seketika wajah Mahza juga tampak begitu serius sekarang. Mahza sendiri tak mengira, abahnya akan secepat ini mengatakannya pada Jianka.

Menepati perjanjiannya dengan abahnya. Pulang dari pesantren saat liburan ini, Mahza mengungkapkan kejujuran perihal perasaannya tentang Jianka pada abahnya.

"Abah," panggil Mahza panik.

"Maksudnya, Bah?" tanya Jianka yang bermaksud meminta kejelasan.

"Mahza ingin membimbing kamu, menjadikan kamu teman ibadah."

Ekspresi yang kini sulit dijelaskan, Jianka hanya diam dengan wajahnya yang tampak kebingungan, "Jadi, yang mau Mahza lamar itu aku? Kok aku?"

Tanpa sepengetahuan Iza, dia datang karena dia pikir Jianka hanya seorang diri. Iza yang kembali menutup pintu dan tersenyum cerah saat melihat kejadian yang tak sengaja ia lihat itu. Iza tersenyum lega mendapati kebahagiaan Jianka.

"Tidak perlu khawatir, kami mengerti kamu, Sayang. Umma sama Abah sudah menemui ayah kamu beberapa minggu lalu."

"Jianka ... astaga, aku sampai tidak bisa berkata-kata. Ini sangat menyentuh," ucap Iza yang terus menampakkan senyumnya.

...

Sementara di resepsi pernikahan Arbian dan Fiana sore ini. Berbeda dengan pasangan lain yang selalu tampak bahagia di hari pernikahannya. Arbian tampak murung dan tak bersemangat. Jiwanya seolah ingin bertiak untuk membatalkan acara ini, namun apalah daya? Dia hanya diam di depan cermin, menatap gagah pria berjas hitam tersebut dengan malangnya.

"Jianka, seandainya denganmu. Aku mungkin tidak akan seberat ini melakukannya."

Dirinya yang telah siap, duduk menghadap untuk melaksanakan ijab qabul menerima Fiana menjadi istrinya.

Jianka yang telah menerima lamaran Mahza. Menunggu beberapa bulan ke depan hingga hari pernikahannya, mereka mengaku siap untuk saling menjaga hati masing-masing.

...

Tangan yang telah Arbian jabat, "Saya terima nikah dan kawinnya ...." Ucapannya terhenti, dari lubuk hati yang paling dalam. Arbian benar-benar tidak mampu mengatakannya.

"Maaf semuanya, saya tidak bisa."

Arbian melepas jabatan tangan tersebut. Beranjak dari tempat duduknya dan berlari menghampiri motor kesayangannya. Dengan cepat, Arbian menancap gas laju kendaraannya.

Tak hanya Fiana, orang tua Fiana, orang tua Arbian sendiri, dan seluruh tamu. Dibuat bingung oleh tingkahnya.

Tak perlu bertanya akan pergi ke mana Arbian saat ini. Tentu, menghampiri Jianka. Sesampainya di rumah sakit, seluruh penghuni kamar Jianka, termasuk Jianka sendiri. Dibuat bingung dengan kedangan Arbian yang seharusnya berada di acara pernikahannya.

Wajahnya yang tampak tergesa-gesa, ditangkap penuh khawatir oleh Jianka.

"Kak Arbian? Kenapa, Kak?"

"Maaf, Ji. Aku beneran nggak bisa."

"Maksudnya?"

Arbian yang mendekat dan menyentuh lembut tangan Jianka. Mahza seolah ingin mendorong lelaki tersebut untuk menjauh dari Jianka. Namun, lagi-lagi ia hanya mampu memalingkan pandangannya.

Di hadapan keluarga Mahza, tanpa ragu Arbian menjelaskan semuanya. Tak tahu harus berbuat apa, Jianka hanya menatap wajah tulus itu dengan matanya yang sama sekali tak mampu memberikan harapan lagi untuknya.

"Kak ...."

Mulutnya kaku hanya untuk sekedar bercerita. Padahal sebelumnya, mereka adalah teman cerita dalam segala bentuk luka.

Jianka menunjukkan jari manisnya yang kini tak lagi kosong. Sebuah cincin tampak indah melingkarinya.

Seolah sedang dihantam keras, seketika Arbian menegakkan tubuhnya, melepas genggaman tangannya yang menggenggam tangan Jianka dan mengambil beberapa langkah mundur. Sial! Andai saja dia tidak menghubungi Mahza siang tadi, Arbian masih berkesempatan untuk memiliki Jianka.

"Ji? Kamu?"

"Maaf, Kak."

Wajahnya tertutup oleh salah satu telapak tangannya. Tangis kehancuran itu mengalir deras. Tak mampu menyalahkan siapa pun, Arbian hanya berisik dalam diamnya dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Andai gue nggak ngejauhi Jianka beberapa bulan terakhir ini. Andai gue nggak manggil Mahza. Andai gue tetep ada di samping Jianka tadi."

Jianka menatap Mahza penuh makna. Setelahnya, Jianka mengulurkan tangannya, memanggil Arbian untuk mendekat kepadanya. Tangan yang seharusnya selalu ia genggam itu, ditangkap oleh Arbian yang masih menerima kehancurannya.

"Kak, Jianka nggak bisa. Jianka sudah lebih dulu menerima Mahza. Jianka minta maaf."

"Jianka yakin banget, Kak. Sekarang Fiana lagi sedih banget karena Kak Arbian pergi. Tolong kembali."

"Nggak, Ji. Aku bisa nerima kalau kamu nikah dengan orang lain. Tapi nggak akan bisa maksa diri aku sendiri untuk jatuh cinta pada seseorang yang tidak aku cintai."

"Kak, Jianka juga pengen ngelihat Kak Arbian bahagia dengan wanita lain."

"Tidak ada wanita lain, Jianka. Bahkan, selama ini aku menjalani hubunganku secara palsu. Hubunganku denganmu yang hanya sebatas teman, lebih aku sukai dari pada hubunganku dengan Fiana yang sudah hampir ke jenjang pernikahan."

Mahza memilih untuk pergi, langkah keluarnya diikuti oleh kedua orang tuanya. Wajahnya hanya tampak biasa saja, namun, entah apa yang sedang disembunyikan oleh wajah tenang tersebut.

"Mahza."

Panggilan itu menghentikan langkahnya.

"Umma, Mahza nggak tega ngelihat Arbian."

Ibunda memeluk hangat putranya tersebut, "Percaya, Sayang. Yang menjadi takdirmu, tidak akan bisa menjauh darimu. Dan yang bukan takdirmu, akan pergi meski kamu dengan erat memeganginya."

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!