Youtube : Hai Za
(bantu subscribe)
Kisah cinta seorang gadis cantik berumur 25 tahun yang berprofesi sebagai dokter dengan pria tampan berumur 28 tahun seorang CEO yang banyak digilai wanita. Yang dipertemukan dengan sebuah kecelakaan dan akhirnya menumbuhkan rasa cinta diantara mereka. Apakah mereka dapat bersatu?
Simak terus ceritanya:)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rystin Zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 6
"*aduh senyumnya meleleh aku bang"
"Calon suamikuu manis sekali ketika senyum"
"Serasa makan coklat bang*"
Begitulah kira-kira omongan perawat juga ada pengunjung rumah sakit yang ikut nimbrung terutama kaum wanita. Tapi cleo hanya acuh dan tetap berjalan dengan gagahnya menuju UGD. Sesampainya di UGD cleo berpapasan dengan imelda yang baru saja selesai mengobati korban.
"Apakah anda keluarganya tuan?" tanya imelda
"Tidak, Tapi saya adalah asisten dari Presdir dari perusahaan RY Company yang akan bertanggung jawab atas kesembuhan korban." Jelas cleo serta membungkukkan badannya
"Baiklah, Anda bisa menjenguknya nanti saat korban sudah dipindahkan ke ruang rawat" ucap imelda dengan senyuman.
"Terima kasih dokter, Berikan pelayanan terbaik untuk korban" Ucap cleo
"Pasti tuan, itu sudah menjadi tugas kami, kalau begitu saya permisi" pamit imelda serta membungkukkan badannya.
"Baik dok" balas cleo.
Setelah itu imelda pun pergi meninggalkan cleo yang sudah mulai duduk di kursi ruang tunggu didekat ruang UGD tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Seperti biasa imelda akan pulang karena pekerjaan nya sudah selesai tapi sebelum pulang imelda akan tetap menanyakan kepada suster rida.
"Apakah masih ada pasien lagi sus?" tanya imelda
"Tidak dokter" jawab suster rida disertai senyuman.
"Baiklah kalau begitu saya akan pulang terlebih dahulu" pamit imelda juga dengan senyumannya
"Hati hati dok" jawab suster rida yang dijawab anggukan oleh imelda disertai senyumannya
Imelda berjalan keluar dari ruangannya dan memasuki lift untuk turun ke loby rumah sakit. Sepanjang jalan menuju loby banyak pasang mata yang memberi hormat kepada imelda. Meskipun imelda bukan orang kaya tapi kecerdasan imelda mampu membuatnya disegani orang lain.
Imelda berjalan seperti biasa menyusuri jalan raya untuk pulang kerumahnya. Setelah sampai dirumah imelda pun mulai membersihkan diri kemudian keluar menuju dapur untuk memasak untuk makan malam mereka. Imelda memang sepakat untuk memasak makan malam sendiri jika memang dia tidak sibuk. Alasannya memang pak adam yang lebih sering sakit dan sudah mulai menua. Setelah selesai memasak imelda keluar menyusul pak adam yang sedang menonton televisi sekedar bersantai sembari menunggu makan malam. Mereka bersantai diselingi canda dan tawa yang saling melengkapi kebersamaan mereka.
Hari pun sudah mulai gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Pak adam dan imelda pun menuju meja makan untuk memulai aktifitas makan mereka. Ditengah kegiatan makan malam tersebut pak adam bertanya kepada imelda yang langsung membuat imelda tersedak
"Kapan kamu akan mencari orang tua mu nak?" tanya pak adam tiba-tiba
"Uhuk uhukk" imelda terkejut hingga membuatnya tersedak
"Hati-hati nak" Tutur pak adam sambil menyerahkan air putih di gelas ke imelda
"Kenapa bapak bertanya seperti itu?" tanya imelda kembali tanpa menjawab pertanyaan pak adam
"Tidak apa nak, hanya saja kau sudah dewasa. Orang tua mu pasti juga merindukanmu" Jelas pak adam hati-hati karena takut membuat putri angkatnya tersebut tersinggung dengan ucapannya
"Apakah bapak sudah tidak menyayangiku lagi?" tanya imelda sambil menundukkan kepalanya
"Bapak selalu menyayangimu nak, sampai kapan pun bapak tetap menyayangimu" jawab pak adam sambil tersenyum
Imelda pun hanya diam tidak menyahuti lagi obrolan tentang itu. Melihat imelda membersihkan piring dan gelas di meja tersebut pak adam merasa bersalah terhadap putrinya. Beberapa menit imelda masih diam sambil mencuci piring. Lalu pertanyaan pak adam pun kembali memecah keheningan diantara mereka itu.
"Maafkan bapak nak, bapak tidak bermaksut mengusirmu" ucap pak adam sendu
"Tidak apa pak, Melda tidak apa-apa kok" jawab imelda dengan senyuman
"Lalu kapan kamu mulai mencari mereka nak?" tanya pak adam sekali lagi
"Nanti melda pikirkan pak" jawab imelda seraya meletakkan piring di raknya.
"Baiklah nak, Itu keputusan mu" balas pak adam.