Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 7
Setelah berjam- jam di ruang operasi akhirnya Ayra dan Alfarezeel keluar dari ruangan tersebut, setelah segala urusan selesai Ayra langsung menuju ke lobby, ia menunggu sahabatnya yang ingin menjemput dirinya.
Alfarezeel setelah operasi ia kembali ke ruangannya sebentar, kemudian ia berniat pulang ke pesantren milik sang kakek, atau biasa ia panggil Abah.
Namun saat di lobby ia melihat Ayra yang sedang duduk, tampak raut wajah yang begitu lelah,Alfarezeel mengakui kinerja Ayra sangat bagus dan cekatan, ia berniat merekrut Ayra menjadi Dokter di Rumah sakitnya karena jujur di Good Living Hospital sangat kekurangan Dokter Obgyn.
Alfarezeel memang sangat teliti saat memperkejakan para pekerja,ia akan mengseleksi terlebih dahulu, maka dari itu para Dokter yang bekerja di Rumah sakit miliknya adalah Dokter - Dokter terbaik.
Alfarezeel memutarkan dirinya menuju ke kantin, ia membeli sebotol minuman dan juga sepotong roti, setelah selesai transaksi ia kembali dan kini menghampiri Ayra yang masih berada di Lobby.
Ayra mendongakan kepalanya saat seseorang menyodorkan sebotol air dan sebungkus roti.
" Ambilah " pinta Orang tersebut tak lain Alfarezeel.
" terima kasih" Ayra mengambil Air dan roti tersebut lalu meneguknya hingga sisa setengah.
" Saya yang harusnya terima kasih, sudah membantu ibu melati" ujar Alfarezeel yang duduk di sebelah Ayra.
Ayra tampak menjauh, ia ingat dia adalah calon suami sang kakak tiri jika ia duduk berdekatan, walau Alfarezeel saat duduk memberi jarak, namun sama saja.
" Sudah kewajiban saya sebagai tenaga medis, saya hanya membantu sebisa saya" jawab Ayra.
Saat Alfarezeel ingin menawari Ayra untuk bekerja di Rumah sakitnya, sang adik riba dengan segala kehebohannya.
" Ayraaaaaaa" teriak Zahira saat memasuki lobby.
Zahira memang terbading terbalik dengan sang kakak yakni Alfarezeel yang terkenal cuek, pendiam, tegas dan dingin, sedangkan Zahira adalah orang yang bar- bar, ramah dan mudah sekali akrab dengan orang.
Zahira kemudian duduk di antara sang kakak dan sahabatnya yang menciptakan jarak, Zahira kemudian mengambil botol dari tangan Ayra, yang tersisa setengah kemudian meminumnya hingga tak tersisa,lalu mengambil roti milik Ayra, Alfarezeel melihat itu langsung menepis tangan sang adik.
" apa sih kak? aku laper" protes Zahira.
" laper beli sendiri, itu punya teman kamu" sahut Alfarezeel.
Ayra yang sudah lelah dan tak mau mendengar keributan kemudian menyerahkan roti yang di kasih oleh Alfarezeel tadi.
" makan aja Ra, gue belom laper" ujar Ayra memberi sebungkus roti pada Zahira.
" Ahh emang cuma lu yang ngerti gua" Zahira kemudian memakan roti tersebut.
Saat Zahira sedang anteng memakan roti, berbeda dengan dua orang di sebelahnya, mereka hanya sedang berkelahi dengan fikirannya, Ayra yang berfikir mencari kerja tambahan untuk mengganti uang sang ayah nya yang masih kurang setengah, walau Kiyai Luqman tak meminta itu semua, namun Ayra tak mau selalu di ganggu oleh kakak tiri dan ibu tirinya, karena uang yang di keluarkan oleh sang ayah untuk biaya kuliahnya.
Sedangkan Alfarezeel entah mengapa hatinya sekarang begitu ragu dengan calon istri yang tak lain adalah kakak tiri Ayra.
Tiba- tiba saja ponsel Zahira berbunyi tertera nama Umma dengan emoticon love
Zahira menekan tombol hijau dan melakukan panggilan video.
" Halo Assalamualaikum umma" sapa Zahira masih dengan roti di tangannya.
" Waalaikumsalam , anak umma satu ini lagi dimana? umma sudah sampai di Jakarta, kenapa kamu belom pulang?" Balasan dari sebrang.
" Di rumah sakit umma, bentar lagi Hira pulang kok, tadi ada tabrakan beruntun, caos banget tadi umma,korbannya banyak banget terus tadi ada juga korban yang mengkhawatirkan" jawab Zahira panjang kali lebar.
Ayra melihat Zahira tersenyum,ia ingin sekali bercerita pada orang tuanya apa yang ia kerjakan sehari- hari, apa yang terjadi di hari tersebut pada orang tuanya, namun nasibnya kurang beruntung ia tak tau ibunya dimana dan hubungannya dengan ayahnya juga tidak bagus, yang ia bisa lakukan adalah memendam semua sendiri.
" gue pengen cerita sama bunda, tapi dimana keberadaannya pun gue enggak tau" batin Ayra.
" AYRA KHANSA ADIBA" teriak Zahira di telinga Ayra, yang membuat Ayra buyar dari lamunannya.
" apa sih Ra? gak usah pakek teriak juga kali" protes Ayra sambil menggosok telinganya.
" lagian loe di panggil dari tadi, malah ngalamun bae, nih umma mau ngomong sama loe "Sahut Zahira,memberi ponselnya pada Ayra.
Alfarezeel tampak mengeryitkan dahinya,ketika sang ibu mengenal Ayra, sedekat apa perempuan yang ia marahi sekaligus membantunya tadi dengan sang adik, hingga bisa dekat dengan Sang ibu.
"Ya Allah nak.. umma tuh kangen banget sama kamu,sudah lama umma tidak bertemu kamu, terakhir waktu pas kalian sumpah Dokter, setelah itu kamu menghilang seperti fi telan bumi" ujar Wanita paruh baya dari sebrang telfon.
" Maaf umma, Ayra juga kehilangan kontak Zahira jadi tidak bisa menghubunginya, umma dan abah sehat?" jawab Ayra.
Alfarezeel semakin di buat penasaran dengan Ayra, karena ia menanyakan aba nya, yang ia tahu aba nya susah sekali dekat dengan teman anaknya.
"Alhamdulilah sehat, kamu sendiri gimana?Aba beberapa kali nanyain kamu loh, sekarang praktik dimana kamu?"
" Di rumah sakit As- Syifa umma" jawab Ayra.
" wahh iyakah kok Hira tidak pernah bilang, abah juga tidak pernah bilang" ujar Umma Annisa.
" Iya umma, Ayra baru ketemu Hira beberapa bulan kebelakang, dan baru tau kalau rumah sakit As- Syifa milik kakaknya Hira" jawab Ayra.
" Kamu ada waktu luang tidak? mari bertemu atau kamu ikut saja Hira dan Al ke pesantren abah"ujar umma Annisa.
" waduh maaf tante sepertinya tidak bisa, Ayra lagi tidak pakai jilbab,dan baju Ayra pendek" jawab Ayra.
" pinjam saja baju Zahira terlebih dahulu Ayra, dia pasti juga mampir dulu ke apartemennya" saran Umma Annisa.
Ayra tampak berfikir ingin menolak namun ia tidak enak, ia berhutang budi dengan keluarga Zahira, karena tak di sangka hidupnya di bantu oleh mereka.
" Okay umma, Hira akan bawa anak kesayangan umma ini kehadapan baginda ratu" sela Zahira yang melihat sahabatnya kebingungan.
" okay umma tunggu, oh yaa dek jangan lupa jemput suami kamu dan Aba di bandara yaa... hari ini kan mereka pulang"
Zahira menoleh ke arah Ayra dan benar saja Ayra menatap dirinya tajam, ia memang sudah menikah seminggu yang lalu, namun baru akad itu pun saat Aba dan Suaminya umroh, Zahira tidak menghadiri pernikahannya sendiri.
Zahira pun akan mengadakan resepsi barengan dengan sang kakak satu bulan lagi, dan di situ Zahira ingin memberi tahu Ayra, namun rencana hanyalah rencana Ayra sudah mengetahui dari mulut Ummanya.
" loe utang penjelasan sama gue"
segitu GK pedulinya kah ia pd anak kandungnya .. selalu dapat ketidak adilan dr ibu/kakak tirinya
semangat ya!
semangat selalu ya kak🤍