Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Intimidasi Daren
Angel turun dari mobil terburu-buru, rambutnya sedikit berantakan karena ia terus mengacaknya karena frustasi di sepanjang jalan. Ken mematikan mesin mobil dan ikut keluar, mengejar langkah Angel yang hampir lari.
“Angel,” panggil Ken sambil menarik pergelangan tangannya pelan.
Angel menoleh cepat. “Ken? Apa lagi? Aku udah telat…”
Ken menatapnya, matanya lembut tapi penuh kekhawatiran. “Good luck.”
Lalu tanpa menunggu jawaban Angel, Ken menarik pinggang Angel dan menciumnya dengan cepat, Ciuman yang membuat Angel lupa sejenak pada kecemasannya.
Angel mendorong dada ken perlahan. “Ken… nanti ada orang lihat. aku tidak ingin di hari pertamaku bekerja sudah terdengar gosip aneh. ”
“Biarkan” jawab Ken singkat. “Aku hanya ingin semua orang tahu bahwa Angelina Cate adalah milikku.”
Angel menarik napas panjang, menegakkan bahunya, lalu memasang wajah datar.
"Tapi faktanya seorang Kenan Arsenio sudah tidak berstatus lajang. " ucapnya dengan dingin.
“Aku pergi dulu.”
Ia berbalik dan berjalan cepat memasuki gedung megah De Castello corp, high heels-nya memantul di lantai marmer.
DING!
Lift terbuka.
Dengan tergesa Angel masuk dan menekan lantai eksekutif, lantai teratas di gedung ini. tangannya sedikit bergetar bukan karena ia gugup melainkan karena ia akan bertemu wajah yang selama ini selalu ia benci , wajah yang hanya bisa iaihat dari kejauhan, pria yang ia incar selama tiga tahun terakhir.
"Daren de Castello. Mari kita mulai hari ini dengan langkah yang pelan dan anggun. " Gumam angel dengan lirih. senyum miring tercetak di bibir merahnya.
Begitu pintu lift terbuka, Adrian sudah berdiri di depan meja kerja yang ia yakini adalah meja sekertaris, wajahnya terlihat lega juga panik dalam waktu yang bersamaan.
“Akhirnya kamu datang Angel!” bisiknya sambil menghampiri angel. “Angel, kamu membuat jantungan ku menggila. aku akan menagih biaya pengobatan rumah sakit jika sampai terjadi sesuatu padaku. Tuan Daren sudah menunggu dari tadi.”
Angel buru-buru merapikan rambut dan blusnya. menghirup napas dengan dalam lalu dihembuskan dengan perlahan “Maafkan aku adriian. Aku… memang agak terlambat.”
Adrian mengembuskan napas panjang. “Syukurlah kamu sampai sebelum jam tujuh lewat. Tapi—” ia menelan ludah, “—Daren marah.”
Angel tersenyum kecil. “Bagus.”
Adrian mengerutkan kening. “Bagus?”
Angel melangkah melewatinya, tatapannya berubah dingin dan fokus. “Ya. Jika dia marah, itu artinya… perhatiannya sudah mulai mengarah padaku.”
Adrian menutup wajahnya dengan tangan, pemikiran sahabatnya ini. berbeda dari orang normal biasanya. “Ya Tuhan… Angel, ini baru hari pertama.”
Angel berhenti sejenak, menatap Adrian dengan senyum licik yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.
“Justru itu. Hari pertama adalah saat terbaik untuk mulai menghancurkannya.”
Adrian menelan ludah dengan kasar. Dari dulu angel memang keras kepala. jika sudah menginginkan sesuatu maka ia akan terus berusaha sampai bisa mendapatkannya sama seperti dahulu dia menaklukan Ken yang dingin.
“Angel… dia memberiku perintah agar kamu langsung masuk.”
Angel tersenyum, wajahnya kembali tenang dan cantik, namun matanya menyimpan badai dendam yang tak terbendung.
“Baiklah. aku akan ke ruangannya.”
"jangan terlalu mencolok angel, Daren sudah mencurigai sesuatu. " ucap Adrian dengan pelan. ia hanya berharap angel bisa mengendalikan dirinya agar tidak bertindak gegabah karena Daren bukanlah orang yang bodoh, ia bisa mencium bau bangkai dari jauh sekalipun.
Ngel hanya mengangguk dan berjalan dengan langkah anggun. matanya menatap tajam pintu yang bertuliskan CEO, pintu yang akan menghubungkannya pada awal misi balas dendam .
Daren sedang berdiri di depan meja kerjanya, jas hitamnya terpasang sempurna, kedua tangannya tersilangkan di dada. Tatapannya menusuk dingin, dan tajam. Ia berusaha menahan amarahnya yang siap meledak.
tokk. tokk. tokk. pintu di ketuk. Daren memandang pintu sekilas, ia yakin itu adalah sekertaris barunya, angel, sekertaris yang tidak disiplin dengan waktu bahkan di hari pertama bekerja.
"ckls" Daren berdecak. bagaimana mungkin ia menerima seorang sekertaris yang lelet.
"Masuk." ucapnya dengan dingin.
cklekk. suara pintu terbuka dan kembali di tutup terdengar nyaring di tengah keheningan.
Keheningan itu seperti mencengkeram tenggorokan angel.
Daren mengangkat dagunya sedikit. Menatap tajam pada Angel “Tepat waktu bukan sesuatu yang sulit, Nona Angel.”
Angel meneguk salivanya dengan kasar, namun ia tetap melangkah masuk dengan percaya diri. senyum tipis menghiasi wajah cantiknya “Saya mengerti, Tuan. Dan saya—”
“Diam.” Daren memotong dengan suara rendah namun keras. “Saya tidak menyukai alasan, Apapun itu. Dan hari ini, kamu sudah memberiku nilai negatif.”
Angel tersenyum kecil hanya sepersekian detik. dengan berani dia menatap wajah daren, raut wajah datar itu tidak menyimpan ketakutan sama sekali. kakinya tetap berdiri kokoh walau dengan tatapan intimidasi dari Daren. “Bukan alasan, Tuan. Pagi ini Saya benar-benar harus pergi ke rumah sakit .”
“ahhh Masalah pencernaan ya?” tanya Daren dengan sinis. aura intimidasi begitu kuat membuat lawan bicaranya gemetar namun pengecualian untuk seorang Angel.
"Apakah begitu sakit sampai masalah sepele seperti itu harus melibatkan rumah sakit? "
Nada sinis itu kembali terucap dari mulut Daren membuat udara serasa membeku.
kedua tangan Angel mengepal, dalam dadanya bergemuruh api kemarahan. "selain perusak hidup orang ternyata anda juga orang yang sangat kejam persis seperti publik membicarakanmu" gumam Angel dalam hati
angel menarik napas dengan kasar mengisi rongga dadanya yang terasa panas. “Ya. Bukankah saya harus bisa memuaskan anda tuan?
Jika kondisi saya tidak stabil bagaimana saya bisa membuat anda puas dengan pekerjaan saya?"
untuk sejenak dsren terdiam, menganalisis wanita di hadapannya. tatapan dingin daren terasa menembus sampai ke tulang.
Daren melangkah mendekat, langkahnya pelan namun mengintimidasi lawan bicaranya “Hari pertama, dan kamu sudah berani membuat pelanggaran.”
Angel mengangkat dagu, menatap balik tanpa gentar. “Tapi saya tetap datang sebelum jam masuk, Tuan.”
Daren menghentikan langkahnya tepat di depan Angel jarak mereka hanya tinggal beberapa sentimeter.
Mata kelamnya menatap Angel seperti hendak menembus pikirannya.
“Kamu tahu,” katanya pelan namun tajam, “ada ratusan pelamar yang ingin berasa posisi ini. Mereka tidak akan terlambat untuk hari pertama. Mereka tidak akan memberi saya alasan.”
Angel membalas dengan senyum profesional. “Tapi Anda memilih saya, Tuan. Bukan mereka.”
Sejenak, rahang Daren mengencang.
Ia tidak menyangka Angel akan membalas perkataannya seperti itu. Ia kalah telak.
“Dan saya kira…” Angel menyilangkan tangan di depan dada, suara lembutnya berubah sedikit menggoda, “…Tuan tidak akan menyesal memilih saya.”
Angel mencondongkan tubuhnya sedikit, lalu meniup pelan telinga daren.
Daren menahan napas satu detik, hembusan napas angel membuat tubuhnya merinding.
“Percaya diri sekali, anda?” Nada suara Daren masih dingin namun sedikit berubah dan angel tersenyum puas karena itu.
"cihhh.. mudah sekali menggodanya. " pikirnya.
“Bukan percaya diri, Tuan,” jawab Angel. “Hanya saya memang tahu nilai saya itu tinggi. ”
Daren berjalan memutari Angel perlahan, seperti singa mengamati mangsanya.
“Jika kamu membuat satu kesalahan lagi,” katanya dekat telinga Angel, “saya tidak akan segan mengusirmu dnegan tidak hormat dari gedung ini.”
Angel tersenyum tanpa menoleh. “Saya tidak berencana membuat kesalahan, Tuan.”
Daren kembali berdiri di depan meja, wajahnya datar. “Mulai hari ini, kamu bekerja langsung di bawah saya. Semua laporan, jadwal, dan aktivitas penting perusahaan ada di tanganmu.”
Ia menatap Angel dengan sorot mata yang sulit dibaca antara marah, tertarik… dan rasa penasaran.
“Buktikan bahwa kamu layak berada di sini!”
Angel mengangguk pelan. “Dengan senang hati, Tuan.”
Daren memberi isyarat dengan dagunya. “Keluar. dan mulai bekerja!”
Angel menunduk sopan, lalu berbalik.
Namun sebelum membuka pintu, Daren kembali berbicara.
“Angel—”
Angel berhenti, lalu menoleh.
“Aku tidak menyukai orang yang suka berbohong.”
Angel menunjukkan senyum manis, senyum yang menyimpan racun.
“Tenang saja, Tuan Daren. Saya tidak berbohong… tentang apapun yang penting.”
Kilatan samar di mata Daren menunjukkan ia tidak puas dengan jawaban itu, tapi dia memilih diam.
Angel keluar, menutup pintu dengan pelan.
Begitu pintu tertutup, Daren mengembuskan napas berat dan meremas jembatan hidungnya.
Ada sesuatu pada wanita itu yang mengganggu pikirannya