NovelToon NovelToon
Retak Yang Tak Kembali

Retak Yang Tak Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Penyesalan Suami / Antagonis / Selingkuh / Sad ending
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Nayara dipaksa menghadapi Pengkhianatan menyakitkan dari suaminya, Ardan (Direktur Konstruksi), hanya untuk menyadari bahwa pengusiran itu adalah upaya putus asa Ardan untuk melindunginya dari konspirasi berbasis Hutang Karma masa lalu.
.
.
Didorong rasa cinta yang besar terhadap Ardan , Nayara berpacu melawan waktu memperebutkan 'Kunci Master' ke The Grid, sistem infrastruktur yang dikendalikan secara Biometrik oleh kesadaran seorang anak.
.
.
Setelah menyelamatkan Ardan dari transformasi digital, Nayara menemukan ancaman yang sebenarnya kini merasuki orang terdekatnya, menandakan bahwa perang melawan The Grid baru saja dimulai.

______________


Tolong dibantu untuk like , komen dan follow akun aku ya, bantuan kalian sangat berharga untuk aku🫶

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Suara Malam

Haiii Guys sebelum baca tolong di bantu klik like nya ya sama bolehhh komen nya dan follow nya jangan lupa hihihi. Bantuan kalian sangat berarti buat aku🫶

Happy reading 🌷🌷🌷

...****************...

Malam itu, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.

Jam sudah lewat sebelas, tapi Ardan belum juga masuk kamar.

Dari dapur, suara air mengalir samar, lalu hening lagi.

Nayara duduk di tepi ranjang, menatap tirai yang bergerak pelan tertiup angin dari jendela yang sedikit terbuka.

Ia tak bisa tidur.

Kepalanya penuh pertanyaan kecil yang tak punya jawaban.

Siapa Mira sebenarnya?

Nama itu masih menempel di pikirannya sejak melihat pesan di ponsel Ardan malam itu.

Ia ingin percaya bahwa itu rekan kerja. Ia ingin percaya Ardan tak menyembunyikan apa pun.

Tapi perasaan itu — firasat halus yang menghantam seperti embun dingin di tengah malam — menolak pergi.

 

Dari lantai bawah, terdengar suara samar.

Langkah, lalu suara percakapan pelan.

Ardan.

Nayara menegakkan tubuhnya.

Biasanya jam segini suaminya sudah tidur, tapi malam ini… tidak.

Ia turun perlahan, langkahnya hati-hati agar lantai kayu tak berderit.

Dari ruang kerja yang pintunya sedikit terbuka, cahaya lembut keluar, menimpa dinding koridor.

Ia mendekat.

Suara Ardan terdengar jelas kali ini — tenang, datar, tapi ada nada berbeda di sana.

Seperti seseorang yang sedang berusaha menjaga suaranya tetap stabil.

“Aku nggak yakin ini ide bagus, Mira.”

Nama itu membuat tubuh Nayara langsung menegang. Darahnya serasa berhenti mengalir sesaat.

Ia menahan napas, berdiri diam di balik dinding.

“Kenapa nggak? Kita cuma kerja bareng, Dan,” suara perempuan di ujung telepon terdengar lembut, tapi ada ketenangan yang terlalu manis untuk sekadar rekan bisnis.

“Aku tahu kamu nggak sekadar maksud itu,” jawab Ardan pelan.

Hening beberapa detik.

Nayara menutup mulutnya dengan tangan, menahan suara napas yang bergetar.

“Kau masih sama seperti dulu,” suara Mira terdengar lagi, lembut dan berani sekaligus. “Masih terlalu mudah merasa bersalah untuk hal yang kamu mau.”

“Berhenti, Mira,” ucap Ardan cepat. “Aku sudah menikah.”

“Aku tahu. Tapi aku juga tahu kamu nggak bahagia sepenuhnya.”

Kata-kata itu menusuk Nayara lebih dalam dari apa pun.

Ia tahu itu hanya percakapan di ujung telepon, tapi setiap kalimat terasa seperti luka yang nyata.

“Mira, tolong,” suara Ardan terdengar berat, sedikit parau. “Jangan mulai lagi.”

“Kamu yang datang waktu itu, Dan. Kamu yang balas pesanku. Aku cuma buka pintu yang kamu ketuk duluan.”

Nayara menggigit bibirnya, matanya mulai berair. Tiba-tiba semua malam lembur, semua jawaban datar, semua senyum tipis Ardan terasa masuk akal.

Ia ingin berbalik, ingin pergi, tapi tubuhnya tak bisa bergerak.

Yang ia dengar hanyalah suara laki-laki yang dulu ia cintai lebih dari dirinya sendiri, kini berbicara dengan nada yang tak pernah ia dengar lagi sejak lama — nada lembut, hampir menyerah.

“Aku nggak mau nyakitin siapa pun,” kata Ardan pelan.

“Tapi kamu sudah mulai, Dan. Bahkan sebelum kamu sadar.”

Lalu hening.

Beberapa detik yang panjang.

Hanya terdengar suara napas Ardan, berat, dalam, seperti sedang berperang dengan dirinya sendiri.

“Aku tutup dulu,” katanya akhirnya.

“Seperti dulu, kamu selalu pergi waktu mulai takut,” sahut Mira pelan, sebelum sambungan terputus.

Suara *klik* kecil terdengar.

Ardan mendesah pelan, kursinya berderit saat ia bersandar.

Nayara mundur perlahan, matanya basah.

Dadanya bergetar menahan isak yang nyaris keluar.

Ia berjalan naik tanpa suara, tapi setiap langkah terasa seperti menghancurkan sesuatu di dalam dirinya.

 

Di kamar, ia duduk di sisi tempat tidur.

Tangannya gemetar saat menyentuh dada sendiri, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terlalu cepat.

Ia ingin marah. Ingin berteriak. Tapi yang datang malah kesunyian yang lebih menyakitkan.

Jadi ini alasanmu, Dan?

Ini yang kamu sembunyikan?

Ia menatap ke arah pintu.

Langkah kaki Ardan terdengar naik beberapa menit kemudian, tenang seperti tak terjadi apa-apa.

Nayara buru-buru berbaring, pura-pura tidur.

Ardan masuk kamar, menaruh ponselnya di nakas, lalu duduk sebentar di tepi ranjang.

Ia menatap wajah Nayara yang tampak tenang dalam gelap.

“Maaf,” bisiknya sangat pelan — hampir tak terdengar. Lalu ia berbaring, memunggungi istrinya.

Di antara mereka, ada jarak yang tak kasatmata.

Satu rahasia kecil yang tumbuh jadi dinding.

Dan di luar sana, angin malam berhembus pelan, membawa suara hujan yang mulai turun lagi.

 

Nayara membuka matanya diam-diam, air matanya jatuh perlahan membasahi bantal.

Ia tak ingin percaya. Tapi telinganya tak mungkin salah.

Suara itu nyata.

Nama itu nyata.

Dan kenyataan itu kini mulai mengguncang ketenangan yang ia jaga selama ini.

Ia menatap punggung Ardan dalam gelap.

Hati kecilnya berbisik getir:

“Kalau cinta bisa hancur hanya karena satu suara dari masa lalu… mungkin cintaku memang sendirian sejak lama.”

 

Bersambung....

1
Sanda Rindani
kok jd istri tolol,
Dgweny: wkwk aku juga Gedeg Ama nayara ka🤣
total 1 replies
Nindi
Namanya Mira Lestari atau Mira Adelia, thor?
Dgweny: Adeliaa wkwk typo aku ka hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!