Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 6
Karena hari sudah malam, ibu pun memilih beristirahat di kamar sebelah. Tinggal aku yang masih tertampar oleh kata-kata ibu.
Apa bisa aku melakukan Naura, seperti ayah melakukannya pada ibu dulu?
***
Setelah tiga bulan berlalu
Pagi ini Naura sedang menyiram tanaman di teras. Aku memperhatikan Naura dari balik jendela kamar.
Pandangan ku jatuh pada perut Naura yang lebih menonjol dari sebelumnya. Tubuhnya juga jauh lebih berisi. Ternyata Naura sekarang menjadi gendut. Aku terkekeh sendiri.
Semakin lama memperhatikan Naura, semakin aku melihat kecantikan pada wajahnya. Wajah sederhana yang hanya tersapu oleh bedak dan lipstik tipis. Alis lebatnya pun ternyata bukan ukiran manusia seperti Nadira. Wajah Naura adalah wajah khas perempuan desa. Tidak terlalu banyak dempulan.
Dempulan? Emang mobil harus di dempul. Lagi aku tertawa kecil memahami pemikiranku.
Nadira dan Naura jelas berbeda. Nadira adalah wanita yang dibesarkan oleh kecanggihan zaman, sedangkan Naura..dia dibesarkan oleh kesedihan dan kesusahan.
Tapi mereka sama-sama cantik.
Jika disuruh memilih, tentu aku tidak akan memilih salah satu diantara mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, aku bergegas mandi. Hari ini sebelum berangkat ke kantor, aku berjanji akan menjemput Nadira. Jika sampai terlambat, bisa-bisa dia ngambek dan.. dan dia pasti meneror ku. Hiii serem kalau sampai itu terjadi.
Selesai mandi, aku melihat Naura sedang menyiapkan baju yang akan kupakai. Naura sekarang memang the best.
"Sudah siap mas?" Tanya Naura sambil meletakkan baju kerja untukku.
Aku mengambil baju dari atas ranjang, dan Naura langsung keluar dari kamar.
Enam bulan menikah, Naura belum terbiasa melihat aku berganti baju didepannya. Begitu pun dia, jika aku di kamar, maka ia akan memakai bajunya di kamar mandi. Entah sampai kapan aku dan dia tidak secanggung ini.
"Nau, aku gak bisa sarapan."
"Loh kenapa mas? Aku sudah masak loh."wajah Naura terlihat kecewa.
"Em..aku ada rapat pagi ini." Aku beralasan supaya Naura tidak kecewa dan curiga.
" Ya sudah, kalau gitu aku bawain kamu bekal ya.."
Tanpa menunggu jawaban dariku, Naura bergegas ke dapur.
Terserah lah, yang terpenting Naura tidak marah. Kalau Naura sering marah, kata orang nanti bayinya kalau sudah lahir suka marah-marah juga. Kan aku seram kalau Naura dan bayinya tukang marah-marah.
Bekal sudah siap, aku mengecup singkat kening Naura. Lalu bersiap berangkat kerja. Eh salah, berangkat jemput Nadira.
Sekita lima belas menit akhirnya aku sampai juga. Gadis itu sudah menunggu di teras rumah.
Aku membunyikan klakson, gadis itu tersenyum lalu berjalan ke arahku.
Tanpa perintah Nadira masuk ke dalam mobil ia duduk di sebelahku.
Seperti biasa, Nadira adalah cewek agresif. Spontan, ia mengecup bibirku.
"Nakal banget sih kamu."
"Tapi suka kan?" Nadira menggodaku.
Aku terkekeh, sebagai lelaki normal tentu aku menyukai.
"Kamu mau kemana?" Tanyaku bingung.
"Ke kantor kamu." Jawabnya sambil senyam-senyum.
Hah! Ke kantor ku? Mau ngapain?
"Kamu pasti kaget ya? Iya kan?" Nadira tersenyum bangga karena berhasil membuat aku terkejut.
"Aku kerja di kantor kamu, sayang..."
"Serius?"
"Aku dua rius. Sekretaris kamu kan cuti, jadi.. aku sengaja bikin lamaran untuk jadi sekretaris kamu. Syukur-syukur bisa jadi sekretaris pribadi kamu." Ucapnya genit.
Aku bergidik ngeri. Jika Nadira menjadi sekretaris di kantorku, tentu setiap hari aku akan bertemu dengannya.
"Kamu gak senang aku kerja di kantor kamu?" Nadira mulai merajuk.
"Ya senang dong, sayang." Jawabku cepat.
Senyum Nadira kembali sumringah. Ia menyender di bahuku.
***
Aku dan Nadira melenggang masuk ke kantor. Sedikit risih, karena Nadira bergelayut memegang tanganku. Beberapa pasang mata memperhatikan kami.
"Cuit..cuit... Mesra ni ye..."
Aku melihat sumber suara, Joe ternyata.
Alisnya naik turun, bibirnya senyam senyum menggoda kami.
"Nadira, kamu langsung ke ruangan ya."
"Iya, sayang."
Cup.
Nadira mengecup pipiku di kantor?
Oh Tuhan..mengapa Nadira jadi seagresif begini?
Joe terkekeh mengejek,
Aku meninju pelan bahunya.
"Pasti ini ide loe kan?"
" Gimana? Loe suka?"
"Gila loe! Maki ku.
"Loe kan butuh sekretaris baru, Nadira butuh pekerjaan, ya sudah!" Ujar Joe tanpa merasa bersalah.
"Bisa gila gue Joe!"
Aku berlalu meninggalkan Joe yang tertawa girang.
Jam makan siang sudah tiba. Aku membuka bekal makanan dari Naura.
Wangi harum masakannya menggugah selera. Ayam goreng bumbu kuning, sambal terasi plus lalapan dan potongan buah. Tidak lupa ia menyiapkan air putih PPdi wadah botol.
Perfect! Diam-diam aku memuji istri sederhana ku itu.
Setelah mencuci tangan, aku segera ingin menyantapnya, namun...
Tiba-tiba Nadira nyelonong masuk ke dalam ruangan kerjaku, "Yang..kita ma-"
Mata Nadira yang memang besar semakin membesar, " kamu makan apa?" Tanyanya dengan suara melengking.
Ada wajah-wajah ketidaksukaan yang terpancar.
"Aku tidak suka kamu makan masakan gadis panti itu, ya. Bisa-bisa kamu terkena jampi-jampi." Dengan lincah tangan Nadira membuang bekal dari Nadira ke tempat sampah yang terletak di sudut ruangan ku.
"Pokoknya apa pun yang terjadi kamu tidak boleh makan masakan gadis panti itu." Bentak Nadira.
"Ayo.. sekarang kita makan di luar saja."
Lagi-lagi Nadira menarik tanganku.
Melihat Nadira bersikap anarkis, hampir saja kesabaranku hilang.
Beruntung aku masih bisa mengendalikannya.
Nadira memesan makanan, sementara aku masih syok melihat tingkah Nadira yang diluar batas.
"Nih minum dulu." Nadira memberikan segelas es jeruk.
Aku menyeruput sampai tidak tersisa, berharap kepalaku bisa ikut dingin.
"Kenapa diam saja? Marah sama aku? Keterlaluan kamu! Kurang sabar apa aku menunggumu? Empat tahun rela menjadi kekasih tanpa ikatan apa pun. Kalau dipikir-pikir aku rugi, Raf. Aku membuang waktuku sia-sia."
Nadira mulai mengomel, rasanya kepalaku hampir pecah.
Bahkan selera makan ku menguap begitu saja.
***
Aku mematut diri di depan cermin. Berputar sekali, dua kali tiga kali. Sebahagia ini ya hamil? Meski tubuhku sekarang jauh lebih gendut, tapi aku tidak pernah mempermasalahkan. Demi buah hati, seorang ibu rela bentuk badannya berubah.
"Ibu gak sabar loh dek nunggu kamu keluar."
Aku mengusap perutku yang sedikit buncit.
Semoga saja setelah bayi ini lahir mas Rafka benar-benar bisa mencintai dan menerima aku apa adanya.
Semenjak kehamilanku melewati usia tiga bulan, entah mengapa aku jadi doyan merias wajah. Seperti ingin mencari perhatian di depan mas Rafka. Tapi sayang, lelaki dingin seperti mas Rafka sulit ditebak. Karena, hari ini perhatian, besok sudah jutek.
"Sayang..besok kalau kamu sudah lahir, bantuin ibu ya buat cairin es yang membungkus ayah kamu. Hihiii.."
Aku tertawa kecil.
Emangnya mas Rafka beruang kutub?
Sedang asyik merias wajah, suara mobil mas Rafka terdengar memasuki halaman rumah. Emang ya, kalau sudah cinta, suara mobilnya saja tanda.
Aku buru-buru membuka pintu, menyambut mas Rafka dengan senyuman selebar-lebarnya.
Mas Rafka turun dari mobil. wajahnya muram, kusut dan kucel. Ia tampak lesu. Ada apa dengan mas Rafka? Apa ada masalah?
"Mas.." aku meraih tangannya lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.
Mas Rafka tertegun melihat ku.
Ada apa dengannya? Apa ada yang aneh di wajahku?
Apa riasan wajahku seperti topeng monyet?
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!