NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Herman Meminta Penjelasan Ayu

Sesampai di depan rumah, Ayu turun dari mobil tapi tidak dengan Herman. Seolah mengerti dengan kerutan kening Ayu, Raihan segera bersuara.

"Adek istirahat saja."

Herman hanya bisa menghela napas, mencoba tetap bersabar menghadapi Ayu.

"Ya Allah ...kuatkan imanku ..." gumam Herman sembari masuk ke dalam rumah.

Keputusan Ayu sudah bulat, ia akan tetap meminta cerai pada suaminya. Ayu akan berusaha menjelaskan dari hati ke hati pada Ibunya nanti. Ayu yakin, ibunya akan mengerti.

Herman duduk di sofa melepas lelah, tiba-tiba dada Herman kembali terasa sesak, jantung dan hatinya seperti ditusuk ribuan jarum dalam waktu bersamaan. Dengan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca, Herman mencoba memahami keadaan Ayu dan keluarganya.

Di dalam kamar, Ayu terduduk lemas di lantai dengan punggung yang menyandar ke tembok. Gadis manis ini semakin yakin bahwa cintanya lah penyebab dari keretakan rumah tangganya.

Hati kecilnya sulit di bohongi, kalau ia tidak bisa hidup tanpa Devan. Cintanya hanya untuk Devan, Ayu bingung, sampai kapan ia harus menjalankan hidup penuh kebohongan ini. Setiap hari harus berpura- pura di depan suaminya sementara hati dan pikirannya selalu tertuju pada Devan seorang.

Kini, dalam rahimnya ada janin muda, darah daging dari lelaki yang selama ini telah membuat hatinya tersiksa.

"Apa aku harus terus terang pada Dev, bahwa aku sedang hamil anaknya?" Ayu bicara sendiri.

Tidak! Lelaki itu pasti tidak akan percaya begitu saja di karenakan statusnya yang sudah bersuami.

"Tolong katakan dengan jujur, benih siapa yang ada dalam rahimmu?" Herman tiba- tiba sudah berdiri di hadapannya.

Kali ini Herman sudah tak gentar menghadapi Ayu. Ia bertekad harus mendapat penjelasan tentang bayi yang ada dalam rahim istrinya. Karena lelaki yang telah menghamili istrinya menjadi penyebab karamnya bahtera rumah tangganya.

"Tidak Pak, bayi ini anak siapa tidak penting bagi Ayu. Yang jelas, Ayu tidak pantas jadi istri Bapak!" Lagi- lagi Ayu selalu menutupi lelaki yang telah menghamilinya, membuat Herman merasa jengah dengan sikap Ayu.

"Nggak penting katamu? Bapak ini suamimu Dek! Bapak berhak atas diri Adek, selama ini Bapak sudah cukup bersabar menghadapi Dek Ayu. Bahkan Bapak tidak pernah menyentuh Adek, dan Bapak sangat menghormati Dek Ayu. Sekarang tolong jelaskan maksud Dek Ayu menutupi ayah dari bayi ini? Katakan, lelaki mana yang telah berbuat ini?!"

Ayu hanya terpaku di tempatnya, tak ada kata yang meluncur dari bibirnya. Hanya terlihat air matanya yang meleleh. Tangannya mencengkram erat ujung bajunya, netranya menyorot tajam ke arah suaminya.

"Dek!"

Bisu, mulut Ayu terkunci rapat.

"Dek!"

Herman masih menuntut jawaban. Herman ingin mendengar kejujuran langsung dari mulut istrinya.

Ayu menelan salivanya berkali-kali. Walau netra matanya masih menghadap ke depan.

"Dev ... dia lelaki yang telah menodaiku sebelum Bapak menikahiku."

Singkat, padat, jelas, jawaban Ayu cukup menusukkan ribuan jarum di hati Herman.

"Dev ..."

"Apa karena dia, Adek tidak mau Bapak sentuh?" lanjut Herman.

Ayu menutup mata rapat-rapat, mencoba menguatkan hati dan telinga mendengar kisah masa lalunya.

Sekuat tenaga Ayu menahan sesuatu di pelupuk mata, ia sudah bertekad tak mau lagi mengingat wajah itu. Tapi, Ayu tetap belum bisa melupakan cinta pertamanya sampai saat ini.

Herman menghela nafas panjang, pria dewasa itu lantas mendekati istrinya, lalu duduk di hadapan Ayu.

Perlahan Herman raih tangan mungil istrinya dan menggenggam erat jemari tangan Ayu

"Tolong jangan membohongi Bapak hanya karena ingin melindungi perasaanku, lebih baik jujur meskipun itu sangat menyakiti Bapak ..."

Ayu membuang wajahnya ke samping. Mulutnya tak kuasa berbicara.

"Bapak akan terima anak ini sebagai anak kandung Bapak. Adek sudah menjadi istri Bapak, baik buruk Dek Ayu. Bapak iklas menerima ini semua, karena dari awal kita menikah dulu. Hati Bapak sudah milik Dek Ayu selamanya."

Ayu tak tahan lagi, pria ini sudah membuatnya bertambah bersalah.

"Pak, jangan perlakukan Ayu sebaik ini! Ayu malu Pak! Ayu jijik dengan diri Ayu sendiri, Ayu tidak pantas bersanding dengan Bapak. Tolong Pak, Ayu tidak mau terus menerus melukai hati Bapak! Tiap hari Bapak memberi Ayu banyak cinta! Sementara Ayu? Apa yang Ayu lakukan pada Bapak?" Sesal Ayu sambil menepis tangan suaminya.

Herman tersenyum getir menanggapi sikap istrinya yang selalu menolak di sentuh.

Herman lantas berdiri, kemudian berjalan memunggungi Ayu. Netra matanya berkaca.

"Kalau memang Adek masih mencintai dia, pergilah ...Bapak iklas, jika itu pilihan Adek ..." Ucap Herman berusaha tegar, meski hatinya hancur berkeping.

Ayu menelan salivanya.

Tubuh mungilnya bangkit perlahan dan berdiri.

"Tolong beri Ayu waktu Pak."

Herman menoleh, bukan tatapan sendu yang ia perlihatkan seperti sebelumnya, tapi tatapan tajam yang menghunus hati Ayu.

Ayu hanya bisa menunduk.

Herman tak menyangka jika ternyata Ayu masih memendam rasa cinta pada kekasihnya yang terdahulu.

Terbukti Ayu masih menutupi sosok lelaki itu.

"Bapak terlalu bodoh karena berani mencintaimu Dek!" batin Herman bergejolak.

Herman menghela napasnya, berat. Seberat hatinya yang kini kian remuk setelah mengetahui satu fakta yang menyakitkan.

"Pak ...tolong maafkan Ayu. Cinta ini sangat menyiksa Ayu! Setiap hari bayangan dia selalu mengganggu Ayu! Ayu sudah berusaha melupakan dia! Tapi Ayu tidak bisa! Ayu memang bodoh! Bodoh! Mengapa Ayu cinta dia!" Pekik Ayu sambil memukul dadanya sendiri.

Ayu memaki dirinya sendiri yang telah menyerahkan jiwa dan raganya sepenuh hati untuk laki-laki yang hati dan cintanya bukan untuknya. Meski saat itu, Dev berulang kali menyatakan cintanya pada Ayu, tapi cinta Dev hanya sesaat.

"Jadi, apa mau Adek? Katakan?"

kali ini Herman menuntut kepastian dari istrinya.

"Ayu a-akan berusaha melupakan dia Pak ..." Perkataan Ayu patah patah.

Herman hanya mengangguk mendengar ucapan Ayu. Padahal ia sangat berharap, Ayu mau menjadi istri yang sesungguhnya. Seorang istri yang mau berbagi kasih dan cinta. Seorang istri yang rela menerima putri kecilnya.

"Apa ucapanmu itu bisa di percaya Dek?" Tekan Herman menegaskan.

Ayu mengangguk ragu.

Herman lantas mendekati Ayu.

Tanpa Ayu duga, pria yang sudah sah menjadi suaminya itu, mencium kening Ayu begitu lembut.

Segera Ayu memejam, hati kecilnya ingin menolak tapi tak kuasa. Ayu berusaha meyakinkan diri bahwa pria ini lah yang pantas jadi pendamping hidupnya, meski hatinya luluh lantak karena belum sepenuhnya bisa menerima cinta suaminya.

"Mulai sekarang, lupakan masa lalu Dek Ayu, kalau memang Adek ingin membina rumah tangga dengan Bapak. Bapak janji, mulai hari ini, Bapak tidak akan menanyakan siapa ayah dari bayi ini. Bapak akan merawat anak ini seperti anak kandung bapak sendiri. Asal kan Dek Ayu mau menerima Salsa putri Bapak.

Ayu mengangguk dengan tubuh gemetaran.

"Insyaallah, Bapak akan mendidik anak ini agar menjadi anak Soleha."

"Pak!" Ayu langsung merangkul tubuh suaminya dengan erat sambil menangis sesegukan.

Ayu dan Herman saling berpelukan untuk mentransfer kekuatan dan doa. Bagi Herman, keluarga kecilnya kini adalah sumber kekuatan yang utama.

Hati Herman lega.

Herman mengelus lengan Ayu, terlihat mata Herman sudah menatap hangat ke arah Ayu yang masih menunduk.

"Udah, Adek jangan menangis ya ..." bisik Herman.

"Ayu, Ayu janji Pak. Mulai sekarang Ayu akan merawat Salsa seperti putri kandung Ayu sendiri, tolong bimbing Ayu untuk menjadi istri yang baik di mata Bapak."

***

"Nabila, kamu ...." Devan masih tidak percaya dengan tindakan gadis nakal ini.

"Kenapa, Pak?" Nabila menatap Devan heran.

"Ti ... tidak," ucap Devan, menarik napas panjang mencoba meredam gemuruh dada yang semakin menggila saja. Nabila tersenyum simpul, ia tertegun saat menatap bunga di tangannya.

"Aku sangat mencintai Bapak, menikahlah denganku," Nabila langsung mengulurkan setangkai bunga mawar pada Devan.

"K- kau sudah gila!" Sentak Devan.

"Ya, aku memang gila!" Nabila mengangguk seolah membenarkan ucapan kasar Devan.

"Maaf, saya tidak bisa menerima permintaan kamu! Saya menemani kamu jalan- jalan, karena saya sangat menghormati ayahmu! Jadi jaga sikapmu! Orang gila mana yang mau menikah dengan gadis murahan seperti kamu!" Geram Devan murka.

"Apa?!" Mata Nabila membelalak mendengar hinaan keji yang terjun bebas dari mulut Devan.

"Berapa banyak pria yang sudah menyentuh tubuhmu! Apa kamu kira, saya mau menerima barang bekas orang!"

"Cukup!'

Plak!

Tamparan keras mendarat di wajah Devan.

Devan melotot sambil memegang pipinya.

"Kurang ajar!"

Sebenarnya wajar apa yang di katakan Devan pada Nabila, gadis itu tidak punya rasa malu sedikitpun. Selalu bertingkah genit, seolah dirinya bisa membeli setiap harga diri lelaki.

Devan sudah muak dengan prilaku buruk Nabila yang menganggap dirinya sebagai pemuas hasrat sesaat saja.

Taman di mana tempat Devan dan Nabila menghabiskan waktunya, siang itu Nabila kembali memaksa Devan untuk melakukan kontak fisik di tengah siang bolong dan di tempat terbuka.

Tentu saja Devan menolak keras ajakan gadis gila itu. Bahkan, tanpa rasa malu. Nabila melamar dirinya dengan setangkai bunga di tangan.

Jujur, Devan akui, dia memang lelaki bajingan yang sudah biasa melakukan itu dengan gadis manapun, dan tidak ada seorang pun yang ingin Devan jadikan pendamping hidupnya meski dia sudah mengesap manis madu dari setiap gadis yang ia kencani.

Yang penting suka sama suka.

Tapi untuk teman hidup, tentu saja Nabila bukan target utama yang ingin dia jadikan istri. Entah berapa orang pria yang telah menyentuh gadis nakal ini.

Kalau bukan putri dari atasannya. Devan tidak sudi menemani gadis kurang ajar ini!

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!