NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasrah

"Tolong maafkan saya!" ucap Robin lagi dengan wajah memelas.

Naya menatap lekat wajah suaminya. Ia ingin memastikan bahwa apakah suaminya benar-benar serius untuk minta maaf karena kemarin-kemarin sudah menuduhnya yang bukan-bukan.

"Tolong jangan pergi! Jangan tinggalkan saya!" ucap Robin sekali lagi karena Naya belum buka suara.

"Memangnya saya mau ke mana?" tanya Naya dengan heran.

Robin memperbaiki duduknya lalu menceritakan isi mimpi yang baru saja hadir dalam tidurnya.

"Kan, hanya mimpi,"

"Tapi saya takut jangan sampai jadi kenyataan,"

"Tergantung,"

"Maksud kamu?"

Naya tidak lagi menjawab karena kebelet ingin buang air kecil. Dengan setengah berlari ia ke kamar mandi hingga memutuskan untuk sekalian mandi karena tubuhnya terasa gerah habis melakukan perjalanan yang lumayan jauh.

Sementara itu Robin kembali berbaring dan merenungi mimpinya. Rasa cinta yang begitu besar kepada Naya membuat ia ketakutan jika istrinya itu pergi.

"Sudah mandi Sayang?" tanya Robin dengan lembut saat melihat Naya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar.

Naya hanya membalas dengan senyum tipis karena ia heran mendengar kata-kata suaminya yang manis padahal tadi sebelum tidur kata-katanya begitu kasar dan menyakitkan.

Masih menyunggingkan senyum setelah menyapa istrinya dengan mesra, Robin menyambar handuk yang ada di gantungan lalu masuk ke kamar mandi sambil bersiul-siul.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB dan Naya keluar dari kamar karena ingat pesan dari mamanya bahwa ia harus menjadi istri yang rajin apalagi jika masih serumah dengan mertua.

Di dapur tampak ibu mertua dan Iren sedang sibuk mempersiapkan makan malam.

"Eh, udah bangun, Nak?"

"Iya, Bu,"

Naya segera bergabung dengan mereka.

"Sini Dek, saya yang lanjutkan potong sayurannya!" kata Naya.

Iren menatap kakak iparnya sejenak lalu menyodorkan wadah yang berisi sayuran.

"Sebaiknya Nak Naya nggak usah capek-capek dulu, Ibu ngerti loh, kalian itu masih capek, apalagi pengantin baru!" ucap Ibu Noni.

"Nggak apa-apa kok, Bu," ujar Naya dengan senyum khasnya

Sementara itu Robin masih berada di kamar mandi, ia menggosok tubuhnya hingga bersih sambil menyusun rencana untuk menikmati malam pertama sebentar bersama dengan sang istri.

"Tttaaraa!" serunya saat keluar dari kamar mandi. Ia bermak memamerkan dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus karena selama ini Naya belum pernah melihatnya.

Matanya menyapu ruangan kamar yang berukuran tiga kali empat meter itu untuk mencari keberadaan istrinya namun sosok Naya tidak ada.

Ia pun lekas mengenakan pakaian santai lalu keluar dan langsung menuju ke dapur setelah mendengar suara ribut yang berasal dari sana.

"Rupanya kamu di sini," kata Robin.

"Iya Kak, ada apa?" tanya Naya sambil mengernyitkan kening.

"Nggak ada apa-apa," ucap Robin sambil mengedipkan matanya sebelah dan tersenyum nakal.

"Apa-apaan, sih?" tanya Naya dengan gugup.

Melihat semua itu, Ibu Noni merasa senang karena wajah anaknya tidak muram lagi seperti ketika mereka baru tiba di rumah tadi siang.

Setelah semua pekerjaan di dapur sudah beres, masih ada waktu luang sebelum tiba jam makan malam. Robin mengajak Naya untuk belanja keperluan di toko yang letaknya tidak jauh dari rumah. Hanya tiga rumah yang ada di antaranya dengan rumah mereka sehingga sangat memungkinkan bila ditempuh dengan jalan kaki saja.

Tiba di sana, Naya bingung mau beli apa ketika dipersilahkan oleh suaminya untuk memilih barang-barang yang dibutuhkan.

Akhirnya setelah berkeliling di toko tersebut, keduanya hanya membeli tisu lalu pulang ke rumah karena malam telah tiba.

Robin menggandeng lengan istrinya dengan mesra dan sesekali meremas jemari itu dalam genggamannya. Ada sesuatu yang sudah meletup-letup dalam kalbu karena sudah beberapa hari ini hubungan keduanya telah resmi menjadi suami-istri tetapi hasrat tersebut belum tersalurkan. Situasi dan kondisi belum mendukung.

"Cecece, pengantin baru, mesra bangat!" sebuah suara yang tiba-tiba dari arah belakang membuat Robin dan Naya kaget. Sontak keduanya menoleh.

Tampaklah Michael, sahabat Robin dengan senyum lebar memperlihatkan giginya yang tidak beraturan.

"Ahh, kamu, bikin kaget aja," seru Robin membuat senyum Michael semakin lebar.

"Gimana malam pertamanya, Kawan?" bisik Michael di telinga Robin.

Robin terkekeh dan meninju pundak sahabatnya dengan pelan.

Robin dan Michael mulai bersahabat ketika mereka duduk di bangku SMA sampai saat ini. Michael bernasib baik karena hanya beberapa bulan saja setelah lulus kuliah ia memasukkan berkasnya ketika ada pendaftaran penerimaan CPNS dan namanya tercatat sebagai salah satu peserta yang lulus dengan nilai yang tinggi padahal waktu sekolah dulu ia termasuk siswa yang pengetahuannya pas-pasan.

Keduanya mengajar di sekolah yang sama dan itulah yang membuat mereka semakin akrab dan setiap kali bertemu pasti suasana jadi heboh karena Michael itu orangnya humoris dan sesekali suka usil.

"Ke rumah, yuk!" ajak Robin.

"Nanti, kapan-kapan, entar kalian jadi terganggu," godanya dengan kerlingan mata yang lucu.

"Kalau gitu, kami jalan dulu!"

Naya tersenyum ke arah Michael lalu melangkah.

"Ehh, kamu jangan goda istriku, yah?"

"Ya, enggaklah, saya juga udah punya calon istri yang cantik dan seksi,"

"Yang benar? Kok, nggak pernah kamu kenalkan sama saya?"

"Rahasia dong, nanti kamu jadi iri kalau lihat calon istriku yang super seksi itu,"

Keduanya kembali tertawa renyah.

"Entar malam, desahannya jangan keras-keras yah, nanti kedengaran sama tetangga, loh!" Michael masih sempat mengganggu Robin sebelum berpisah.

"Terserah saya dong, biar kedengaran sampai di rumah lu dan kamu akan mirip dengan cacing yang kepanasan," balas Robin sambil tertawa.

"Pengen nikah juga, deh," ujar Michael.

Tiba di rumah, Robin dan Naya langsung menuju ke meja makan karena di sana ayah, ibu, dan adik-adik sudah menunggu. Mereka lalu menikmati makanan yang sudah tersaji setelah membaca doa.

Usai makan, mereka masih menyempatkan diri untuk duduk bersama di ruang tengah dan memperbincangkan rencana yang akan dilakukan ke depan sehubungan dengan bisnis yang sedang dilakoni oleh Pak Melki dan Ibu Noni.

Mereka juga menginginkan agar Robin dan Naya mengikuti jejaknya sebagai pebisnis mengingat Naya yang diperkirakan akan bosan di rumah saja ketika suaminya pergi mengajar ke sekolah.

"Nanti kami bicarakan," ucap Robin. Ia sudah tidak sabar ingin istirahat di kamar.

"Baiklah, silahkan kalian istirahat dulu dan besok Ayah mau jawaban yang pasti dari kalian!" kata Pak Melki.

"Siap Pak!"

Robin segera mengajak istrinya ke kamar dan mengunci pintu lalu beraksi.

Naya hanya pasrah mendapat perlakuan dari suaminya bahkan ketika pakaiannya sudah setengah terbuka ia memejamkan mata dan mencoba untuk meresapi segala sentuhan yang terkesan sedikit kasar dan terburu-buru.

Dalam lubuk hati Naya yang paling dalam ia menginginkan kelembutan, apalagi ini adalah momen yang sangat bersejarah dalam hidupnya namun ia enggan untuk bicara mengingat karakter asli suaminya yang sudah mulai terkuak sedikit demi sedikit meskipun baru beberapa hari resmi menjadi suami-istri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!