#Saquel : Gairah Sang Konglomerat
Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!
Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
“Kita ke mana sekarang?” tanya Tiara.
Dirga tengah duduk di belakang kemudi dan fokus melihat jalanan yang cukup ramai sore ini. Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore.
“Bagaimana kalau ke kantor, kamu belum pernah ke sana kan?” tawar Dirga. Sore ini Tomi sedang pergi bertemu dengan rekanan kerja. Tidak ada salahnya mengajak Tiara ke ruang kantornya.
“Emm— jangan aku belum pernah!” tolak Tiara. Ia belum siap bertemu dengan para karyawan yang bekerja di perusahaan sang suami yang kemungkinan besar akan mempertanyakan tentang kehadirannya.
“Karena kamu belum pernah, makanya aku mengajakmu. Tenang tidak akan terjadi apa-apa, aku hanya ingin mengambil tablet dan kita bisa segera pulang bagaimana?” bujuk Dirga dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.
“Baik, aku mau.”
Mendengar jawaban dari sang istri Dirga menambah kecepatan mobilnya. Hingga mereka tiba di Abraham Group lebih cepat dari biasanya. Ia menghentikan mobil di area parkir khusus untuknya yang jauh dari pintu masuk.
“Aku tunggu di mobil saja,” usul Tiara. Melihat dua orang wanita yang duduk kursi resepsionis.
“Tidak, ikutlah masuk denganku.” Segera saja Dirga turun dari mobil. Berjalan melingkar membuka pintu untuk sang istri. “Ayo turun!” Dirga mengulurkan tangan. Kemudian, menggandeng tangan Tiara untuk masuk.
Beberapa pasang mata yang melihat kehadiran Dirga mengangguk hormat. Menyimpan tanya siapakah gadis yang di gandeng oleh pewaris tunggal Abraham Group tersebut? Namun, tak pernah berani mengutarakannya. Hanya senyuman yang terukir mengikuti sang bos yang berjalan melewati mereka.
“Kau takut?” tanya Dirga ketika mereka hanya berdua di dalam lift menuju ruang kerjanya.
“Tidak, kenapa aku harus takut,” sahut Tiara.
Dirga menarik Tiara untuk mendekat. Sengaja mencium Tiara di dalam lift.
Tiara menolak, tetapi Dirga selalu bisa menaklukkannya.
“Jangan di sini, nanti ada orang!” pekik Tiara seraya mendorong tubuh Dirga.
“Tidak ada siapa pun!”
Ting!
Pintu lift terbuka.
Ada dua orang karyawati yang tengah menunggu di depan lift, secara tidak sengaja mereka melihat Dirga yang tengah melingkarkan tangannya di pinggang Tiara.
Kedua wanita itu mengangguk hormat dan pura-pura tidak melihat.
Dirga menggandeng tangan Tiara untuk berjalan ke ruang kantornya yang berada di ujung. “Tuh kan ada yang lihat!” gerutu Tiara.
“Memangnya kenapa, kau itu istriku!”
“Tuan Abraham , Anda juga suami saya! Tapi tolong jangan mencium saya di tempat umum!” tegas Tiara.
“Baik istriku tersayang!”
Mereka berdua tiba di ruang kantor. Tidak ada siapa pun di sana.
“Duduklah, dan tunggu aku,” pinta Dirga seraya menunjuk sofa.
“Iya.”
Sebelum duduk Tiara mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ia tersipu ketika melihat salah satu fotonya yang berada di pantai waktu itu. Ternyata ada di meja kerja sang suami.
“Ada apa?” tanya Dirga.
“Tidak ada?” Tiara menggelengkan kepalanya
“Ke Marilah!” pinta Dirga dengan senyuman menggoda.
“Ada apa?” Perlahan Tiara beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah sang suami yang tengah duduk di singgasana. Namanya, terpampang jelas di atas meja kerjanya.
“Ada apa?” tanya Tiara. Diam-diam mengamati sang suami.
“Aku haus!” jawab Dirga mengusap lehernya.
Gluk.
Terdengar suara pria itu menelan ludah.
“Kamu mau minum apa?” tawar Tiara, bersiap ke pantry. Yang berada di sebelah ruangan Dirga.
“Minum susu!” jawab Dirga. Tatapan matanya semakin tajam.
“Sebentar, ya!” sahut Tiara, berbalik arah ingin membuatkan susu untuk suaminya. Merasa aneh karena, Dirga lebih menyukai cokelat hangat di bandingkan susu.
“Tunggu.” Dirga mencegah dengan menarik tubuh Tiara, lalu membawa ke dalam pelukannya. “Aku mau yang ini!” ucap Dirga. Mengisyaratkan dengan pandangan mata.
“Sayang hentikan! Nanti ada yang melihat!” tolak Tiara berusaha menghentikan tangan nakal sang suami
“Tak apa ini di kantorku, tenanglah!”
“Jangan!” Tiara masih berusaha menolak.
Namun, tenaga Tiara tak seberapa. Ia tidak bisa menolak ketika sang suami mulai membuka kancing bagian depan gaun yang ia kenakan. Tangannya pun mulai nakal.
Dirga menuntun Tiara untuk tiduran di sofa dan meraih remote untuk menutup pintu ruangan kantornya secara otomatis. Tiara pun tidak bisa menolak lagi, saat tubuh kekar itu mulai berkuasa. Karena sebenarnya dia juga menginginkan sentuhan dan menikmati setiap kecupan dari sang suami.
Ketika Dirga menyentuhnya dan mulai, menunjukkan aksinya. Otak Tiara merasa beku, lupa akan semuanya. Apa lagi setelah berkali-kali melakukannya kini tidak sakit lagi, seperti saat pertama kali melakukannya.
Bahkan sekarang Tiara mulai menyukai dan menikmatinya. Ia mengikuti setiap arahan dari sang suami, dan tidak menolak sama sekali.