Langit Jakarta yang kelabu seolah mencerminkan hidup keluarga Rahman. Di rumah petak sempit itu, Rahman, pemuda 17 tahun yang kurus namun bermata tajam, mengemasi barang-barangnya. Di sudut ruangan, ibunya, Bu Fatimah, terisak pelan. Ayah Rahman, Pak Hasan, hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Adik Rahman, Riko, merangkul kaki ibunya, wajahnya penuh tanya.
"Nak, jaga diri baik-baik di sana. Ibu hanya bisa berdoa untukmu," Bu Fatimah memeluk Rahman erat.
Rahman mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, doakan Rahman. Rahman akan berusaha keras di sana."
Keesokan harinya, Rahman berangkat ke bandara dengan bekal seadanya dan tekad membara. Tujuannya: Spanyol, negeri yang jauh di seberang benua. Di sana, ia akan bergabung dengan akademi sepak bola CD Leganés B, sebuah klub kecil yang tak banyak dikenal di pinggiran Madrid.
Kehidupan di Spanyol tidak mudah bagi Rahman. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang asing, ia juga harus bersaing dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenSan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Kemenangan gemilang 3-0 atas Chinese Taipei di leg kedua memastikan langkah Timnas Indonesia U-23 ke putaran final Piala Asia U-23 AFC 2024. Dengan agregat 3-0, Garuda Muda tampil dominan dan menunjukkan kualitas mereka sebagai salah satu tim terbaik di Asia Tenggara.
Rahman menjadi bintang utama dalam dua pertandingan tersebut. Ia mencetak total 2 gol, membuktikan bahwa ia adalah pemain kunci bagi Timnas Indonesia U-23. Penampilan gemilangnya mendapatkan pujian dari berbagai pihak, baik dari media, penggemar, maupun pelatih Shin Tae-yong.
"Rahman adalah pemain yang luar biasa," ujar Shin Tae-yong dalam konferensi pers setelah pertandingan. "Ia memiliki talenta besar dan mentalitas juara. Saya yakin ia akan menjadi pemain penting bagi Timnas Indonesia di masa depan."
Rahman merasa sangat bahagia dan bangga bisa berkontribusi bagi timnas. Ia berterima kasih kepada Shin Tae-yong atas kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta kepada rekan-rekannya yang telah berjuang bersama di lapangan.
"Ini adalah kemenangan untuk seluruh rakyat Indonesia," ujar Rahman dalam wawancara setelah pertandingan. "Saya berterima kasih atas dukungan yang luar biasa dari para penggemar. Saya akan terus bekerja keras dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Timnas Indonesia."
Setelah lolos ke putaran final Piala Asia U-23, Timnas Indonesia U-23 tergabung di Grup A bersama Irak, Yordania, dan Australia. Ini adalah grup yang sangat berat, namun Rahman dan rekan-rekannya tidak gentar. Mereka bertekad untuk memberikan perlawanan maksimal dan berusaha meraih hasil terbaik.
"Kami tahu bahwa lawan-lawan kami sangat kuat," ujar Shin Tae-yong. "Tapi, kami tidak akan menyerah begitu saja. Kami akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk meraih kemenangan dan saya percaya diri untuk bisa lolos ke 16 besar."
...****************...
Bandara Soekarno-Hatta dipenuhi lautan manusia yang antusias menyambut kedatangan Rahman.Rahman pulang sendiri ke indonesia karena tim indonesia sudah pulang sejak awal dan Sejak berita kepulangannya tersebar, para penggemar sepak bola Indonesia tak sabar ingin melihat langsung sang bintang muda yang telah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Rahman, yang didampingi oleh petugas keamanan bandara, berusaha menerobos kerumunan wartawan dan penggemar yang berebut untuk mendapatkan foto dan tanda tangannya. Sorot lampu kamera dan pertanyaan bertubi-tubi dari wartawan membuat Rahman merasa sedikit kewalahan.
"Rahman, bagaimana perasaan Anda bisa kembali ke Indonesia setelah sukses di Spanyol dan membawa indonesia lolos ke AFC-U23?" tanya seorang wartawan.
"Saya sangat senang bisa pulang kampung dan bertemu dengan keluarga saya dan untuk lolosnya indonesia ke AFC-U23 itu tidak semata-mata kerja keras saya sendiri,itu adalah kerja keras kami semua sebagai timnas Indonesia," jawab Rahman dengan senyum ramah.
"Anda mendapat julukan 'Messi dari Indonesia'. Bagaimana tanggapan Anda?"
Rahman tertawa kecil. "Saya merasa tersanjung dengan julukan itu. Tapi, sejujurnya, saya lebih suka dipanggil 'Cristiano Ronaldo dari Indonesia'. Saya adalah penggemar berat Ronaldo sejak kecil."
Jawaban Rahman disambut tawa oleh para wartawan. Mereka terkesan dengan sikap rendah hati dan humoris yang ditunjukkan oleh Rahman.
Setelah berhasil melewati kerumunan, Rahman akhirnya bertemu dengan keluarganya yang telah menunggunya di ruang tunggu. Riko, adiknya, berlari memeluk Rahman dengan erat, wajahnya berseri-seri.
"Kakak! Aku bangga sekali padamu!" seru Riko.
Rahman membalas pelukan adiknya dengan hangat. Ia merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan keluarganya setelah sekian lama.
Pak Hasan dan Bu Fatimah juga menyambut Rahman dengan pelukan hangat. Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa bangga dan haru mereka melihat putra mereka yang telah tumbuh menjadi pemuda yang sukses.
"Alhamdulillah, Nak. Kamu sudah menjadi kebanggaan keluarga dan Indonesia," ujar Bu Fatimah sambil menyeka air mata.
"Ayah bangga padamu, Nak," tambah Pak Hasan.
Mereka kemudian meninggalkan bandara dan menuju rumah. Di dalam mobil, Rahman membuka ponselnya dan melihat ada pesan baru dari Cintia.
Cintia: Rahman, selamat datang kembali ke Indonesia! Aku ingin bertemu denganmu sebelum kamu kembali ke Spanyol.
Rahman tersenyum. Ia juga ingin bertemu dengan Cintia. Ia segera membalas pesan Cintia.
Rahman: Aku juga ingin bertemu denganmu, Cintia. Kapan kamu ada waktu?
Cintia: Besok sore bagaimana? Kita bisa bertemu di kafe favoritku.
Rahman: Oke, aku akan ke sana.
Rahman menyimpan ponselnya, hatinya dipenuhi rasa bahagia. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Cintai besok.
Bersambung...
nanti musim depan duet sama Mas Rohim
/Grin/