"Papa, mama jadi hantu," ujar anakku seraya memandang sesosok bayangan putih tepat di depan kami. Hal ini terjadi setelah pesawat yang kami tumpangi jatuh akibat kecelakaan udara yang parah dan tak bisa di atasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Pesawat terus meluncur.
Ada seperti ledakan.
Nampaknya berpengaruh pada mesin. Mesin kalau di darat mungkin hanya dengan mematikannya semua serba beres. Tapi ini udara, Dimana tak bisa berhenti sembarangan. Dengan resiko meluncur jatuh, dan melawan gravitasi yang di miliki bumi, hingga membuat apapun yang tertarik, bakalan menjadi puing. Meski benda selunak kapas, kalau dalam jumlah besar, maka saat membentur bumi juga akan hancur, apalagi ini besar, bercampur lunak yang lumayan ringan, kalau dibanding logam berat lainnya, dimana pembentukan untuk barang yang memungkinkan melayang dibuat dari materi paling ringan namun kuat yang bisa di bentuk sebagai bagian rangka dan dinding dari pesawat tersebut.
Ah
Ih
U
Eh
Banyak jeritan. Dari para penumpangnya. Mungkin limpul juga ada yang memenuhi ruangan tersebut. Diantara aku dan istri.
Walau tak terisi semua, namun jumlah demikian lumayan banyak untuk saling berteriak dan menimbulkan bunyi mengerikan. Diantara rasa takut dan ngeri dengan Gerakan yang jelas kami rasakan. Pesawat itu melakukan Gerakan aneh, yang kami juga turut merasakannya.
Meski keamanan sudah semaksimal mungkin kami terapkan. Termasuk berada dalam keadaan terikat oleh safety belt yang dipasang.
Dan banyak kata-kata dari awak pesawat supaya kami tenang. Namun kondisi dan rasa yang bakalan terjadi membuat kepanikan tetap kami rasakan. Bayangkan, jika berada dalam perahu yang oleng sedikit saja bisa membuat panik, ini lebih-lebih, berada di ketinggian, membuat demikian terasa, walau turun sedikit. Meskipun dalam berbagai pesawat, biasanya memiliki sistem getar yang bagus, serta mampu meredam getaran jika hanya sedikit saja, tap[I tak selamanya semua pesawat merasakan hal tersebut. Seperti kali ini, ada goncangan dalam awan, atau lontaran Listrik dalam gumpalan awan itu, tetap bisa di rasakan oleh pesawat.
“Tolong!“
“Siapapun, keluarkan kami.“
“Iya jangan bawa kami jatuh.“
Begitu banyak teriakan diantara para penumpang. Aku sendiri turut mengeluarkan kata-kata. Yang entah apa. Mungkin seperti naik wahana kora-kora, yang kala menjerit langsung lenyap diantara teriakan para penumpang yang lain, akan tetapi merasa puas kalau panik langsung melontarkan teriakan. Sebab di situ juga ada tenaga. Seperti kala bela diri, banyak diantaranya yang juga mengeluarkan teriakan dengan pengeluaran tenaga, sebab power terasa lebih besar, dan lebih berisi, dari pada diam-diam, tapi keluar juga. Itulah bentuk dari luapan emosi yang seringkali keluar dengan tak sengaja, walau terkadang bisa juga di latih untuk satu keperluan yang sedikit di butuhkan. Semisal dalam berolah raga tadi. Juga kala timbul kepanikan, maka salah satu usaha untuk lebih menenangkan diri adalah dengan mengeluarkan teriakan kuat, sehingga luapan emosi juga ikut keluar bersamanya, serta selanjutnya akan sedikit menentramkan pikiran, dan tenaga yang keluar justru akan Kembali stabil, kala semuanya berhasil di keluarkan dengan nada kuat tadi.
Dak!
Jendela di dekatku. Sepertinya terserempet. Entah kayu atau pohon. Langsung terbuka. Keras sekali terdengar. Benda kuat seperti itu, jika terkena barang kuat juga, maka salah satu bakalan kalah. Dan itu materi pembuat jendela ini. Yang bentukannya sedikit bunda, tap tak bundar-bundar amat, dan dibuat sangat rapat. Sehingga tanpa celah nampaknya, yang membuat kecil kemungkinan, angin bisa menerobos masuk. Namun benda yang membentur juga lebih kuat sepertinya sehingga salah satu atau keduanya membuat retak, dan terbuka lebar.
Dan aku terdorong keluar.
A …
