NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:44.3k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Anggap Aku Apa?

💐💐💐

Shanum memperhatikan Divi yang duduk di sampingnya sambil menyetir mobil. Sejak tadi pria itu diam dalam lamunannya dengan pandangan mengarah ke depan dan Denis berada di pangkuannya.

Mobil Shanum yang dikemudikan wanita itu mulai memasuki kemacetan di. Suara kemacetan juga tidak menghancurkan laman dokter tampan itu. Perlahan Shanum mendaratkan tangan kirinya ke pundak kanan pria itu yang membuat Divi tersentak kaget.

“Tidak seharusnya kamu melawan mamamu,” ujar Shanum dengan nada tenang.

“Jika dulu aku mengetahui perbuatannya padamu, sudah sejak lama aku melawannya. Sekarang aku merasa bersalah kepada kedua orang tuamu, aku tidak bisa menjagamu selama ini dan tidak ada di sampingmu selama lima tahun terakhir. Padahal, aku sudah mengambil tanggung jawab atas dirimu dari mereka. Maafkan aku,” ucap Divi dengan wajah memelas. “Pasti sulit bagimu menghadapi dunia selama lima tahun terakhir sambil membesarkan Denis. Aku Ayah dan suami yang tidak bisa diandalkan, aku pria brengsek yang tidak tau malu.” Ekspresi merasa bersalah tergambar di wajah Divi.

Bukan penyesalan karena meninggalkan rumah Taslim, hal yang dipikirkan pria itu sejak tadi ialah kehidupan Shanum lima tahun terakhir yang tergambar di benaknya.

“Mengapa tidak jujur padaku? Lalu, kenapa tidak menghubungiku?” Divi menggenggam kedua tangan Shanum.

Shanum membetulkan arah badan ke depan, begitupun dengan pandangan.

“Kondisi Mahen cukup kritis saat itu. Uang 200 juta sangat aku butuhkan untuk biaya operasi jantungnya. Aku tidak punya uang membayarnya. Ketika itu aku juga tidak ingin merepotkanmu karena aku tau saat itu kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu, baru menata karir sebagai dokter. Jadi, tidak mungkin mudah bagimu mendapatkan uang sebanyak itu. Jadi, aku menemui mamamu untuk meminta pinjaman tanpa sepengetahuanmu. Tekanan membuatku terpaksa menyetujui syarat darinya yaitu dengan menandatangani perceraian dan meninggalkanmu. Bukan hanya sekedar meminjam, Mama memberikan uang itu tanpa dibayar kembali. Sulit saat itu bagiku untuk membuat keputusan, tapi aku tidak bisa kehilangan Mahen karena dia satu-satunya anggota keluarga yang aku miliki.” Shanum menceritakan kisah lima tahun lalu yang memisahkannya mereka.

“Lalu, aku? Kamu anggap aku apa?”

“Bukan begitu. Mahen adik kandungku dan hanya dia anggota keluargaku yang aku miliki setelah kejadian kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuaku saat itu.”

“Aku mengerti. Tapi, kenapa kamu tidak menceritakan perlakuan Mama terhadapmu padaku? Sekarang aku merasa menjadi suami yang tidak bertanggung jawab saat itu.” Divi masih dirundung perasaan merasa bersalah.

Kemacetan perlahan bubar, Shanum melepaskan kedua tangannya dari Divi dan lanjut mengemudikan mobil menuju rumahnya.

***

“Sementara kami bisa tinggal di sini. Mahen akan kembali sebentar lagi. Jaga Denis,” ucap Shanum sambil berjalan masuk ke dalam rumah setelah membuka pintu.

“Maaf karena menyusahkanmu. Jangan khawatir, aku akan menjaga Denis. Bukankah dia putra kita?” tanya Divi dengan senyuman menggoda sambil memeluk Denis yang berdiri membelakangi keberadaannya.

Shanum menghela napas menghadapi sikap pria itu dan melambaikan tangan kepada Denis sambil berjalan mundur keluar dari rumah dengan bibir tersenyum kepada anak itu. Namun, senyuman itu memudar saat pandangan diarahkan kepada Divi yang juga melepaskan kepergiannya dari rumah itu dengan lambaian tangan dan senyuman.

Shanum kembali masuk ke mobil dan mengemudikannya keluar dari pekarangan rumah. Baru beberapa menit Shanum pergi, Mahen kembali ke rumah itu di antara oleh Kayl. Kedua pria itu memasuki rumah dengan Mahen yang sudah tahu mantan kakak iparnya itu ada di rumah, Shanum sudah meninggalkan pesan untuknya.

“Kenapa dia ada di sini?” tanya Kayl dari pintu rumah kepada Mahen.

Kayl dan Divi yang duduk di bangku ruang tamu saling melayangkan pandangan sini. Mahen merasakan percikan-percikan pertengkaran yang akan muncul beberapa menit kemudian. Oleh sebab itu, Mahen menyuruh Kayl untuk kembali, terlihat sedikit mengusir, tetapi hal itu terpaksa dilakukan Mahen untuk menghindari konflik di antara dua pria yang menyukai kakaknya itu.

“Kakak bisa mampir lain kali,” ucap Mahen.

“Baiklah.” Kayl mendaratkan tangan ke bahu Mahen dan meninggalkan rumah itu.

“Om …!” Denis turun dari pangkuan Divi dan berlari menghampiri Mahen, digendong oleh pemuda itu yang membawanya memasuki rumah.

“Kak Shanum sudah bilang kalau Kakak meninggalkan rumah dengan kantong kosong, maksudnya tidak membawa apa pun,” kata Mahen sambil duduk di bangku lain di ruang tamu itu. “Ke sini mau mengusahakan Kakak? Cukup hidupnya kesulitan selama lima tahun terakhir,” kata Mahen dengan nada dingin karena ikut sakit hati terlampiaskan kepada Divi karena ibu mertua kakaknya itu.

“Jangan khawatir, Kakak akan bekerja di rumah sakit lain dan akan membantunya menghadapi hari-hari sulitnya. Kakak juga minta maaf kepadamu Mahen, Kakak benar-benar tidak tau mengenai kesulitan yang kalian hadapi selama ini. Oh iya, kata Shanum kamu mau kuliah kedokteran. Kamu bisa bertanya banyak hal mengenai kedokteran kepada Kakak.” Divi berusaha akrab dengan pemuda itu agar bisa mendapat restu untuk menikahi Kakaknya.

Mahen diam, memikirkan perkataan Divi yang terakhir yang membuatnya tersenyum ringan. Menurutnya bantuan Divi bisa memudahkannya dalam mempelajari kedokteran lebih cepat.

***

Tangan kanan Shanum memukul pelan leher bagian bawah di belakangnya karena merasa pegal sambil memasuki kamarnya dan duduk di tepi kasur. Shanum membaringkan badan dan merentangkan kedua tangan dengan mata menatap langit-langit kamar dalam kesunyian malam. Kemudian, mata ditutup sambil melepas rasa lelah bekerja dan menghadapi masalah mengenai dirinya dan keluar mantan suaminya itu.

Shanum tersentak kaget saat seseorang memijat tangan kirinya. Tubuhnya langsung duduk sambil membuka mata dan mendapati Divi duduk di tepi kasurnya dalam balutan pakaian Mahen.

“Kamu di sini?” tanya Shanum, lupa telah membawa pria itu ke rumahnya.

“Kamu pasti lapar. Ayo ke dapur, aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Ayo,” ajak Divi sambil menarik pelan tangan Shanum, berjalan keluar dari kamar itu.

Menu makanan kesukaan Shanum telah tersaji di atas meja dapur. Wanita itu tersenyum lebar sambil menghampiri salah satu bangku, duduk di sana, dan membuka piring yang ada di hadapannya. Shanum tidak bisa menahan diri dan mengabaikan makanan itu, dengan cepat tangannya menaruh nasi dan beberapa menu makanan di hadapannya di pinggiran piring.

Divi tersenyum melihat antusias wanita itu dengan masakannya. Pria itu berdiri di belakang bangku Shanum, menyanggul rambut panjang mantan istrinya itu yang membuat Shanum diam membeku dan memutar memori ke lima tahun lalu saat Divi sering melakukan hal yang sama.

“Sebelum makan, ikat dulu rambutnya,” ucap Divi dengan mendekatkan bibir ke telinga kiri wanita itu.

Shanum menoleh ke samping, menatap wajah Divi dari samping dalam diam.

Mahen berhenti mengucek kedua matanya dengan tangan di pintu dapur, pemuda itu diam tercengang dalam kesalahpahaman, mengira mereka sedang berciuman karena posisi mereka yang begitu dekat.

“Ehem!” Sengaja Mahen berdehem mengingat mereka sudah tidak memiliki hubungan suami-istri dan dianggap salah jika berinteraksi begitu dekat.

“Ingat, hubungannya tidak seperti dulu lagi,” ujar Mahen sambil menghampiri dispenser untuk mengambil air.

“Tenang. Besok kami akan menikah kembali,” celetuk Divi sambil membetulkan posisinya.

Mahen batuk dan menyemburkan air dalam mulutnya mendengar perkataan Divi yang membuatnya kaget, begitu juga dengan Shanum.

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!