Muridku Suamiku

...AREA 21+...

...BOCIL HARAP MINGGIR YA 😁😁😁...

Di video terlihat jelas mereka saling memagut, menjilat dan membelit. Wulan pun bergidik.

"Inikan..."

🌹🌹🌹

Pagi ini sekitar jam 06.30 Doni telah sampai didepan rumah kediaman Tary dan bu Marni. Doni menjemput Tary seperti biasa. Ia pun turun dari mobil dan mengetuk pintu tapi setelah menunggu tidak ada jawaban dari dalam. Biasanya Tary sudah menunggu nya di teras depan. Apa Tary terlambat bangun ya pikir Doni.

Doni kembali mengetuk pintu dan juga memencet bell tapi tetap tak ada jawaban. Dengan raut wajah gelisah Doni membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia bawa. Pintu pun terbuka.

Saat Doni masuk kedalam, ia melihat suasana terasa sunyi dan sepi. Seperti tidak ada kehidupan. Ia mencoba menghubungi nomor Tary, lagi-lagi tidak aktif. Nomor Tary memang tidak aktif lagi sejak semalam, namun Doni berpikir mungkin handphone Tary kehabisan batrai.

Dengan perasaan cemas, ia menuju kelantai dua dan membuka kamar nya. Doni segera mengeluarkan laptop dan memutar rekaman cctv yang ia pasang diruang tamu dan halaman depan. Ia mundurkan rekaman tersebut ke malam kemaren dan ia kaget saat melihat kejadian tadi malam. Doni geram, ia merasa lalai dalam menjaga Tary dan ibu nya.

"Harytama aku akan buat perhitungan denganmu"

🌹🌹🌹

Pukul 06.30 Wulan sudah bersiap-siap meninggalkan rumah nya, ia berpesan pada ibu jika ia tidak bisa menunggu Gilang karna hari ini Wulan ada jadwal sebagai guru piket. Jadi ia harus datang ke sekolah lebih awal dari biasanya.

"Sudah kabari nak Gilang lewat handphone nak ?" tanya ibu

"Sudah bu, tapi tidak di angkat" bohong Wulan, Ibu pun mengerti.

Wulan segera meninggalkan rumah dan melajukan motornya ke sekolah. Sebenarnya Wulan tidak memiliki jadwal piket hari ini, ia sungguh sangat malas berjumpa dengan Gilang apalagi setelah melihat video semalam. Wulan yakin pria di video adalah Gilang dan pemeran wanita nya adalah gadis yang memergoki mereka di restoran Jepang.

Wulan semakin gelisah dan tak tenang. Bagaimana cara memutus tali perjodohan ini, ia merasa Gilang bukanlah pria yang baik.

Tak lama kemudian Wulan telah sampai disekolah. Suasana masih sepi karna ia yang terlalu cepat datang. Setelah memarkirkan motornya Wulan berjalan pelan hendak menuju kedalam sekolah tepat saat sebuah mobil berhenti di dekat Wulan.

Wulan kaget, ia tahu ini mobil Alex dan benar dugaannya Alex turun dari mobil dengan kondisi baju yang kusut, kerah baju tidak terlipat, ujung baju keluar dari celana dan rambut acak-acakan seperti tidak disisir. Sungguh penampilan yang urakan dan berantakan.

Setau Wulan, Alex tidak pernah berpenampilan sekusut ini, ia biasanya selalu rapi dan bersih. Tapi entah kenapa dimata Wulan Alex yang seperti ini terlihat hot dan sexy. Seperti pemeran badboy diserial drama sekolah SMA. Wulan bahkan mengingat kembali ciuman panas mereka sebelum perpisahan. Tiba-tiba pipi Wulan merona.

Ia melihat Alex hanya menunduk mengangguk sopan padanya seperti murid menyapa gurunya. Setelah itu ia pun segera berlalu seolah hubungan antara mereka tak pernah ada.

"Alex" Wulan berteriak memanggil anak itu.

"Sungguh jalannya sangat cepat" batin Wulan, Alex pun berhenti dan memutar tubuhnya menghadap Wulan.

"Kenapa baju kamu berantakan seperti ini ? Apa rambutmu tidak disisir dan bajumu tidak digosok ?" tanya Wulan dengan nada cemas

"Jangan pedulikan saya buk, saya takut GR" ujar Alex sambil tersenyum. Ia pun kembali memutar tubuhnya dan akan berjalan tapi kemudian tangannya ditahan Wulan.

Wulan segera melipat kerah bajunya, memasukkan ujung baju kedalam celana, meluruskan kaki celana yang terlipat dan terakhir menyisir rambut Alex. Tapi ia kesulitan karna tubuh Alex yang tinggi. Alex pun menundukkan kepalanya agar Wulan leluasa menyisir rambutnya.

Wulan berusaha menahan air matanya. Sungguh ia ingin sekali memeluk dan mencium Alex tapi ia mati-matian mencegah agar hal itu tidak terjadi.

Setelah ia selesai merapikan baju dan rambut Alex, ia pun menatap anak itu. Alex juga menatapnya dengan sendu. Sesaat mereka saling terpaku dan terdiam. Tiba-tiba Alex mencium dan melumat bibir Wulan. Wulan berusaha melepaskan diri dengan mendorong tubuh Alex tapi Alex segera memeluknya erat dan membawa tubuh Wulan masuk ke dalam labor komputer yang letaknya memang bersebelahan dengan parkiran dan taman.

Alex benar-benar tidak melepaskan Wulan. Ia mendudukan Wulan dimeja kemudian melumat dan mengulum bibir Wulan dengan rakus. Wulan berusaha menutup rapat mulutnya, tapi Alex menggigit bibirnya pelan sehingga mulut Wulan terbuka dan Alex pun menjelajahi dengan bebas seluruh area bibir Wulan.

Sungguh Wulan tidak kuasa, ia merasa tubuhnya merinding dan bergetar. Wulan merasa Alex mulai menciumnya dengan penuh birahi tidak seperti biasanya tapi anehnya Wulan tidak keberatan. Ia suka, ia cinta semua yang Alex lakukan padanya. Wulan tidak mengerti diri nya lagi, ia benar-benar terbuai. Akhirnya Wulan pun membalas ciuman Alex. Mereka pun saling berpagut menyalurkan gejolak dihati.

Ciuman Alex mulai semakin berani, bibir Alex mulai turun menjelajahi leher jenjang Wulan yang mulus. Kepala Wulan mendongak memberi akses bebas pada bibir Alex untuk menikmatinya. Sementara tangan Wulan meremas-remas rambut Alex. Suara kecupan terdengar jelas ditelinga Wulan, Alex tak melewatkan sedikitpun. Seluruh leher bagian depan tak lepas dari bibir Alex dan meninggalkan jejak yang basah dan sedikit kemerahan. Tanpa sadar Wulan pun mendesah.

Ia merasa bagian intinya sudah basah dan berkedut. Desahan Wulan membuat Alex semakin terbakar gairah. Tangan Alex mulai bergerak perlahan, ia pun meremas lembut gundukan kenyal milik Wulan tanpa henti, sementara bibir nya terus menyapu leher jenjang Wulan membuat darah Wulan berdesir hebat, Wulan kelabakan dan hampir gila.

"Alex" Ucapan Wulan lebih mirip desahan

Wulan ingin Alex melakukan yang lebih lagi padanya tapi ia tidak tahu apa itu.

Alex seperti mengerti keinginan Wulan, tangan Alex mulai turun dan masuk kedalam rok Wulan. Wulan mendesah kuat saat ia merasakan tangan Alex menyentuh bagian intinya yang telah basah, Alex segera membungkam bibir Wulan dengan mulutnya. Ia tidak ingin orang mendengar dan tahu kegiatan yang mereka lakukan saat ini.

Tangan Alex mengelus-elus dan menggesek bagian inti Wulan dengan lembut. Wulan menggelinjang menahan kedutan dan rasa nikmat yang diberikan Alex. Wulan tak kuasa, makin lama gerakan tangan Alex makin cepat. Wulan merasa seperti akan meledak dibawah sana.

Tak lama kemudian tubuhnya mengejang hebat dan bergetar. Alex menahan tubuh Wulan agar tidak jatuh dan Wulan segera memeluk Alex erat. Nafasnya memburu, keringatnya mengalir deras seperti habis berlari jauh. Seumur hidup Wulan, ini adalah yang pertama kali baginya. Rasanya luar biasa nikmat membuat Wulan ingin pingsan.

Alex pun mengeluarkan tangannya dari rok Wulan. Tiba-tiba Wulan merasa malu dan menyesal. Sekarang ia tidak memiliki muka lagi dihadapan Alex. Wulan pun menangis.

"Sayang kenapa menangis ?" tanya Alex lembut

Wulan hanya menggelengkan kepalanya dan membenamkan wajahnya didada Alex. Alex tersenyum dan membelai rambut Wulan. Sungguh kondisi Wulan sudah berantakan.

Setelah merasa tenang, Wulan pun menjauhkan wajahnya dari dada Alex. Pipi nya merah merona. Wulan terus menunduk, ia benar-benar malu. Alex hanya tersenyum melihat tingkah Wulan. Kemudian Alex merapikan rambut dan baju Wulan.

Setelah melihat penampilan Wulan yang sudah rapi, Alex pun menyodorkan sebuah kartu kepada Wulan.

"Apa ini ?" dahi Wulan berkerut

"Kartu"

"Iya aku tahu kartu, tapi kartu apa ?" Wulan membolak-balik kartu berwarna hitam tersebut

"Hadiah pernikahan"

"A...apa ?"

...****************...