Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 6.
Berjalan dengan langkah gontainya, Aira memasuki tempat ia bekerja dahulu. Penuh kenangan dan berbagai cerita bersama kedua sahabatnya, namun saat ini dirinya harus berpisah.
"Ra!" Suara teriakan memanggil.
"Eh Bim, mana Shinta?" Tanya Aira dengan wajah cerianya.
"Ada, tuh." Bima menunjukkan ke arah dimana Shinta berada.
"Kamu gimana Ra? Apa tuan Kenzo memberikanmu hukuman?" Tanya Bima.
Aira belum menjawab pertanyaan itu, karena Shinta terlebih dahulu menghampiri mereka berdua. Namun, Shinta pun memberikan pertanyaan yang sama kepada Aira. Tidak dapat dipungkiri jika kedua sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan dirinya, wajar saja jika mereka bertanya seperti itu.
"Aku berhenti bekerja." Seketika membuat kedua sahabatnya menjadi kaget.
"Berhenti?!" Ujar beo dari keduanya.
Anggukan kepala Aira sebagai jawabannya, keduanya semakin ingin tahu alasan mengapa hal itu terjadi. Dan Aira pun menceritakan semuanya, dimana dia datang saat ini karena untuk menghantarkan surat pengunduran dirinya. Kedua sahabatnya memahami situasi yang terjadi, mereka pun tidak dapat mencegahnya. Karena seorang Kenzo Brakher, merupakan orang yang tidak tersentuh oleh siapapun.
Setelah menghantarkan surat pengunduran dirinya, Aira kembali lagi menuju perusahan. Setibanya diruangannya, belum saja ia mendaratkan bokongnya untuk duduk. Pintu ruangan tersebut terbuka dengan cukup keras, membuat jantungnya seakan berpacu begitu cepat.
Brak!!!
"Darimana saja kamu, hah?!" Kenzo dengan sorot mata tajamnya yang begitu menusuk.
Kedua tangan bertolak pinggang, semakin menambah aura kejam dari seorang Kenzo terlihat. Sedangkan tubuh Aira pun langsung terdiam kaku, bahkan untuk bernafas saja rasa begitu sulit baginya.
"Jawab! Darimana saja kamu?" Kembali Kenzo mengulangi ucapannya.
"Sa saya izin sebentar tuan, menghantarkan surat pengunduran diri saya ditempat kerja sebelumnya." Jawab Aira dengan terbata-bata.
"Siapa yang memberikanmu izin? Jangan mencari alasan untuk mencoba lari dari tanggungjawabmu ini, atau kau mau bermain-main denganku?" Kenzo berjalan semakin mendekati Aira.
"Ti tidak, tidak tuan. Saya sudah izin pada kak Sarah, saya juga sebelumnya sudah membersihkan ruangan anda tuan." Sungguh Aira merasa begitu tegang dan ketakutan.
Baru kali ini, Aira membenarkan ucapan dari kedua sahabatnya. Sebelumnya, dirinya sangat acuh dengan apa yang sering dibicarakan oleh yang lainnya, namun kini dirinya merasakan sesal yang begitu besar.
"Tuan! Benar tuan, Aira sudah izin sama saya. Maafkan saya tuan, saya tidak memberitahukan hal tersebut kepada anda." Sarah datang dengan nafas yang tidak teratur.
Mendapati kehadiran Sarah disana, Kenzo hanya meliriknya sebentar lalu kembali menatap Aira. Dari dalam dirinya, Kenzo merutuki sikapnya yang seperti ini. Biasanya ia langsung memberikan hukuman tanpa penjelasan apapun, namun kali ini dirinya berbicara dengam cukup panjang dan begitu betah menatap wajah Aira.
"Kali ini, kami aku beri ampun. Tapi tidak untuk berikutnya, ke ruanganku sekarang." Tubuh tinggi nan kekar itu berbalik dana berjalan menjauh.
Kepergian Kenzo dari sana, memberikan ruang yang cukup lega untuk Aira dan juga Sarah. Mereka mengehela nafas berat disaat Kenzo sudah tidak terlihat, keduanya saling mengatur dirinya sendiri-sendiri. Saat setelah sama-sama dalam kondisi baik, Aira pun harus menghadap kembali ke ruangan Kenzo.
"Ra, semangat. Jangan takut, nanti kalau tuan Kenzo kenapa-napa. Kamu langsung teriak atau keluar dari dalam ya, nanti langsung masuk ke dalam ruanganku." Sarah memberikan semangat kepada Aira.
"Iya kak."
Mengatasi nafas yang masih terasa berat, Aira tak lupa untuk selalu berdoa didalam hatinya. Begitu juga dengan Sarah, dirinya melihat dari balik tirai jendela ruangannya.
"Lamban sekali, cepat masuk!" Suara keras dan begitu memekakkan telinga terdengar dari dalam ruangan.
Hal itu membuat Aira semakin gugup, perlahan ia membukan pintu tersebut dan masuk ke dalamnya. Disana, Kenzo sudah menunggunya. Dengan langkah perlahan, Aira kini berhadapan dengan orang yang terkenal akan kekejamannya.
"Apa kamu sedang berbicara dengan lantai, hah? Lihat lawan bicaramu, dasar tidak sopan. Baru satu hari bekerja, sudah berani membuat masalah." Ketus Kenzo.
"Maaf jika saya lancang tuan, saya juga harus menjaga pandangan ini." Aira masih menunduk dan ia tidak terima jika Kenzo terus menyudutkannya.
"Menjaga pandangan? Heh, kalian ini hanya menipu saja. Penampilan tertutup, tapi diluar sana tidak terkendali." Dengan seringainya, Kenzo bersedekap menatap Aira dengan penuh penekanan.
Dada Aira terasa bergemuruh dengan cepat, ingin rasanya ia menendang kepala pria yang bermulut pedas, angkuh dan juga terlihat kejam itu. Namun ia berusaha menahan semua amarah tersebut, hingga akhirnya dengan mengumpulkan semua keberanian yang ada dalam dirinya.
"Tuan yang terhormat, jika anda hanya memanggil saya untuk mendengarkan semua perkataan yang cukup pedas ini dari anda. Apa saya boleh memilih untuk keluar dan bekerja saja?" Dengan berani pula, Aira menatap Kenzo.
Ketika kedua pandangan mata mereka bertemu satu sama lain, tiba-tiba saja tubuh Kenzo menjadi tegang dan ia merasakan sesuatu yang cukup berbeda dari tatapan tersebut. Namun tidak bagi Aira, dirinya saat ini begitu kesal.
"Eh, eh. Tuan mau apa?" Begitu kaget ketika Kenzo berjalan menghampiri Aira dan tangan kekar itu mengusap kepala yang tertutup selembar kain tersebut.
Sontak saja hal tersebut membuat Aira berjalan mundur ke belakang, dirinya segera mengambil langkah cepat untuk keluar dari ruangan tersebut dan masuk ke dalam ruangan Sarah.
Entah mengapa, melihat sikap Aira seperti itu. Membuat Kenzo tersenyum, lalu tertawa dengan begitu lepas.
"Hahaha, ternyata aku sudah tidak waras gara-gara wanita itu."