Diakhir hidupku, akira sangat menyesal karena tak pernah menikmati hidup dan jika tuhan memberi ia kehidupan kedua maka ia akan hidup bersenang senang.
Tapi nyatanya hidup tetaplah sebuah perjuangan bukan hanya tempat untuk bersenang senang.
"Adelia yang kamu selamatkan itu sudah mati, Jendral Agra. Dia sudah mati. Dan aku bukanlah Adelia Putri Kerajaan Akris, aku bukan adik dari sahabat mu, aku bukan tuan putri yang hidup lemah lembut dan pemalu. Aku adalah jiwa yang berasal dari masa depan."
Penasaran gimana Akira yang pindah ke tubuh Adelia menjalani hidup di dunia kuno yang penuh dengan trik,
cus baca 👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Oh astaga!!! Anjing siapa yang berani menjilatikuu... Pergi kau sana sialan! badanku capek tau tidak!!" Pagi ini diawali dengan teriakan dan umpatan dari bibir indah milik Adelia.
Tangan indah itu mendorong sesuatu yang sedari tadi menjilati lehernya atau mungkin juga mencium, Adelia tidak tau karena matanya masih tertutup dan mengantuk.
Semalam adalah malam yang panjang. Setelah dua kehidupan baru kali ini ia merasakan kenikmatan dunia dan ternyata hanya di pertengahan saja enaknya dan di akhir inilah yang terjadi, badan ia capek dan juga sakit.
"Asa!!! usir anjing sialan ini dari kamarku!!" teriakan Adelia kembali terdengar.
Sungguh kepalanya pusing karena tidak cukup tidur dan masih pagi ada anjing sialan yang menggangu tidurnya.
Diluar Kamar ada Asa yang berkeringat dingin mendengar teriakan dan makian dari nyonya nya, apakah nyonya lupa sekarang ia tidur dengan siapa?
Tapi jilatan itu masih terus berlangsung dan bahkan ada gigitan di leher Adelia yang saat ini sedang tidur tengkurap.
Plak
"Aww.. Sakit sialan, kenapa kau menggigit ku."ucap Adelia setelah memberikan sebuah tamparan.
"Ternyata Istriku suka permainan kasar ya." Terdengar suara serak khas pria dari arah samping tepat di tempat yang Adelia tampar tadi.
Mata Adelia langsung terbuka lebar mendengar hal itu dan ia langsung menatap ke samping tepat ke arah Jendral Agra yang sedang mencium tangannya.
"Akhh!!" teriak Adelia kesakitan karena tangannya di gigit oleh Jendral Agra.
"Karena Istri suka permainan kasar, mana mungkin Suami ini tidak memberikannya. Kesenangan istri adalah yang utama," ucap Jendral Agra menjilati bekas gigitan yang ada di tangan Adelia.
'Apa yang dikatakan anjing sialan ini!! gigitan mu sakit tau,'rutuk Adelia dalam hati tapi kenyataannya wajahnya tetaplah tenang.
Jendral Agra mengusap wajahnya di tangan Adelia dengan lembut persis seperti anjing kecil yang suka dengan tuannya.
"Apakah aku sudah terlihat seperti anjing yang kamu sukai?" tanya Jendral Agra lalu ia kembali menggigit tangan Adelia tapi kali ini hanya gigitan main main, tidak terlalu sakit.
'Dia mempermainkan ku,' batin Adelia.
"Ah tentu saja tidak Jendral, Kam...." ucapan Adelia dipotong langsung oleh Jendral Agra.
"Kamu tidak suka?" tiba tiba tatapan itu berubah menjadi tajam.
Tangan Adelia terangkat mengelus rambut berantakan Jendral Agra, lalu ia mengelus rahang tegas itu dan melihat postur wajah Jendral Agra yang tegas serta tampan.
Elusan dan tatapan itu membuat Sang Jendral tampak tidak marah lagi.
"Tentu saja tidak, Bagaimanapun bentuk suamiku aku tetap akan selalu menyukainya." Rasanya Adelia bisa diabetes lama lama karena selalu mengatakan hal manis.
"Mulutmu sungguh manis Istriku, bisa menjungkirbalikkan perasaan seseorang." ucap Jendral Agra lalu memeluk Adelia yang sekarang tidur menyamping menghadapnya.
"Jika itu membuat Suami senang bagaimana lagi, bukankah anda harus melatih prajurit hari ini?" ini adalah suatu kalimat pengusiran secara halus.
"Bagaimana bisa aku pergi sedangkan istriku kesakitan di sini? Aku memutuskan untuk menemani dan melayani istriku saja." Ucapan manis yang lama lama membuat Adelia muak.
'Melayani apa sialan!! aku yang akan dirugikan kalau di dekat mu,' batin Adelia berteriak.
"Aku sungguh tersentuh mendengar ucapan Suami, kalau begitu maukah Suami memelukku sampai aku tertidur," ucap Adelia sambil membalas pelukan Jendral Agra. Kenyataannya memang pelukan Jendral Agra sangatlah nyaman.
"Hmm tentu saja, apapun untuk istriku."
Diluar Kamar pelayan kecil, Asa hanya bisa terdiam dengan muka memerah mendengar pembicaraan tuan dan nyonya. Dia ingin pergi tapi tugasnya adalah mengurus Nyonya nya, jika nanti ia pergi dan nyonya memanggil, makanya dia hanya dapat diam di depan kamar nyonya.
.
.
.
bersambung
salam hangat dari author
jangan lupa like and komen