Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Enrique dan Mavra
Note : Guys di sini tu aku cuma mau bilang, Kalian yang udah lama baca karyaku pasti tahu, sesekali ada kasus mental illness yang aku angkat, seperti di Ibu susu Baby Zafa, aku pernah mengangkat soal syndrom baby blouse. Di sini pun sama, Mavra itu punya mental illness, bukan lebay atau menye-menye. Ini sering banyak terjadi di dunia nyata. Aku cuma mau menyampaikan pesan pada kalian. Jika terkadang sekuat apapun orang pasti mempunyai sisi lemah dan kalian tidak boleh meremehkan kondisi orang yang memiliki mental illness. Mereka butuh perhatian, butuh dukungan.
***
Tok Tok Tok
Enrique berdiri di depan pintu mansion mewah milik paman Mavra. Saat pintu terbuka. Matanya langsung mengarah pada sosok wanita berusia 38 tahun yang dikenalnya.
"E_Enrique ... kamu ada di sini?"
Enrique tiba-tiba berlutut di depan Celine hingga membuat Celine terkejut.
"Enrique, apa yang kamu lakukan? Berdirilah!"
"Aku tidak akan berdiri sampai aunty memberitahuku di mana Mavra."
"Berdiri dulu! Kita bicarakan ini di dalam. Ok!"
Celine menarik kedua bahu Enrique, pria muda itu pun menurut. Dia bangkit dan mengikuti calon mertuanya masuk. Bagaimana pun juga keluarganya dan keluarga Mavra sudah sepakat akan menikahkan mereka kelak. Dan baik keduanya tidak ada yang memutuskan hubungan selama dua tahun ini.
Enrique duduk berhadapan dengan Celine dan juga Louisa bibi Mavra. Celine menatap wajah putus asa Enrique dan menjadi tidak tega. Bagaimana pun juga Enrique adalah pria yang sangat disukai putrinya. Bagaimana bisa dia mengabaikannya.
"Kenapa kau bisa di sini? Apa kau memata-matai kami?" tanya Celine, meski pertanyaannya bersifat curiga, tapi tidak ada nada kemarahan yang ada hanya kelembutan.
"Ya, aku menyuruh beberapa orang untuk mengawasi keluarga kalian, tapi itu ku lakukan karena sampai sekarang kalian tidak memberiku ijin bertemu dengan Mavra. Aku hanya ingin bertemu dengannya, Aunty. Ini sudah 2 tahun. Aku masih ingin menjelaskan semua kesalahpahaman ini."
Louisa kagum dengan kejujuran Enrique. Dia memang pria yang patut disukai oleh keponakannya.
"Kau tahu, kami tidak memberitahumu karena ini permintaan Mavra sendiri. Kami tidak bisa mengabaikan permintaannya demi dirimu."
"Aunty, kau paling tahu bagaimana aku. Aku tumbuh besar kau pun melihatnya sendiri. Aku benar-benar menyayangi dan mencintai Mavra."
"Tapi kau menyakitinya Enrique."
"Aunty, kau tahu itu hanya salah paham."
"Enrique, terkadang kau harus menunjukkan perasaanmu lewat kata, perbuatan saja tidak cukup. Karena terkadang suatu perbuatan bisa memiliki banyak arti. Tergantung dari sudut pandang mana kita menilai. Dari sisimu, caramu menunjukkan cinta dengan tidak menanggapi wanita lain, tapi mungkin putrimu menginginkan lebih dari pada itu. Putriku menganggap diammu adalah caramu mempersilahkan mereka untuk terus mengejarmu. Komunikasi kalian kurang. Putriku terlalu menggebu padamu, sedangkan kamu?"
Enrique mengangguk, "Aku akan berusaha menunjukkan lagi perasaanku padanya dengan benar aunty. Aku minta maaf jika aku membuat aunty merasa aku tidak menghargai Mavra, tapi aku bersumpah hanya dia yang selalu aku inginkan. Tolong beri aku kesempatan lagi, Aunty. Mommy bahkan sampai sekarang tidak mau bicara padaku, ini menyakitkan."
Celine melihat kesungguhan di mata Enrique yang berbingkai bening air mata yang siap meluncur jatuh jika pemiliknya berkedip. Dia pun menghela napas panjang.
"Aunty akan coba tanyakan pada Marvel di mana Mavra."
Celine mengambil ponsel, sedangkan Louisa menyuguhkan segelas minuman untuk Enrique. Enrique hanya diam saat Celine berbicara lewat telepon. Setelah telepon Celine dimatikan, dia menatap ibu Mavra itu dengan penuh harap.
"Marvel sudah mengirimimu pesan. Dia bilang kau harus segera kesana jika ingin bertemu dengan Mavra sebelum Mavra berubah pikiran."
"Terima kasih, Aunty. Aku berjanji tidak akan lagi mengecewakan Mavra."
Enrique meminum minuman yang tadi Louisa berikan, setelah mengucapkan terima kasihnya berkali-kali, Enrique pergi dari kediaman paman Mavra.
"Kau sangat beruntung putrimu dicintai oleh Enrique. Aku berharap kelak Diandra juga bisa menemukan pendamping seperti Enrique."
"Semoga saja. Diandra adalah gadis yang sangat manis. Dia pasti akan menemukan jodoh secepatnya."
Enrique membuka pesan dari Marvel. Dia segera pergi ke tempat Marvel dengan menaiki taksi. Marvel memang sengaja tidak mau memakai fasilitas yang sudah disiapkan oleh ayahnya, karena dia ingin Mavra bisa melihat kesungguhannya. Dia sudah sangat merindukan gadis cerewetnya.
Tiba di depan villa di tepi pantai, Enrique sudah disambut oleh Marvel tanpa Mavra. Sedikit kecewa, tapi Enrique tahu, ini tidak semudah itu.
"Sebelum aku mengijinkanmu masuk. Aku ingin bertanya lagi satu hal padamu." Marvel tampak serius sekali. Enrique menjadi berdebar.
"Apa?"
"Apa kau mau berusaha keras jika nanti Mavra menolakmu?"
"Apa maksudmu?"
"Kau tahu tidak mudah membujuknya. Jika kau hanya akan sekali berjuang dan kemudian menyerah, sebaiknya kau tidak pernah menemuinya. Mavra yang sekarang bukanlah Mavra 2 tahun yang lalu. Kau mungkin akan terkejut dengan perubahan dirinya."
"Aku tidak akan menyerah. Jika kali ini aku harus mengejarnya, aku pasti akan melakukannya."
"Baiklah, ku pegang janjimu."
Marvel mengajak Enrique masuk ke Villa. Dokter Rupert baru saja keluar dari ruangan Mavra.
"Apa Mavra sakit?" tanya Enrique.
"Ya, dia tadi pingsan karena terlalu stress."
"Sekarang bagaimana kondisinya? Apa kau yakin jika aku menemuinya sekarang dia akan baik-baik saja?"
"Ya. Temuilah dia. Selesaikan masalah kalian. Kau paling tahu bagaimana kakakku sangat menyukaimu sejak dulu."
Enrique tersenyum mendengar ucapan Marvel. Dia pun perlahan membuka pintu kamar Mavra tanpa mengetuknya. Mavra berpikir itu adalah ayah atau kakaknya. Jadi dia tidak membuka matanya.
"Sebaiknya kalian pulang. Jangan buat mommy semakin khawatir. Aku bisa sendiri di sini."
"Mi amor."
Mavra langsung membuka mata saat mendengar suara seksi itu. Suara serak dan begitu memikat yang dia rindukan selama 2 tahun ini.
"K_kau." Mavra benar-benar syok melihat kemunculan Enrique yang tiba-tiba.
...----------------...