"Jadi pacarku dan kau langsung tandatangani kontrak ini"
Tubuh Freya benar-benar membeku ketika mendengar suara Tuan Muda yang terdengar dingin dan pemarah ini. Tuan Muda arogan yang tiba-tiba melemparkan surat kontrak untuk menjadi pacarnya. Entah apa maksudnya, namun Freya juga tidak bisa menolaknya. Karena memang dia sudah melakukan kesalahan yang besar yang tidak mungkin bisa mengganti rugi dengan uangnya.
Biarlah dia ganti rugi dengan hidupnya.
Arven yang mempunyai penilaian sendiri terhadap semua wanita, mulai di patahkan oleh Freya. Selama gadis itu menjadi pacar kontraknya, banyak hal yang ditemukan Arven dalam kehidupannya. Pemikiran dia tentang wanita, yang tidak semuanya benar.
Entah bagaimana kisah mereka selanjutnya..? Mungkinkah akan saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah? Kisah dengan perbedaan status sosial yang tinggi juga akan menjadi penghalang utama hubungan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6# Pacarku?!
Freya langsung menoleh pada Hendrick yang sedang mengemudi di depannya. Masih merasa tidak percaya jika pria di depannya itu selalu mengetahui apa yang di inginkan oleh Arven, padahal dia tidak mengatakan dan tidak menjelaskannya.
"Baik Tuan" ucap Freya.
Dia langsung menatap ke arah Arven yang terlihat masih terlihat kesal. Apa yang harus aku lakukan ya, biar dia tidak marah begini lagi. Kalau sampai dia tetap marah, maka pastinya dia akan meminta aku untuk mengganti rugi kerusakan mobilnya itu. Dan biaya kuliah aku juga akan di batalkan. Ini tidak boleh sampai terjadi, ayo lakukan sesuatu Freya.
Entah keberanian dari mana yang membuat Freya langsung meraih tangan Arven dan menggenggamnya. "Sa-sayang, aku min-minta maaf karena sudah membuat kamu kesal"
Sial, kenapa sampai bergetar, tadi saja begitu lancar mengucapkan kata sayang.
Arven langsung menoleh pada Freya, rasanya dia ingin tertawa mendengar nada suara Freya yang bergetar seperti itu. Arven menarik tangan Freya yang sudah menggenggam tangannya itu, hingga gadis itu jatuh ke dalam pelukan Arven.
Tubuh Freya yang langsung bergetar ketika dia berada dalam pelukan Arven dan sekarang tangan kekar pria itu juga memeluk tubuhnya, bahkan mengelus punggungnya. Freya jadi bingung dan tidak bisa melakukan apapun selain diam saja dalam pelukan pacar kontraknya ini.
"Ingat ya, jangan sekali-sekali kau membuat aku kesal!" ucap Arven penuh penekanan.
Freya hanya mengangguk patuh, seolah apa yang keluar dari mulut Arven adalah sebuah perintah baginya yang tidak bisa dia bantah sedikit pun.
"Hen, kita pulang ke Apartemen dulu. Aku ingin berbincang sebentar dengan pacarku ini" ucap Arven.
Tubuh Freya semakin menegang mendengar itu. Kata berbincang yang diucapkan Arven adalah introgasi menyeramkan yang ada di dalam bayangan Freya.
Pacarku? Hey Tuan apa anda lupa jika kita ini hanya pacar kontrak saja.
Dan untuk pertama kalinya Freya masuk ke dalam Apartemen mewah milik Arven ini. Arven meminta Freya untuk membuatkan dia minuman, sudah seperti pada kekasih sesungguhnya saja.
Freya menatap sekeliling Apartemen ini yang sangat mewah bagi Freya yang terbiasa tidur di rumah sederhana. Itu pun milik Bibinya. Freya membuka rak di atas meja kompor dan melihat ada jenis kopi dan coklat disana. Freya mengambil serbuk kopi saja, dia membuatkan kopi untuk Arven.
"Sebenarnya aku tidak tahu kenapa dia bisa memilih aku untuk menjadi pacar kontraknya. Padahal gadis yang tadi saja terlihat sangat cantik dan menyukainya"
Freya jelas melihat bagaimana tatapan Cyntia yang begitu lekat pada Arven, tentu saja gadis itu memang menyukainya. Freya yang merasa heran sendiri kenapa bisa Arven memilih dirinya untuk menjadi kekasih kontraknya.
"Sudah kau buatkan minuman untukku?"
Freya terlonjak kaget mendengar suara bariton itu, dia segera berbalik dan melihat Arven yang sudah duduk di kursi meja makan. Dia sudah berganti pakaian lebih santai, dan penampilannya yang seperti ini malah semakin menambah ketampanannya.
"Ini minumannya sudah jadi, saya buatkan kopi saja ya" ucap Freya yang membawa secangkir kopi untuk kekasihnya itu.
Menyimpan kopi itu di depan Arven, lalu Freya duduk di kursi samping Arven. Kedua tangannya dia letakan di atas meja dengan terlipat. Menatap Arven yang sedang meminum kopi buatannya.
"Kalau begitu saya pulang dulu ya" ucap Freya.
Arven langsung menatap Freya dengan tajam, masih saja merasa tidak suka dengan cara bicara Freya barusan. "Kamu itu pacarku, kenapa cara bicaramu seperti itu? Saya, anda, apa pantas seperti itu? Kalau misalkan orang tuaku datang dan mendengar cara bicaramu itu. Apa kata mereka nanti"
Ferya menunduk diam, mungkin memang Arven ingin dia berbicara tidak formal padanya. Tapi Freya benar-benar tidak terbiasa, karena memang Freya yang selalu merasa jika Tuan Muda itu adalah orang yang paling harus dia hormati dan dia segani. Kalau bisa untuk mneghindarinya, karena sejak dia datang ke Kampus saja Freya melihat jelas bagaimana dia yang terlihat dingin dan tidak pernah mau mengampuni seseorang yang berbuat salah padanya. Tapi sekarang malah Freya sendiri yang terikat sebuah kontrak dengannya.
"Baik, aku akan merubah cara bicara mulai sekarang" ucap Freya.
"Bagus, kau harus menjadi pacarku yang baik dan penurut. Karena aku paling tidak suka jika harus dibantah" tekan Arven.
Freya mengangguk saja, dia juga mana berani membantah ucapan Arven. Melihat tatapan matanya saja sudah membuatnya takut.
Arven terkekeh pelan melihat Freya yang begitu ketakutan dengan ucapannya itu. Akhirnya aku mempunyai boneka penurut seperti dia, ah menggemaskannya.
"Sayang, aku pulang dulu ya" Ah, bibir ini seperti sudah terbiasa saja sepertinya memanggil di sayang.
Terkadang Freya sangat tidak tahu kenapa dirinya langsung terbiasa seperti ini untuk memanggil sayang pada Freya. Padahal dirinya tidak pernah mempunyai pengalaman berpacaran sebelumnya. Tapi sekarang dia bisa begitu terbiasa untuk memanggil sayang pada Arven yang bahkan statusnya hanya seorang pacar kontrak.
"Kau tidak suka berlama-lama denganku?"
Ah, kenapa dia sensitif sekali. Freya langsung menggeleng pelan, tentunya dia tidak ingin melihat kemarahan Arven.
"Bu-bukan begitu Sayang, aku hanya ingin segera berganti baju saja. Tidak biasa memakai baju seperti ini, jadi aku merasa sangat tidak nyaman"
"Kau mandilah dulu, aku sudah siapkan pakaian ganti untukmu. Aku menyuruh orang di Kantor untuk menyiapkan semuanya. Di kamar sebelah adalah tempat pakaianmu, jika nanti tiba-tiba ada waktu mendadak yang membuat kau harus segera bertemu dengan orang tuaku" jelas Arven.
Freya terdiam, padahal maksud dirinya beralasan seperti itu karena memang dirinya yang ingin segera pulang. Tapi sekarang malah seperti ini, membuat dia kebingungan saja. Ingin menolaknya tapi dia takut. Mengingat ucapan Arven beberapa waktu lalu jika dirinya tidak boleh sampai membantahnya.
"Yaudah, ka-kalau begitu aku mandi dulu ya Sayang" ucap Freya.
Arven mengangguk, dia tersenyum tipis ketika melihat Freya yang sudah berlalu ke dalam kamar yang memang sengaja dia sediakan untuknya. "Aku suka dia yang penurut seperti ini"
Freya yang sudah selesai mandi, langsung membuka lemari dan dia melihat deretan pakaian mewah disana yang lengkap dengan segala perlengkapan wanita lainnya. Membuat Freya berpikir, siapa yang telah menyiapkan semua ini. Tidak mungkin jika Hendrick 'kan? gumamnya.
Setelah Freya berganti pakaian, dia langsung keluar kamar dengan handuk kecil di tangannya. Menatap Arven yang sedang duduk di sofa ruang tengah itu. Freya berjalan menghampirinya.
"Sini duduk, biar aku keringkan rambutmu" ucap Arven sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya. Ingin kekasihnya itu untuk duduk disampingnya.
Bersambung