Bercerita tentang kehidupan manusia yang terusik dengan keberadaan iblis, sehingga terbentuk suatu kelompok pembasmi iblis.
Diawal cerita pemimpin kelompok pembasmi iblis berhasil membunuh raja iblis yang sangat kuat tetapi harus mengorbankan nyawanya.
Perseteruan antara iblis dan manusia tidak sampai disitu, terus berlanjut pada keturunan berikutnya. Keturunan inilah yang menjadi akhir dari perseteruan antara iblis dan manusia.
Tokoh utama : 2 anak kembar anak dari pimpinan kelompok pembasmi iblis awal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifki Arifandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#8
...SELEN...
“Ibu….” Jeritan anak perempuan terdengar sangat keras.
“Jaga dirimu, Nak. Pergilah bersama dia,” ucap sang ibu, air mata berlinang di matanya.
Spring… bunyi sabetan pedang. Anak perempuan yang sedang diangkat oleh seorang pria berlari ke arah hutan yang lebat, melihat darah bercucuran di tubuh ibunya. Anak perempuan ini bernama Selen.
Ia tinggal di suatu pedesaan terpencil yang ada di kaki gunung. Kedua matanya sendiri melihat ibunya dibunuh oleh segerombolan orang tidak dikenal. Orang-orang tersebut menjarah desa dan membunuh siapapun yang mereka temui.
Melihat ibunya terbunuh, Selen tidak menangis. Tatapannya kosong, melepaskan diri dari gendongan pria, entah kekuatan apa yang masuk ke dalam tubuhnya, membuat tubuhnya bisa melayang.
Selen melayang ke arah para penjarah itu, menghabisi satu persatu penjarah dengan tangan kosongnya. Mata Pria yang membawanya tak berkedip, bingung bercampur takut.
Pria itu adalah paman Selen. Setelah menghabisi para penjarah, Selen tidak tergeletak tak sadarkan diri di samping mayat sang ibu.
Paman Selen berlari mendekat ke arah Selen dan ibu Selen, karena sudah tidak ada lagi penjarah yang tersisa, paman Selen mengangkat Selen ke tempat yang lebih aman dan menguburkan adik perempuannya.
Mulai dari sini kisah Selen dimulai. Hari ini adalah hari ulang Selen. Sekarang Selen genap berusia 6 tahun, bukan sesuatu kebahagian yang ia dapatkan di hari ulang tahunnya, tetapi Selen mendapat suatu kesedihan yang mendalam, karena harus kehilangan sosok ibu selamanya.
Ayah Selen merupakan pembasmi iblis yang cukup hebat, kekuatannya bahkan tidak diragukan lagi. Sayangnya, ayah Selen sudah lama meninggal karena penyakit yang ia derita.
Mungkin kekuatan yang baru saja keluar dari tubuh selen merupakan warisan dari sang ayah. Malam yang sepi, paman Selen harus merawat keponakannya di tengah hutan. Alasan paman Selen pergi ke tengah hutan karena desa sudah hancur dan takutnya ada penjarah lagi yang datang ke desa.
Menurut paman Selen hutan adalah tempat paling aman untuk berlindung dari orang-orang jahat, tetapi paman Selen tidak sadar kalau lebih banyak bahaya yang akan ia jumpai di tengah hutan. Selen mulai sadarkan diri, pertama kali yang Selen ucapkan adalah,
“Dimana ibuku?” tanya Selen.
Ternyata Selen tidak mengingat semua kejadian yang baru saja ia lihat, Pamannya hanya terdiam. “Dimana ibuku, Paman?” untuk kedua kalinya Selen bertanya, nada suara lebih keras.
“Ibumu….” Suara Paman Selen terhenti.
“Ibu dimana?” Selen bertanya lagi dengan nada membentak.
“Ibumu telah meninggal.”
Mendengar perkataan pamannya, Selen menangis histeris dan mulai teringat semua kejadian yang ia alami barusan. Sambil menangis, Selen berteriak, “IBU… IBU… IBU….”
Pamannya langsung memeluk Selen dengan erat, “Jangan menangis sayang, Ibu pasti akan sedih jika melihat Selen menangis,” ucap Paman Selen.
Selen yang sangat menyayangi ibunya tidak bisa menahan tangis, menangis sekencang-kencangnya karena belum bisa menerima kenyataan kalau ibunya telah tiada. Paman Selen hanya bisa memeluknya. Suara yang perlahan habis, nafas terdengar berat, Selen berhenti menangis.
“Aku akan habisi semua orang-orang jahat,” ucap Selen dengan tatapan garang.
“Jadilah orang baik, jika kamu telah merasakan rasa sakit karena perbuatan orang jahat. Ibumu pasti sangat bahagia di alam sana, saat melihat anak kesayangannya tertawa dan tersenyum lagi, sudah jangan larut dalam kesedihan, kamu harus mewujudkan keinginan ibumu,” jawab Paman Selen.
“Memang apa keinginan ibu terhadapku?” tanya selen sambil terisak-isak.
“Ibumu berpesan, ingin melihat anaknya menjadi wanita yang kuat dan menjadi pembasmi iblis seperti ayahmu.”
“Bagaimana caranya menjadi pembasmi iblis?” tanya Selen, air matanya berhenti menetes.
“Paman juga tidak tau, bagaimana kalau kita cari orang yang bisa melatih mu untuk menjadi pembasmi iblis,” Paman Selen tersenyum.
“Iya… tapi sebelum aku pergi, aku ingin pergi ke makam ibu,” jawab Selen.
“Besok pagi kita pergi ke makam ibumu, oke?” senyum terus di lontarkan paman Selen.
Akhirnya Selen tersenyum, menghapus sisa air mata yang ada di pipi, Selen berkata, “Oke, aku akan membanggakan ibu.”
Paman Selen benar-benar mengetahui cara memotivasi keponakannya itu, sebenarnya ibu Selen tidak pernah berpesan seperti itu. Paman Selen berkata seperti itu agar Selen tidak bersedih lagi dan alasan lainnya adalah kekuatan yang selen miliki. Sejak saat itu Selen tidak pernah bersedih lagi. Hidupnya selalu berambisi bisa menjadi orang seperti ayahnya.
Di dalam hutan yang gelap dan sunyi, Selen sering sekali kehilangan kesadaran, seperti ada sosok yang mengendalikan tubuhnya, dan bergerak melawan iblis. Paman Selen yang tidak bisa merasakan keberadaan iblis dan tidak bisa melihat iblis hanya bisa terdiam.
Bersembunyi di belakang pohon kemudian menonton Selen yang sedang bertarung. Saat iblis sudah kalah Selen akan kembali sadar, tapi tubuhnya lemas, di saat inilah Paman Selen menghampiri dan merawatnya.
“Aku harus segera menemukan pembasmi iblis untuk melatih Selen, jika terus seperti ini Selen bisa kehilangan kesadarannya, berubah menjadi sosok lain untuk selamanya.” Ucap Pamannya sambil menatap wajah Selen yang sedang tidak sadarkan diri.
Paman Selen memutuskan untuk pergi dari hutan itu. Malam yang dingin dan sepi, hanya dibekali cahaya dari obor, meraka berjalan melewati vegetasi yang sangat lebat.
Tak jarang mereka bertemu dengan hewan buas, pamannya kebetulan sering berburu, jadi tidak takut dengan hewan-hewan tersebut. Hanya dengan gerakan sederhana hewan-hewan itu ketakutan dan pergi.
Setelah sekian lama menyusuri hutan, akhirnya mereka melihat dari kejauhan ada pedesaan, “Akhirnya kita menemukan pemukiman, kita bisa meminta makan dan mencari pembasmi iblis di sana,” ucap pamannya, tertawa bahagia.
Perut Selen berbunyi, “Paman aku lapar,” Selen memegang perutnya.
“Tahan, sebentar lagi kita bisa akan mencari makan di pemukiman itu.”
Merea melanjutkan perjalanan, saat akan keluar dari hutan, tiba-tiba dengar suara raungan singa. “Tidak mungkin di sini ada singa!” ucap Paman Selen terheran-heran.
“Paman aku takut,” Selen bersembunyi di belakang pamannya.
“Naiklah ke punggung paman,” Pamannya jongkok, Selen naik ke punggung pamannya.
“Jangan takut, paman akan melindungi mu,” ucap Paman Selen.
Baru selangkah berjalan, Singa itu muncul dihadapan mereka berdua. Paman Selen terkejut setengah mati, terjatuh kebelakang. Tubuh Selen tergeletak di tanah, tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat, mata Selen bercahaya.
Paman Selen tau kalau Selen akan kehilangan kesadaran diri lagi, jika selen seperti itu. Tandanya Singa yang ada di hadapan mereka berdua bukanlah singa biasa, melainkan iblis.
Singa itu membesar, tubuhnya berubah seperti manusia, manusia setengah singa. Selen terbang langsung menyerang sing iblis itu, tiap pukulan selen telak mengenai tubuh iblis. Iblis menjerit, “Sakit….”
Iblis mengeluarkan senjata, senjatanya pedang tapi bergerigi. Selen dengan mudah menghindari serangan-serang iblis singa, iblis semakin terdesak, kerena kekuatan Selen yang menggila.
.