Mempelai Pengganti Ketua Mafia Buta Yang Kejam

Chole ingin berteriak. Meminta tolong agar pak Mul tidak melihatnya dalam keadaan seperti sekarang, tapi Chole benar-benar tak sanggup melakukannya.

Dalam hatinya Chole terus menangis, memanggil-manggil sang mamah maupun sang papah. Chole benar-benar takut, lebih takut dari ketika ia harus menghadapi Helios. Karena daripada Helios, pria seperti pak Mul yang ia yakini baj*ingan sekaligus mes*um jauh lebih berbahaya.

“Ya Alloh, ... ya Alloh tunjukkan kuasa-Mu karena sekarang ini benar-benar hanya Engkau satu-satunya yang mampu menolongku. Papah mamahku enggak ada di sini dan mereka enggak mungkin melindungiku.”

“Aku mohon ya Alloh ... aku benar-benar memohon ... jangankan menyentuh, melihatku saja tolong jangan sampai ....”

Kenyataan pak Mul yang berdeham santai dan itu terdengar sengaja, sudah langsung membuat Chole gemetaran hebat. Chole yang menghadap pada anak tangga juga sudah mendapati pak Mul. Sambil melangkah santai, pria itu tersenyum naka*l menatapnya. Senyum khas laki-laki baji*ngan.

Sekali lagi, Chole patah hati bahkan kepada Alloh selaku satu-satunya harapan yang ia miliki. Chole tersedu-sedu, sesenggukan tak karuan. “Sesakit ini, ... beneran harus berjuang sendiri karena Alloh pun enggak merestui!” batin Chole sudah langsung menunduk dan tak lagi menatap pak Mul karena pria berumur itu dengan sengaja menjulurkan sekaligus memainkan lidah sambil terus melangkah sekaligus menatapnya.

Jebred!

“Hah ...?” Bisa Chole pastikan, Helios keluar dari kamar. Kemudian suara langkah cepat terdengar mendekat.

Chole pikir Helios akan pergi, sementara di pertengahan anak tangga sana, pak Mul juga mendadak berhenti sekaligus menunduk kebingungan mirip mali*ng yang tertangkap basah.

Namun, masih melakukan segala sesuatunya dengan buru-buru, Helio yang tidak memakai kacamata maupun penutup wajah, langsung merengkuh tubuh Chole. Tatapan mereka bertemu. Chole menatap Helios dengan banyak ketakutan di tengah matanya yang basah sekaligus kaku saking bengkaknya.

Chole ingin menceritakan ulah pak Mul, tapi suaranya teramat lirih dan Helios bukanlah tipikal yang akan peduli kepadanya. Karena tidak langsung di lempar ke lantai bawah saja, sudah sangat untung.

“Ini ...?” batin Chole bingung lantaran Helios membawanya kembali ke kamar. Helios tak membuangnya atau setidaknya kembali membantingnya.

Walau ketika sampai di depan tempat tidur yang megah dan tentu saja tanpa kelambu manis berwarna pink seperti di kamar Chole, Helios mendadak menghela napas dalam. Helios seolah sengaja mengumpulkan tenaga dan itu akan Helios gunakan untuk melempar tubuh Chole.

Sempat terus menatap wajah Helios penuh ketegangan, Chole berangsur membenamkan wajahnya di dada bidang milik sang suami.

“Ini milikku, karena setelah menikah, Mas Helios juga ibarat rezekiku. Jadi, memang sudah menjadi kewajibanku membuatnya hanya menatap bahkan mencintaiku,” batin Chole yang mendadak deg-degan. Sebab setelah Helios sempat akan melemparnya, pria itu mendadak kembali menghela napas.

Helios merebahkan tubuh Chole dengan sangat hati-hati ke tempat tidur. Alasan yang membuat Chole deg-degan. Chole sampai berpikir, apakah ini akan menjadi detik-detik terakhir dirinya menyandang status sebagai seorang gadis? Apakah mereka benar-benar akan menjalani malam pertama mereka sebagai pengantin baru?

Tubuh bagian bawah Chole sudah menyentuh permukaan kasur yang tak kalah empuk dari kasur di kamarnya. Kemudian, kepala Chole juga berakhir di bantal yang benar-benar lembut dan langsung membuat Chole merasakan kenyamanan luar biasa.

Sebelum wajah Helios benar-benar enyah dari depan wajahnya, Chole sengaja mengerucutkan bibirnya kemudian mendaratkannya di pipi kiri Helios.

Helios sudah langsung syok, tak menyangka ada bibir yang dengan sengaja menempel di wajahnya yang buruk rupa. Lebih sulit dipercaya lagi, ... itu bibir Chole.

“Aku ... aku bisa enggak takut ke Mas asal Mas memperlakukanku dengan manusiawi,” ucap Chole, tapi Helios buru-buru mundur dengan agak loncat. Pria itu terlihat jelas sengaja menjaga jarak darinya.

Chole menatap aneh Helios yang tampak ketakutan kepadanya. “Aku beneran sayang Mas. Apalagi sekarang Mas suamiku.”

“Tutup mulutmu! Jangan pernah bicara kepadaku tanpa aku minta!” kesal Helios sembari melirik sengit Chole.

Luka-luka yang Helios tinggalkan memang tak sampai membuat Chole berdarah-darah. Hanya luka karena jarum jilbab saja yang sampai berdarah. Namun, selain di wajah, Helios yakin masih banyak lebam lain yang tertinggal di tubuh Chole. Belum lagi tadi ia sampai membanti*ng. “Kok jadi nyesel gini? Kenapa aku harus menyesalinya, sementara dia saja pantas mendapatkannya?” pikir Helios yang justru langsung teringat kecupan manis dari Chole di pipi kirinya.

Helios sudah langsung bingung, kenapa dirinya malah teringat adegan kecupannya, dan itu terus terulang mewarnai ikatannya? Adegan yang juga membuat dada bahkan sekujur tubuhnya diselimuti rasa hangat. Rasa hangat yang juga makin bertahan lama hanya karena mata kirinya mendapati Chole sampai ketiduran.

Cinta ❤️ :

Mas Helios ...

Dari hatiku yang paling dalam, aku benar-benar minta maaf. Maaf karena selama ini aku telah menjadi pecun*dang. Maaf karena selama mengenal, aku hanya mampu memberimu harapan palsu. Percayalah, tidak ada wanita yang lebih baik dari Chole adikku yang Inysa Alloh juga akan menjadi istri spesial untukmu.

*Cukup beri Chole kesempatan, aku berani jamin, kamu akan menjadi laki-laki paling bahagia karena telah memilikinya.

Aku mohon jangan pernah melukainya. Aku mohon jangan pernah sekadar membentak, atau melirik Chole dengan tajam lagi. Percayalah, wanita tangguh sebenarnya bukan aku atau wanita lain. Karena wanita tangguh yang menjadi kriteria wanita idaman untukmu ada dalam diri Chole, istrimu.

Lihat dia dengan hatimu, hanya dengan begitu kamu baru bisa menemukan kesalahan yang selama ini kamu benarkan. Karena Chole tak seburuk yang kamu pikirkan.

Dan aku sangat berharap, ketika Mas membaca pesan ini, Mas sudah mulai memperlakukan Chole dengan manusiawi.

Jika nanti semuanya sudah baik-baik saja, mari kita bertemu bersama pasangan kita sambil membawa bayi masing-masing.

Terakhir, tolong jangan benci Chole. Tolong sayangi sekaligus cintai Chole*

Pesan WA dari Cinta tersebut juga yang menjadi alasan seorang Helios mendadak keluar dari kamar kemudian memungut Chole yang sebenarnya baru saja ia buang.

Kini, Helios yang masih memegang ponsel, tengah berdiri loyo di kursi kerja miliknya yang ada di dalam kamar. Helios tengah memutar rekaman CCTV di laptopnya. Karena tadi, saat ia memungut Chole, ia sempat melihat bayang-bayang di anak tangga. Sosok tersebut terkesan sengaja menghindarinya.

“M-mas ... aku haus ...,” rengek Chole benar-benar lirih. Ia terbangun karena menahan sakit luar biasa, termasuk itu sakit di tenggorokannya dan membuatnya sangat butuh air minum.

“Merepotkan,” batin Helios malas sambil tetap fokus menatap layar laptopnya, memastikan setiap kejadian yang terekam di sana.

“Aku demam ...,” rengek Chole lagi, makin membuat Helios muak.

“Tadi Mas bantingg aku. Mas KDRT aku ....”

Tak mau mendengar ocehan Chole lagi, Helios terpaksa bangun. Ia menghampiri Chole hingga ia melewatkan video yang tengah diputar. Padahal, layar laptop Helios tengah memutar kejadian ketika pak Mul menaiki anak tangga kemudian menggodda Chole melalui tatapan sekaligus lidah.