Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Setelah menyiapkan semua makanan di atas meja makan. Lingga juga menyiapak ebeberapa piring untuk anggota keluarganya yang entah ada berapa di rumah itu, Lingga tidak tahu.
"Duduk Lingga. Kita makan bersama sekarang. Pelayan siapkan air minum dan lainnya, Oma mau cicipin masakan cucu menantu Oma yang harumnya sejak tadi menggoda lidah Oma," ucap Oma Anna bergairah.
Oma Anna langsung memebuka piringnya dan langsung mengambil lapis daging sapinya beberap potong dan di nikmati tanpa nasi putih sepert biasa. Oma Anna mau coba lapis daging sapinya terlebih dahulu baru mencicipi menu lainnya yang juga hasil racikan tangan Lingga. Satu suapan berisi potongan daging yang cukup besar akan memenuhi mulutnya.
Lidahnya mulai menggoyang dan menggigit daging tersebut dan mengunyah lembut daging sapi yang super duper empuk. Bumbunya benar -benar menyerap hingga ke urat daging sapi.
Lingga menatap Oma Anna yang nampak suka dengan masakannya hingga tak memberi komentar apapun hingga beberapa potong yang di ambil Oma Anna habis tak bersisa di piring makannya.
"Enak gak Oma? Apa ada yang kurang? Bilang aja Oma," tanay Lingga yang sedikit was -was. Takut kalau Oma Anna tidak suka dengan masakannya.
Oma Anna mengambil tisu kering di meja dan mengelap sisa bumbu makanan yang menempel di bagian bawah bibirnya. Oma menatap Lingga dengan lekat.
"Masakan kamu enak sekali Lingga. Oma suka. Mulai sekarang, selama Oma di rumah ini, Oma hanya mau makan masakan kamu, Lingga. Diko kamu harus coba masakan Lingga, enak sekali. kamu pasti ketagihan. Kamu belum pernah coba masakan Lingga selama kalian pacaran kan?" tanya Oma Anna pada Hendiko.
"Belum Oma. Kita jarang bersama," ucap Hendiko memebela diri.
"Jelas jarang bersama lah. Kamu dimana, dia dimana? Kamu siapa. dia siapa? Kamu ini aneh banget ngelesnya," tuduh Oma Anna yang selalu benar. Janagn salah, Oma Anna selalu tahu apa yang terjadi pada cucunya, hingga berita perginya Anggie meninggalkan Hendiko tepat di hari pernikahan Hendiko pun, Oma Anna sebenarnya juga tahu. Oma Anna hanya tidak tahu siapa gadis yang bernama Lingga.
"Oma suka gitu deh," cicit Hendiko pasrah. Semua ucapan Oma Anna benar jadi tidak ada yang bisa di bantah oleh Hendiko.
Hendiko mengambil nasi putih, lapis daging sapi, dengan sop telur puyuh dan perkedel udah di dalam piringnya. Semua Diko makan dnegan lahap dan menambah lagi hingga dua kali tapi tidak ada komentar apapun dari Diko hingga ia menyelesaikan makannya.
Oma Anna dan Lingga menatap Hendiko yang cuek dan tak ada komentar sama sekali.
"Kalau gak ada kometar itu tandanya enak, Lingga. Kalau gak habis, itu tandanya gak berselera," ucap Oma Anna tiba -tiba menyindir Hendiko yang makan dengan piring bersih kembali. Tak ada satu pun nasi yang tersisa di sana.
"Enak kan Mas Diko," tanya Lingga ragu.
"Hu um ...." jawab Diko dengan pelan dan nampak malu -malu.
"Besok mau request masa apa lagi, Oma?" tanya Lingga pelan.
"Atau Mas mau request?" tanya Lingga penuh semangat.
Hendiko hanya diam tak menjawab.
"Oma, Diko berangkatke kantor dulu ya," ucap Hendiko pelan.
Lingga hanya tersenyum saat hendiko menatapnya tanpa berpamitan padanya. Hendiko berdiri dan berjalan begitu saja.
"Mas Diko," panggil Lingga sambil berdiri dan menghampiri Diko yang berbalik menoleh ke arah lingga.
"Ini dasinya miring, makenya gak bener," ucap Lingga pelan sambil merapikan dasi panjang yang di pakai Hendiko, suaminya. Tangan Lingga begitu lincah memakaikan dasi itu di leher Hendiko hingga terpasang lebih rapi dan pas.
Hendiko menatap Lingga dengan tatapan aneh dan bingung. Memuji kecantikan luar biasa gadis yang ada di depannya, belum lagi memiliki talenta tersembunyi yang tidak di miliki oleh banyak wanita.
"Udah selesai Mas. Tuh kan, rapi, gak terlihat miring," ucap Lingga dengan tulus.
Lingga mengangkat wajahnya dan tersenyum manis pada Hendiko.
"Makasih ya," jawab Diko dengan suara datar.
"Iya sama -sama," jawab Lingga santai. Lingga menarik tangan Hendiko dan menyalami dan mengecup punggung tangang Hendiko dengan sikap hormat.
Hendiko hanya melongo saat Lingga melepas tangannya dan tersenyum lebar ke arah Hendiko.
Hendiko langsung pergi begitu saja dan Lingga kembali ke kursi makannya.
"Ayo Oma kita makan lagi. Mas Diko sudah makan, kita belum makan," ucap Lingga pada Oma Anna.
"Ayok. Sekalian ngobrol ya," jawab Oma Anna dengan nada memohon.
Oma Anna dan Lingga makan pagi bersam di meja makan sambil bercerita satu sama lain. Rahasia besar Lingga tidak mungkin di buka. walaupun Lingga tahu, kalau Oma Anna sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Lingga dan Hendiko.
"Kalian kan sudah suami istri? Kok gak ada cium pipi atau kening atau bibir. Dulu Opa itu romantis banget, sellau cium semua wajah Oma sampai habis wajah Oma di uyel -uyel sama Opanya Hendiko. Opa Hendiko itu, orangnya baik banget, peka, perhatian dan gak neko -neko, mengerti keinginan istri," ucap Oma Anna bercerita masa lalunya.
"Wah ... Opa berarti suami siaga dong Oma?" ucap Lingga nampak bersemangat mendengarkan cerita Oma Anna.
"Ya, Siaga sekali. Opa paling tidak suka melihat Oma menangis," ucap Oma bangga menceritakan tentang Opa, almarhum suaminya.
"Wah ... Oma itu wanita yang sangat beruntung. Hebat bisa dapetin Opa yang super duper baik banget begitu," ucap Oma Anna pelan.
"Iya dong. Oma gitu loh," ucap Oma dengan sombongnya. Oma langsung tertawa lebar merutuki kesombongannya sendiri.
"Lingga gak ada acara?" tanya Oma Anna kemudian.
"Gak ada Oma. Kenapa?" tanya Lingga kemudian.
"Kita pergi yuk. Beli smeua keperluan kamu, mulai besok kammu harus ikut Oma. Ada beberapa arisan yang harus kamu ikuti sebagai istri pemilik beberapa bisnis besar harus terlihat memukau," ucap Oma Anna menasehati.
"Ekhemm ... Lingga gak suak seperti itu Oma. Lingga lebih suka memasak, bikin resep baru," ucap Lingga dengan antusias.
"Oke. Beneran gak mau ikut arisan sosialita?" tanya Oma Anna mengulang kembali pertanyaan yang sama.
"Bener Oma. Arisan begitu gak ada faedahnya, cuam buang -buang uang dan gak ada kegiatan positif malah yang ada saling pamer, saling sombong, saling menjatuhkan, saling ghibah," ucap Lingga pelan menjelaskan.
"Betul juga sih. Tapi, kita ambil posistifnya," ucap Oma Anna.
"Apa itu?" tanya Lingga pada Oma Anna.
"Ya, pengalaman mereka, cara belajar mereka, cara pandang mereka, dan gaya mereka yang borjuis, setidaknya kalau ada hal baru, kita lebih dulu tahu di bandingkan orang lain," ucap Oma Anna menjelaskan.
"Iya juga sih. tapi, Lingga tetep gak mau," ucap Lingga memutuskan.