Mendadak Nikah
Pagi ini, baru saja Lingga Prameswari yang biasa di panggil Lingga keluar dari persembunyiannya yang tidur di teras rumah orang menuju Mansjid untuk menumpang mandi dan beribadah sholat shubuh di sana.
Baru saja, kakinya melangkah turun ke jalan untuk mencari sebuah pekerjaan baru untuk membiayai hidup sehari -harinya. Lingga sudah lama meninggalkan rumahnya, dan di biarkan kosong begitusaja, saat Ibunya meninggal dan hidupnya di kejar -kejar oleh penagih renternir yang selama ini membantunya untuk mengobati Ibunya. Lingga tidak pernah pikir panjang saat meminjam, pikirannya saat itu hanyalah ingin ibunya sembuh. Rumah petak yang kecil dan sederhana itu adalah peninggalan dari almarhum Ayahnya yang sudah tiada sejak Lingga kecil.
"Itu dia bocah tengilnya!!" teriak seorang lelaki berbadan tambun langsung mengejar Lingga. Untung saja, Lingga tersadar dengan ucapan penagih hutangtersebut dan berlari dengan kencang.
Lingga terus berlari tanpa tahu tujuan arahnya, yang terpenting ia kini selamat dari kejaran para penagih hutang yang terus memburunya kemana pun ia berada. Hidupnya seolah sudah mati, tak ada lagi harapan untuk berusaha jika aktivitasnya mulai tak nyaman dengan kedatangan para penagih hutang yang berwajah garang dan seram itu.
"Woyy ... Berhenti atau kalau ku tangkap kamu ku jadikan lemper di kasur!!" teriak seorang penagih dengan suara khas logat sukunya yang bernada tinggi dan keras serta lantang.
Lingga tak menjawab, pandangannya terus ke depan berpikir arah mana yang ingin ia lewati. tubuhnya sudah lemas karena lapar dan haus.
"Kenapa nasib gue gini amat yak? Baru lulus SMA, sudah berurusan sama renternir," ucap Lingga pada dirinya sendiri sambil menarik napas dalam untuk menambah kekuatan pada tubuhnya untuk terus berlari.
Langkah cepat Lingga terus menapaki jalanan aspal hitam menuju satu gedung yang nampak ramai di halaman parkirnya. Banyak mobil dan motor yang terparkir di sana. Mungkin saja sedang ada acara dan Lingga bisa menyelinap masuk ke dalam salah satu ruangan disana, setidaknya dia bisa duduk dan mengatur napasnya sambil beristirahat sejenak. Capek juga, lari -larian seperti ini kayak Tom and Jerry.
Lingga langsung masuk di antara keramaian orang yang sedang memasang karangan bunga dan membawa katering masuk ke dalam gedung. Sepertinya akan ada pesta pernikahan, mungkin ini waktu yang tepat bagi Lingga mencari cara untuk bisa istirahat dan makan gratis agar tubuhnya lebh bertenaga. Apa ikut bantu -bantu saja, ya? Batin Lingga pada dirinya sendiri sambil memasuki area gedung itu dan berbelok pada koridor yang penuh dengan pintu kamar.
Dengan cap cip cup, Lingga memilih satu pintu kamar dengan asal. Tanpa melihat ke depan, Lingga masuk dengan posisi membelakangi lalu menutup pintu dengan rapat. Beberapa orang besar penagih hutang itu masih mengejar Lingga dan berani ikut memasuki gedung tersebut dan mereka kehilangan jejak Lingga. Lingga terduduk di lantai dan menarik napas lega melihat beberapa orang besar itu telah berlari dan sempat berbicara keras di depan pintunya.
"Kemana gadis tengil itu!! Cepat sekali larinya!! Pasti ia masuk di salah satu kamar ini, tapi yang mana?" ucap salah satu lelaki dengan anting panjang di telinga sebelah.
"Huftt ... Hilang lagi. Kita tunggu di depan saja, kita sebar semua anggota kita untuk mencari gadis tengil itu. Dia pasti keluar dari gedung ini, cepat atau lambat, ayo keluar," ucap satu teman berbadan hitam legam dengan cepat. Lalu mereka semua keluar dari gedung tersebut untu menunggu Lingga keluar juga dari gedung tersebut.
Lingga menunduk dan berulang kali menghembuskan napasnya dengan lega.
"Siapa kamu!! Masuk kamar orang tanpa ketuk pintu!! Kamu mau mencuri? Atau memang pencuri? Sampai banyak orang tadi mengejar kamu!!" tanya lelaki yang sudah berdiri di depan Lingga denagn nada kasar dan suaranya keras.
Lingga mengangkat wajahnya dengan cepat karena terkejut. Wajahnya memerah malu dan takut.
"Ma -maaf tuan kalau saya lancang. Saya cuma ikut bersembunyi," ucap Lingga terbata lirih.
Lingga memang merasa bersalah dan ia mengakui kesalahannya itu.
Lelaki itu menatap Lingga dengan lekat dan tajam. Ide brilliannya mulai muncul di saat yang tepat. Setelah satu jam ini, ia panik bukan main karena Anggie, kekasihnya telah kabur dan membatalkan pernikahan ini sepihak dengan alasan tak cinta.
"Kamu pikir masalah mudah selesai dengan hanya minta maaf? Gak seperti itu!! Kamu pasti sedang di kejar oleh para preman tadi? Iya kan? Kamu pasti pencuri!!" ucap Hendiko denagn suara lantang.
"Ekhemmm ... Bukan tuan. Saya bukan pencuri, saya memang bersembunyi dari pengejaran preman tersebut karena saya punya hutang yang sanagt banyak pada mereka untuk membiayai Ibu yang sakit, tapi Ibu akhirnya meninggal juga, karena tidak tertolong," ucap Lingga lirih. Rasanya sedih sekali harus membicarkana soal ibunya yang telah meninggal dunia. Lingga mengusap wajahnya dengan kasar. Keringat dingin keluar dari keningnya. Lingga takut sekali, entah bagaimana hidupnya nanti kalau sampai preman itu mendapatkan dirinya.
Hendiko menatap Lingga yang terlihat bicara jujur dan tidak berbohong. Sorot mata gadis itu terlihat sedang sedih dan sendu.
Tok ... Tok ... Tok ....
Kamar Hendiko di ketuk pelan dari arah luar. Hendiko dan Lingga saling berpandangan. Hendiko langsung menatap waktu pada jam tangannya, uhh ... Tidak ada waktu lagi, bisa rusak acaranya pagi ini. Ini sudah pukul delapan pagi. Tidak mungkin rencana pernikahan yang sudah di atur sedemikian rupa di batalkan begitu saja. Apa kata koleganya nanti? Terlebih rivalnya yang bakal sorak sorai melihat Hendiko gagal menikah. Itu tak mungkin bisa di biarkan.
"Kamu!! Siapa nama kamu!!" tanya Hendiko tegas.
"Sa -saya? Lingga tuan," ucap Lingga pelan.
Lingga takut sekali. Hendiko ini orang kaya, bisa sja dia melakukan apapin yang ia suka terhadap dirinya nanti.
"Kamu butuh uang?" tanya Hendiko denagn cepat.
Lingga menatap bingung dan takjub kepada Hendiko yang terus mentapa dua bola matanay yang indah dengan sangat tajam. Lingga menganggukkan kepalanya cepat, tidak mungkin ia sia -siakan kesempatan ini. Mungkin saja, lelaki ini bersedia memberikan Lingga pekerjaan yang layak untuknya baik di rumahnya atau di kantornya.
"Butuh tuan. Kalau tuan mau kasih saya pekerjaan saya akan sangat berterima kasih sekali," ucap Lingga dengan wajah penuh harap namun terlihat masih cemas.
"Oke. Saya ada pekerjaan baik untuk kamu. Sekarang tulis nama kamu di buku itu dan nama kedua orang tua kamu, cepat. Saya mau buka pintunya," ucap Hendiko tegas. Namun wajahnya mulai bisa di ajak berdamai dan tidak terlihat garang seperti tadi.
Hendiko Sastrawan, Seorang CEO muda yang sangat kaya dan sukses. Perjalanan karirnya di dunia bisnis sudah tidak di ragukan lagi. Beberapa proyek besar sedang ia tangani, makanya banyak sekali rivalnya yang ingin menjatuhkan Hendiko dengan berbagai cara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Cogan dan sukses tetap aja calonnya kabur gitu,
2024-05-08
1
Qaisaa Nazarudin
Lah ku pikir Lingga itu cowok..
2024-05-08
0
Qaisaa Nazarudin
Kasian banget Lingga, baru juga umur 18 tahun udah di kejar2 rantenir..
2024-05-08
0