Tak sengaja menolong gadis dari tindakan pelecehan, membuat Benedict merasakan debaran tak biasa.
Diusianya hampir tiga puluh tahun, belum pernah merasakan namanya jatuh cinta yang sesungguhnya membuat logikanya tumpul seketika.
Hasrat ingin memiliki semakin besar setiap harinya, namun jabatannya sebagai CEO di negeri nan jauh, membuatnya dilema, apakah harus mengorbankan karirnya atau mengejar gadis pujaannya.
Manakah yang akan dipilih oleh seorang Benedict Johnson Wright?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam
Setelah kejadian itu Ayudia dan Benedict semakin dekat, lelaki itu bahkan mengantar dan menjemput saat kerja.
Suatu hari saat keduanya makan malam setelah Ayudia pulang bekerja, "Mas Ben, boleh ayu bertanya?"
Benedict yang sedang memakan ketoprak menghentikan suapannya, "tanya aja Ay,"
"Em, mas Ben kok antar jemput Ayu terus emang nggak sibuk ya?"tanyanya heran.
"Sibuk sih enggak juga, biasa aja?"
"Kayaknya selama aku kenal mas Ben, aku belum tau kerjaannya apaan, nggak apa-apa kan aku tanya gitu?"
"Wajar sih kamu nanya gitu, kamu pasti mengira saya pengangguran ya?"
"Nggak gitu kok maksud Ayu, cuman heran aja, kok mas Ben bisa gitu ada waktu, mau pagi buta, siang, atau malam sekalipun, kamu selalu antar jemput aku, nggak cape emang,"
"Kalau buat kamu nggak cape lah, aku seneng banget malah,"
"Kok seneng sih mas? Aneh kamu, terus mas Ben juga selalu ada di ruangannya mas Rama, emang kamu lagi ada kerja bareng mas Rama ya?"
"Ada sedikit kerjaan bareng Rama, oh ya kayaknya lusa aku harus udah balik kerja,"
"Emang kamu kerja dimana?"
"Kerjaku jauh Ay, mungkin sekitar satu bulan atau dua bulan kita baru bisa ketemu lagi, makanya mumpung aku disini, aku ingin selalu bareng sama kamu,"
"Oh gitu ya mas, kamu kerja di kapal ya mas? Suaminya tetangga aku, kayak mas gini, pulangnya beberapa bulan sekali, dan banyak banget duitnya,"
"Aku nggak kerja di kapal kok tenang aja, kerjaku di darat, jadi kamu nggak usah khawatir kalau aku mati tenggelam di laut,"
"Kok jadi ngomongin mati sih,"
"Ya kali aja kamu takut kehilangan aku,"
"Ih mas Ben pede banget,"
"Pokoknya pesan aku, selama aku nggak ada disamping kamu, jaga diri kamu baik-baik, kalau pulang malam, minta Rama antar aja, khusus Rama ya, kalau nggak naik ojol aja, jangan sama barista itu," ucap Benedict sedikit ada rasa kesal terselip saat pernah suatu hari Ayudia diantar pulang oleh Dino salah satu barista di cafe.
"Dino kan rekan kerja aku, lagian dia kan rumahnya searah, jadi nggak masalah aku nebeng dia, kan ngirit ongkos,"
"Tapi dia suka sama kamu loh Ay,"
"Ya kalau suka biarin aja sih mas, toh aku anggap dia sebatas teman, lagian kenapa mas Ben larang aku buat Deket sama Dino, toh sama-sama kami jomblo, nggak masalah dong,"
Mendengar hal itu Benedict menjadi kesal sendiri, ia memilih menghabiskan makanannya, malas berkomentar, sepertinya gadis itu tidak peka dengan maksud perlakuan dirinya selama ini.
Selesai makan dan membayar, Benedict mengajak Ayu untuk menaiki motor lagi, namun gadis itu heran mengapa motor melaju bukan ke arah rumahnya, ia menepuk bahu lelaki didepannya, tak ada tanggapan apapun, ayu hanya bisa pasrah saja.
Motor berhenti disebuah parkiran bawah apartemen, "kok aku dibawa kesini sih mas?"Tanya Ayudia yang baru saja melepaskan helmnya.
Benedict membuka helm, dan tersenyum, "ikut aja Ay" ucapnya menggandeng tangan gadis itu.
Ayudia dibawa menaiki lift entah lantai berapa, gadis itu terus menunduk.
Lift terbuka dan Benedict merangkul bahu gadis itu, menuju salah satu unit di lantai apartemen itu.
"Hey... Kenapa kamu nunduk terus?" Tanya Benedict ketika keduanya ada di depan pintu unit apartemen.
Ayudia mendongak menatap lelaki tampan nan tinggi di hadapannya, ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu berwarna hitam di sampingnya, ia menatap kembali lelaki yang tengah kebingungan dengan tingkahnya, "Ayu nggak apa-apa mas, cuman bingung, kenapa kamu nggak antar aku pulang, malah bawa aku kesini?"
Benedict menghela nafas lega, ia takut gadis dihadapannya marah padanya, "masuk yuk, password nya tanggal pertama kita ketemu, kamu ingat kan?" Ujarnya sambil memasukan kombinasi password unit apartemen itu.
Pintu terbuka, Benedict memencet saklar lampu yang tak jauh dari pintu masuk, apartemen yang lumayan luas menurut ayu, lebih luas dari rumahnya yang hanya berukuran 4mx 8m itu.
Benedict memberikan sandal rumah yang tertulis huruf A di bagian atasnya berwarna biru muda kepada gadis itu, sedangkan untuk dirinya ia memakai sandal rumah yang tertulis huruf B berwarna biru tua.
Ayudia sempat heran, kenapa seperti sandal buat couple, namun ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Benedict mengajak Ayudia untuk room tour sejenak, tak jauh dari pintu masuk berseberangan dengan lemari kecil untuk menyimpan sandal dan sepatu disampingnya terdapat kamar mandi, lumayan besar dibanding kamar mandi di rumahnya yang hanya terdapat closet duduk dan ember besar untuk menampung air,
Di kamar mandi itu, ada wastafel dengan lemari penyimpanan dibawahnya, berisi handuk dan stock untuk sabun, sampo dan keperluan kamar mandi lainya, ada bath up, ruang kaca yang ada shower serta kloset duduk.
Keluar dari kamar mandi di sampingnya ada kitchen set lebih besar dibanding dapur di rumahnya yang sederhana.
Di depan dapur ada satu sofa panjang dan satu sofa singel, ada televisi cukup besar yang menempel di dinding yang berhadapan dengan sofa, di belakang sofa singel ada kaca besar berwarna hitam menjulang sampai hampir menyentuh langit-langit apartemen.
Benedict mengambil salah satu remote yang ada di meja sofa, ia memencetnya dan terlihat pemandangan kota dibalik kaca hitam yang seketika menjadi bening, sebagai orang biasa tentu Ayudia terheran-heran namun berusaha untuk bersikap biasa saja.
Setelah lelaki itu mengembalikan kembali kaca itu menjadi gelap, ia mengajaknya menaiki tangga yang terletak di belakang sofa panjang.
Di atas ada ranjang ukuran king size dengan sprei dan selimut berwarna hitam, disampingnya ada lemari dengan pintu geser dan satu set meja belajar, lantai atas terbuka hanya di batasi dinding mungkin setengah meter.
"Nah Ayu, karena besok sore saya harus kembali bekerja, saya minta kamu menginap disini, saya ingin sama kamu, untuk malam ini saja," ujarnya membuka pintu lemari dan mengambil satu set pakaian tidur untuk wanita bergambar kartun kucing dari negara sakura berikut **********,
"Ini punya pacar mas ya? Kayaknya masih baru," ucapnya heran.
"Ini punya kamu, udah sana kamu mandi dulu di bawah, handuk sama sikat gigi kamu bisa ambil di bawah meja wastafel,"
"Tapi ini serius aku di suruh nginep di sini, terus adik-adik aku gimana?"
"Please Ay, cuman semalam aja,"
Ayudia hanya pasrah menurutinya, melihat gadis itu menuruni tangga, Benedict segera membuka ponsel Ayudia yang ada di Sling bag milik gadis itu, ia tau ini tidak sopan namun ia terpaksa membukanya, ia mengotak-atik ponsel itu sejenak, dan tak lupa ia juga membuka ponsel miliknya.
bennnn