Ayudia (Penakluk Hati CEO)
Seorang gadis mengetuk pintu ruangan milik owner tempatnya bekerja,
Tok .. tok..
Ada sahutan dari dalam untuk mengizinkannya masuk,
"Permisi, mas Rama, ayu mau antar pesanannya," Ucap gadis yang menggunakan kemeja pendek dan celana hitam serta tak lupa Appron dengan warna senada.
"Eh yu, tolong taruh di meja situ aja," ujar Rama menunjuk meja di depan sofa, "Ben, makan siang dulu yuk, belum makan siang kan Lo?" Lanjutnya bangkit dari kursinya menuju sofa yang ada di ruang kerjanya.
"Loh mas Ben kan ya?" Ucap Ayudia setelah meletakan dua bungkus nasi Padang beserta air mineral dalam botol.
Laki-laki yang menggunakan Hoodie dan celana hitam itu langsung melihat gadis yang memanggil namanya,
"Mas Ben lupa ya? Saya Ayu, yang mas Ben tolongin seminggu lalu di Kalimalang," ujarnya menjelaskan.
Benedict sejenak berfikir, "oh ya, saya ingat,jadi kamu kerja di sini?" Tanyanya
"Iya mas, mas Ben temennya mas Rama ya?" Tanya Ayudia.
"Jadi kalian saling kenal?" Tanya Rama menyela.
"Iya mas Rama, seminggu yang lalu Ayu sempat ijin dua hari kan? Terus Ayu udah ceritain sama mas Rama kejadian seminggu yang lalu, nah mas Ben ini yang nolongin Ayu," ucap Ayudia menjelaskan kejadian seminggu yang lalu saat dia pulang dari Bekasi mengunjungi budenya.
"Kebetulan Rama itu teman SMA saya, ini saya lagi iseng main gangguin Rama,"ucap Benedict sambil tertawa.
"Oh, ya udah silahkan dinikmati makan siangnya, Ayu undur diri dulu ya!" Ucapnya berlalu dari ruangan itu.
Sepeninggal Ayudia, Rama yang mulai membuka bungkusan makanannya bertanya pada Benedict sahabatnya, "Ben, Lo kok nggak cerita kejadian yang menimpa salah satu karyawan gue,"
Benedict yang baru saja mencuci tangan menjelaskan, "mana gue tau kalau dia karyawan sini, lagian gue juga nggak sengaja lewat, Lo tau kan seminggu yang lalu gue abis dari cluster yang di Bekasi barat buat mantau progresnya, emang pas itu gue rapat sama mandornya Sampai malam, sekalian makan bareng juga, gue balik sekitar jam setengah sebelas, pas lewat di Deket Kalimalang, ada cewek teriak minta tolong dari dalam angkot, awalnya gue cuek, cuman karena itu cewek teriak-teriak terus, dan kebetulan jalanan juga lagi sepi, abis gerimis kan? Mau nggak mau gue hentiin tuh angkot, nggak taunya itu cewek hampir di perkosa, ya udah gue selamatin lah, gue kan ingat Ade Lo, si Rani,"
"Untung Lo dateng tepat waktu ya Ben, kasian kalau sampai Ayu jadi korban pemerkosaan, dia tuh tulang punggung keluarga," ujar Rama sambil menyantap makan siangnya.
"Emang dia udah berapa lama kerja disini?"
"Sekitar dua tahunan lah, dan selama itu dia termasuk karyawan yang Rajin, jarang buat masalah, biasanya dia spesialis sif siang kalo week day, soalnya dia kan mesti ngurusin adik kembarnya yang masih SD, gue salut sama dia, tipe cewek pekerja keras, kadang kalau ada event, dia ikutan kerja juga, buat tambahan katanya," ucap Rama menjelaskan.
"Emang orang tuanya kemana?" Tanya Benedict mulai penasaran,
"Katanya ibunya meninggal abis ngelahirin adik kembarnya, terus bapaknya meninggal karena kecelakaan kerja pas dia baru lulus SMA, sejak itu dia jadi tulang punggung keluarga buat menghidupi ketiga adiknya, kadang gue suka kasihan juga sama dia,"
Keduanya melanjutkan obrolannya sembari menghabiskan makan siangnya.
Jam kerja sif pagi selesai pukul dua siang namun untuk pengalihan pekerjaan dari sif pagi dan siang biasanya ada jeda waktu tiga puluh menit untuk mereka berdiskusi soal pekerjaan, sehingga sif pagi baru pulang jam setengah tiga.
Saat Ayudia baru saja menyelesaikan absennya di samping tangga, Benedict baru saja turun dari ruangan Rama, "mas Ben mau pulang?"sapa gadis yang sudah melapisi seragamnya dengan cardigan abu.
"Iya, ini baru selesai urusan sama Rama, Ayu mau pulang?" Ucap Benedict.
Keduanya berjalan beriringan menuju pintu keluar, sesampainya di parkiran, Ayudia angkat bicara, "Mas Ben, mau Ayu Traktir Bakso nggak, ya anggap aja sebagai ucapan terima kasih Ayu karena mas Ben udah nolongin Ayu tempo hari,"ajaknya malu-malu.
Benedict melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya,
"Tapi kalau mas Ben sibuk, lain kali aja deh," ucap Ayudia tak enak, sepertinya laki-laki tinggi itu sedang buru-buru.
"Sebenarnya kamu nggak perlu traktir saya makan, toh saya ikhlas nolong kamu kok, tapi kalau kamu mau ngajak saya makan, saya nggak masalah sih," ujar laki-laki tampan itu.
Ayudia mengajak Benedict berjalan menuju warung bakso kaki lima sekitar lima puluh meter dari cafe tempatnya bekerja.
Setelah sampai dan menyebutkan pesanannya, keduanya duduk di bangku kayu panjang yang disediakan penjual bakso.
"Terima kasih banyak ya mas, kalau mas Ben nggak tolongin Ayu saat itu, Ayu nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi," ucap Ayudia membuka obrolan.
"Kan sesama manusia wajib tolong menolong Ay, kalau boleh tanya kenapa kamu jam segitu ada di daerah sana? Bukankah itu angkot dari Bekasi," Tanya Benedict.
Obrolan mereka terhenti ketika Abang bakso menyajikan pesanan mereka, "Ayu dari rumah bude, kebetulan ada perlu, sebenarnya bude suruh Ayu nginep, tapi karena besoknya adik-adik harus sekolah,mau nggak mau, Ayu harus pulang," ujarnya sambil meracik baksonya.
Keduanya mulai makan bakso tanpa ada pembicaraan, hingga mereka menghabiskan bakso yang ada di mangkok mereka masing-masing.
"Kamu laper banget ya? Emang tadi nggak makan siang?" Tanya Benedict heran melihat perempuan itu lahap sekali makannya, biasanya perempuan suka malu-malu jika makan bersama laki-laki.
"Kok tau mas? Ayu tadi belum sempat makan emang,"jawabnya tertawa.
"Emang tadi sibuk banget ya?"
"Nggak terlalu sih, cuman males aja,"
"Lagi diet kah?"
"Nggak mas, lagi males aja, mas Ben mau nambah nggak?" Tanyanya sambil berdiri,
"Nggak, saya udah kenyang, kan. Tadi makan siang nasi Padang bareng Rama,"
Saat Ayudia akan membayar, Benedict mencegahnya, "biar saya yang bayar Ay," ujarnya mencegah gadis yang akan mengambil dompet di tasnya.
"Kan Ayu yang ngajak dan sedikit rasa terima kasih sama mas Ben karena udah nolongin Ayu,"
"Pantang bagi saya di bayarin makan sama perempuan,"
"Tapi kan Ayu memang sengaja traktir,"
"Lain kali aja kamu boleh traktir saya,"
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Ayu menyetujuinya.
Keduanya berjalan menuju cafe, "kamu pulang naik apa?" Tanya Benedict.
"Naik angkot mas,"jawab Ayudia sambil mencari keberadaan angkot yang biasa melintas di jalanan sekitar cafe.
"Saya antar ya!"Benedict menawarkan hal langka yang jarang ia lakukan, entah mengapa dirinya pun bingung dengan ucapannya.
"Duh mas Ben, Ayu nggak mau ngerepotin, udah dibayarin makan eh sekarang dianterin pula, kan jadi enak,"Ujarnya sambil tertawa.
"Ya udah yuk," ucap Benedict ketika mereka sudah sampai di parkiran cafe dimana motor sport miliknya terparkir di sana,
"Tapi mas, helmnya kan cuman satu, jam segini biasanya sering ada razia loh, nggak apa emang?" Ujar Ayudia saat Benedict sudah menaiki motornya dan memakai helm full face nya,
Benedict menaikan kaca helmnya, "entar didepan ada toko helm kok, belilah,"ucapnya.
Ayudia menjadi ragu untuk membonceng, karena uangnya tak mungkin cukup untuk membeli helm di toko, karena beberapa hari yang lalu ia menemani salah satu barista cafe untuk membeli helm yang harganya bisa untuk makan dia dan adik-adiknya selama satu Minggu, "mas, Ayu naik angkot aja ya!"
Benedict menghela nafas di balik helmnya, ia memegang tangan Ayudia, untuk mengarahkannya agar gadis itu menaiki motornya, mau tak mau, gadis itu hanya pasrah mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
solehatin binti rail
lanjuttttt💪
2024-11-16
0