Rumus Cinta Pak Guru

"Kamu kenapa diam aja dari tadi? Lagi ada masalah?" tanya Arsyad yang seharian itu melihat Fara hanya diam dan murung tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan penuh tawa.

Fara menggelengkan kepalanya pelan.

Satu tangan Arsyad kini menggenggam tangan Fara. "Kamu cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu. Kalau memang gak bisa ya setidaknya beban pikiran kamu bisa berkurang."

Fara terdiam beberapa saat.

Saat itu semua temannya baru saja pulang, kini tinggal Fara dan Arsyad yang duduk berdua di dalam kelas.

"Ayah aku selalu mengatur hidup aku. Aku gak boleh kuliah di luar negeri, padahal aku pengen banget bisa masuk Oxford. Kamu tahu kan, ini cita-cita kita dari dulu." cerita Fara.

Arsyad menganggukkan kepalanya. Ya, dia tahu cita-cita Fara itu memang sama seperti dirinya. Dia juga ingin mengambil fakultas kedokteran di luar negeri.

"Mungkin Ayah kamu khawatir sama kamu. Kan kamu anak cewek satu-satunya." kata Arsyad.

"Iya sih." Fara kini beralih menatap Arsyad. "Tapi gak sampai seprotektif ini. Aku bisa jaga diri dan satu hal lagi..." Fara menghentikan perkataannya.

"Apa?" tanya Arsyad karena tiba-tiba Fara berhenti bercerita.

Fara masih berpikir, haruskah dia jujur tentang perjodohan itu. Fara masih saja terdiam.

Sedangkan Arsyad tidak memaksanya untuk bercerita. Dia hanya memberi usapan lembut di tangan Fara.

"Ayah mau menjodohkanku." kata Fara dengan cepat.

Seketika Arsyad menatap Fara dengan serius. "Dijodohkan?"

Fara menganggukkan kepalanya. "Meskipun Ayah belum bilang secara resmi sama aku, tapi aku kemarin dengar percakapan Ayah tentang perjodohan itu. Aku gak mau."

"Aku juga gak mau kehilangan kamu. Kita udah janji kan setelah lulus kuliah kita akan menikah." Arsyad semakin mengeratkan genggaman tangannya.

Fara menganggukkan kepalanya pelan. "Bagaimanapun caranya aku akan menolak perjodohan itu." kemudian dia sandarkan kepalanya di bahu Arsyad.

"Iya, semoga kita memang berjodoh. Meskipun aku tahu perjalanan kita masih panjang. Semua hal bisa saja terjadi. Bisa saja hubungan kita kandas di tengah jalan juga." kata Arsyad. Dia memang memiliki pola pikir yang dewasa. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Dia tidak mau terlalu mengekang hubungan itu.

"Tapi aku mau berjodoh sama kamu."

Mendengar hal itu seketika Asryad tertawa. Dia mencubit hidung Fara saking gemasnya. "Jangan bucin-bucin."

Fara menegakkan dirinya. "Emang kamu gak bucin?"

"Iya, lebih tepatnya butuh cinta dari kamu."

Fara tersenyum dengan pipi yang merona. Mata yang menyipit itu kini melebar saat merasakan bibir dingin Arsyad tiba-tiba menempel di bibirnya.

Mereka sama-sama ragu untuk memulai, sebelum akhirnya Fara memejamkan matanya dan merasakan sapuan lembut dari Arsyad. Benar-benar terasa mendebarkan. Mereka kini hanyut dalam pusara cinta yang dalam.

"Kalian!"

Suara keras itu membuat mereka melepas pagutannya dan saling menjauh.

"Apa yang kalian lakukan di sini! Ini di area sekolah, tidak boleh berpacaran! Tidak boleh bermesraan!" bentak Pak Aslan. Dia sengaja kembali ke kelas untuk mengambil bukunya yang tertinggal. Tak disangka dia justru memergoki Arsyad yang sedang berciuman dengan Fara.

Fara hanya menundukkan pandangannya. Ini baru pertama kali dia lakukan, kenapa langsung ketahuan.

"Kalian berdua ikut saya ke ruang BK!" perintah Pak Aslan.

"Tapi kan sekarang sudah jam pulang, Pak." kata Arsyad. Dia cukup kesal juga dengan Pak Aslan.

"Jangan dikira sudah pulang sekolah terus kalian berdua bebas bemesraan di kelas!" Pak Aslan semakin emosi. "Ikut sekarang ke ruang BK!"

Mau tidak mau Arsyad dan Fara mengikuti Pak Aslan ke ruang BK. Rasanya Fara semakin kesal dengan Pak Aslan. Sudah beberapa kali Pak Aslan membentak dengan kasar dan memberinya hukuman. Meski kali ini terjadi karena kesalahannya sendiri.

Setelah sampai di ruang BK, Fara dan Arsyad duduk bersebelahan lagi.

Pak Eko yang sudah mengemasi barangnya seketika urung untuk pulang.

"Pak, buatkan surat panggilan untuk orang tua mereka." suruh Pak Aslan pada Pak Eko.

"Kenapa mereka?"

"Mereka berduaan di kelas, sampai bersentuhan fisik!"

Arsyad dan Fara saling tatap. Mereka jelas takut, selama ini mereka tidak pernah mendapat kasus seperti ini.

"Pak, jangan dipanggil orang tua kita. Beri hukuman yang lain saja." kata Fara berusaha menawar Pak Aslan.

"Tidak bisa! Kalian berdua sudah saya beri peringatan satu kali, untuk yang kedua tidak ada toleransi lagi!"

"Ar, gimana ini? Ayah pasti marah." bisik Fara pada Arsyad. Sudah dia pastikan Ayahnya pasti akan memarahinya. Entah hukuman apa yang akan dia dapatkan dari Ayahnya.

"Ya mau gimana lagi. Papa aku pasti juga akan marah." kata Arsyad. Rasa yang indah itu seketika hilang, berganti dengan rasa menyesal.

Mereka berdua hanya pasrah menerima surat panggilan itu.

"Kalau besok kalian tidak datang bersama orang tua kalian, kalian tidak boleh masuk sekolah." tegas Pak Aslan.

Arsyad dan Fara hanya mengangguk pelan. Kemudian mereka keluar dari ruang BK menuju tempat parkir.

Fara masih saja menekuk wajahnya.

"Maaf ya. Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah." kata Arsyad sambil memakaikan helm di kepala Fara.

Fara menggelengkan kepalanya. "Ini bukan salah kamu."

Arsyad menghela napas panjang sambil tersenyum. "My first kiss." katanya sambil menyentuh bibir Fara dengan jari telunjuknya agar Fara tersenyum.

Pipi Fara merona lagi. Dadanya kembali berdebar mengingat ciuman pertamanya.

"Next, gak akan aku lakuin lagi di sekolah," goda Arsyad yang langsung mendapat satu cubitan dari Fara.

"Udah yuk pulang. Semoga aja aku gak dimarahi sama Ayah," kata Fara sambil naik ke boncengan Arsyad.

Setelah itu mereka segera meninggalkan tempat parkir sekolah.

Di dekat tempat parkir, terlihat Pak Aslan sedang melipat kedua tangannya sambil melihat mereka berdua.

"Mereka gak ada kapoknya sama sekali." Pak Aslan menghela napas panjang lalu dia berjalan menuju mobilnya.

"Gimana mau sukses kalau tingkah lakunya kayak gini," gumam Pak Aslan sambil masuk ke dalam mobilnya. "Capek banget rasanya." Dia sandarkan punggungnya di jok mobil sesaat.

Kalau kamu mau menerima perjodohan ini, kamu boleh berhenti jadi guru.

Aslan mengingat lagi perkataan Mamanya.

"Haruskah aku menerima perjodohan itu?" Aslan berdecak. "Aku juga penasaran seperti apa cewek yang dijodohkan sama aku itu?"

💞💞💞

.

Anak didik author nakal-nakal ya.. 🙄

Si Arsyad niru siapa ya itu? 🤔

Jangan lupa like dan komen...