Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Menjijikan Vania
Setelah insident tamparan pagi tadi sebagai penyambut pulang ke rumah dan serentet perkataan-perkataan pujian yang dia terima dari sang suami dan mertuanya ternyata tidak selesai sampai di sana.
Saat ini Vania sedang menyetrika pakaian dan tentu saja Nyonya Yuli yang menyuruhnya mengerjakan itu, setelah itu bahkan gadis utu harus mengepel rumahbdan mencuci piring.
Tapi untungnya Nyonya Yuli dan seluruh penghuni rumah pergi setelah sarapan. Hingga Bi Lala nekat membantu Nona Majikannya itu.
"Non, ini ada makanan dan obat demam. Non makan dulu setelah itu istirahat selama 2 jam untuk tidur! Urusan kerjaan biar saya yang urus, mumpung Nyonya sedang pergi arisan!" kata Bi Lala yang datang dengan sepiring makanan di tangannya.
"Tapi Bi..."
Perkataan Vania terpotong karena ucapan Bi Lala.
"Sudah Non, jangan banyak mikir dari pada nanti Non pingsan karena pusing. Saya tahu Non Vania lagi sakit. Nanti jika mobil Nyonya tiba Saya qkan bangunkan Non langsung." kata Bi Lala.
Vania yang sebenarnya juga tidak sanggup menahan skait di tubuhnya segera mengambil nasi dan obat yang di sodorkan Bi Lala. Bagaimanapun Vania tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya untuk kedepannya.
Setelah Vania memakan makanan dan obat yang di berikan oleh Bi Lala, Wanita muda itu segera tidur seperti perkataan Bi Lala tadi. Karena khawatir akan ketahuan Vania memutuskan tidur di ruang gosokan. Kebetulan di sana ada ranjang tang pas untuk satu orang.
Tepat 3 Jam kemudian Nyonya Yuli datang. Untungnya 15 menit sebelum Nyonya pulang Vania sudah terbangun. Kondisi tubuhnya sudah lebih baik, bahkan sekarang dia sedang memasak dengan Bi Lala.
Nyonya Yuli yang memang sedang dalam keadaan lelah dan mood yang tidak baik memutuskan untuk segera istirahat saat melihat Vania sibuk dengan Bi Lala di dapur. Walau hatiny sangat ingin menyiksa Vania tapi tubuhnya lebih membutuhkan istirahat.
Jika Vania dengan segala dukanya di kediaman Bagas maka berbeda dengan Jihan yang saat ini berada di Belanda bersama Darren.
Keduanya masih betah bergelung dalam selimut. Tentu saja tanpa busana, kalian bisa pikirkan apa yang sudah mereka lakukan. Apakah mereka sudah menikah? Jawabanya tentu saja tidak, karena Darren Lee tidak percaya pada ikatan pernikahan.
Tangisan seorang bayi mengusik tidur kedua manusia itu.
"Sayang Adrian menangis, mungkin dia butuh asi!" kata Darren yang terbangun lebih awal karena tangisan anaknya.
"Ambil di kulkas saja sayang, aku capek! Kamu panaskan sendiri." kata Jihan masih betah memejamkan matanya.
Darren yang tahu jika Jihan memang tidak terlalu mengingakan bayi itu lebih memilih diam. Dia segera mengurus kebutuhan Adrian. Sebenarnya baik Jihan maupun dirinya sama-sama belum ingin punya anak. Merawat Adrian bagi keduanya hanya sedang berusaha, kalau memang sudah tiba batas jenuh dan bosannya. Keduanya sepakat akan membawa Adrian ke Panti Asuhan.
Karena pada saat mengasuh Adrian tidak sekali dua kali mereka bertengkar. Jihan yang tidak mau tahu pada urusan Adrian dan Darrent yang lelah karena lagi-lagi harus mengalah pada Jihan.
Meski begitu hubungan keduanya tetap bahagia, bahkan prusahaan Darrent yang di Belanda tetap berkembang baik meski perusahaannya di Indonesia harus gulung tikar. Setiap haripun hubungan keduanya tetap membaik walau selalu di bumbui pertengkaran karena Adrian.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Hari panjang dan melelahkan sudah di lewati oleh Vania. Sebagai hari kedua dia sebagai istri dari Bagas si pengusaha nomer 1 di Negeri ini. Selesai semua kegiatannya Vania memutuskan menenggelamkan diri di kamarnya sambil menunggu waktu magrib Vania membaca al-qur'an agar mampu menenangkan jiwanya yang gundah.
Meski jalan terasa teramat terjal Vania tidak pernah putus asa untuk sebuah akhir yang indah. Dia percaya akan ada pelangi setelah hujan. Meski Bagas dan keluarganya melakukan hal yang begitu kejam padanya Vania akan tetap berusaha berlapang dada. Bagaimanapun Bagas adalah suaminya sekarang, besar harapan Vania bagas mampu untuk berubah. Meski dia sendiri tidak yahu kapan Bagas akan berubah.
Waktu sudah menunjjukkan pukul 8 malam Vania yang masih betah dengan Al-qur'an di tangannya, segera menghentikan bacaannya begitu diq mendengar ketukan pintu yang sangat keras di pintu kamarnya.
"Kamu ngapain aja sih di kamar? Cepat kamu harus melakukan pekerjaan kamu sekarang. Segera ke kamar Bagas dan juga pakai lingerie yang sudah saya siapkan di kamar Bagas! Ingat kamu itu cuman Pel_acur di bagi Bagas. Jadi jika sudah seharusnya jam kerja malam kamu, kamu itu harusnya sadar harus kemana!" teriak Nyonya Yuli sambil menoyor-noyor kepala Vania kasar. Vania hanya menunduk dalam dan pasrqh ketika tangannya di seret kasqr oleh Mama Yuli ke lantai 2.
Mama Yuli mendorong kasar tubuh Vania ke dalam kamar dan menutup pintu kamar Bagas secara kasar.
Saat Vania mengedarkan pandangan sekeliling Vania tidak mampu menemukan Bagas. Di lihatnya baju yang kata Mama Yuli harus dia kenakan untuk melayani Bagas malam ini.
Vania segera menghapus air matanya yang menetes tanpa di komando. Jika saja dia melakukannya tanpa di hina sebagai Pela-cur mungkin Vania akan senang hati menyenangkan suaminya dengan berpakaian seperti itu. Tapi jika selalu di bilang wanita hina, Pela-cur, ***-***, wanita murahan. Sungguh Vania merasa snagat-sangat tersiksa, dadanya sesak meski sudah sebanyak apapun dia mensugesti dirinya.
Tepat saat Vania selesai mengenakan pakaian yang di suruh oleh ibu mertuanya, pintu terbuka dari luar. Terlihat Bagas menayapnya dengan tatapan jijik, sang suami melihatnya seperti melihat kotoran.
Bagas langsung menyeng-gama sang istri tanpa bujuk rayu apapun. Hal itu sukses membuat Vania menggigit bibirnya kuat menahan sakit begitu merasakan penyatuan dengan sang suami.
"Kau tahu mengapa aku melakukannya tanpa pemanasan? Kau menjijikan Vania! Sangat menjijikan, kau harus ingat demi ayah mu kau menjual dirimu padaku! Ingat kau sama hinanya dengan wanita-wanita yang menjajakan tubuhnya pada wanita hidung belang di luar sana!"
"Meski begitu, aku mqsih berbaik hati menerima wanita hina seperti dirimu! Oh Tuhan," Perkataan Bagas terpurus saat dia mendapatkan kenikmatan surgawinya.
Meski begitu hinaan itu hanya berhenti sebentar, sepanjang malam Bagas menggaulinya sambil menghinanya dwngan bernagai macam panggilan menyakitkan. Meski begitu Vania tidak mampu menggupris sama sekali. Wanita cantik itu merasa sangat kesakitan hingga sangat berharap kematian mendekapnya setelah dia kembali menyucikan dirinya.
Sepanjang olahraga malam yang hanya di nikmati oleh Bagas seorang, Vania hanya mampu beristigfar berharap rasq sakit itu berkurang.
Tepat jam 2.30 pagi Vania di usir Bagas dari kamarnya.
"Aku sudah selesai dengan jasamu! Silahkan keluar dari kamar ini!" kata Bagas begitu dingin pada Vania.
Karena Vania yang bergerak sedikit lambat turun dari kasur Bagas mendorong wanita muda itu hingga terjatuh ke bawah.
"Lama amat sih! Gua jijik lihat Lu lama-lama di kamar Gua!" hardik Bagas pada Vania.
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan