Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.
inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.
Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.
seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 – Serangan Pertama Para Editor
Setelah kebangkitan Lu San, dunia kembali tenang untuk sementara.
Namun, langit tak pernah lagi sepenuhnya biru.
Awan emas yang berputar di atas horizon selalu mengintai, seperti mata sang Creator yang diam-diam mengawasi.
Ling Yue berdiri di samping Lu San, menatap jauh ke arah awan emas itu.
“Mereka akan datang,” gumam Ling Yue, suaranya nyaris tak terdengar.
Lu San hanya mengangguk, tatapannya datar namun penuh keyakinan.
“Biar saja datang. Kali ini, aku yang menulis akhir cerita.”
Namun, di balik tenangnya Lu San, ia tahu...
Para Editor tidak akan datang sendirian.
Beberapa hari setelah itu, suara aneh mulai terdengar di seluruh penjuru dunia.
Seperti bunyi pena yang menggores kertas, namun menggema di udara.
Setiap goresan itu meninggalkan retakan di langit.
Retakan yang perlahan-lahan meluas, hingga membelah realitas seperti kaca yang pecah.
Dan dari celah-celah itu, muncul pasukan berseragam hitam putih, wajah mereka tersembunyi di balik topeng polos.
Mereka adalah Rewrite Squad, pasukan elit para Editor.
Mereka tidak berbicara, tidak bernapas, hanya bergerak seperti tinta yang menetes di atas kertas kosong.
Di tangan mereka, pena emas.
Senjata yang mampu menghapus apa saja yang sudah ditulis, bahkan eksistensi.
“Rewrite Squad...” bisik Ling Yue, rahangnya mengeras.
“Mereka pembunuh dunia,” sahut Lu San pelan.
Serangan Pertama
Rewrite Squad tidak menunggu aba-aba.
Begitu mereka menginjakkan kaki di dunia ini, mereka langsung menulis di udara:
“Bumi terhapus dalam radius seribu mil.”
Dalam sekejap, tanah di bawah kaki mereka hilang, berubah menjadi kehampaan putih.
Gunung, sungai, kota, dan makhluk hidup lenyap.
Tanpa darah, tanpa suara.
Hanya kosong.
Ling Yue segera mengangkat Pena Kosong-nya, menulis balasan:
“Bumi kembali seperti semula.”
Namun, begitu kata-kata itu menyala di udara, tinta emas milik Rewrite Squad melawan.
Pertarungan dua jenis tinta terjadi, putih melawan emas.
Energinya meledak, menciptakan gelombang keheningan yang memaksa seluruh makhluk hidup membisu selama beberapa detik.
Lu San maju, tanpa pena, hanya mengangkat tangannya.
Ia menunjuk satu anggota Rewrite Squad, lalu mengucapkan:
“Pulang.”
Dalam sekejap, makhluk bertopeng itu terhempas ke langit, tubuhnya berubah menjadi halaman kosong, lalu terbakar.
Namun, tiga lainnya langsung menulis lagi:
“Perintah tidak berlaku.”
Dan mereka tetap berdiri di sana, menatap Lu San tanpa emosi.
Kekuatan Para Editor
Ling Yue mengerutkan kening.
“Mereka sudah lebih kuat dari sebelumnya...”
Lu San memejamkan mata.
“Mereka membawa peraturan Creator, bukan cuma kekuatan narasi.”
Benar saja. Rewrite Squad kali ini membawa lembaran hukum narasi, gulungan emas yang menuliskan batasan-batasan dunia.
Mereka menulis di sana:
“Lu San tidak dapat menghapus keberadaan Rewrite Squad.”
Lu San tersenyum tipis.
“Jadi begini mainnya?”
Dia lalu menarik Pena Kosong dari udara, lalu menulis di tanah:
“Peraturan Creator tidak berlaku di domain ini.”
Namun, sebelum kata itu selesai ditulis, satu anggota Rewrite Squad melompat dan menusukkan pena emasnya tepat ke tulisan itu.
Tinta emas menyebar, membuat kalimat Lu San berubah:
“Peraturan Creator berlaku di domain ini.”
“Brengsek,” gumam Ling Yue.
Dia langsung melompat, menulis di udara sambil terbang:
“Rewrite Squad melemah setiap kali mereka melanggar kehendak dunia ini.”
Kali ini, kalimat itu sukses menyebar, menciptakan getaran di tubuh Rewrite Squad.
Langkah mereka melambat.
Namun mereka tetap menulis:
“Kami tidak melanggar, kami hanya memperbaiki.”
Dan dunia di sekitar mereka menghancur perlahan.
Di saat yang bersamaan, dari balik celah retakan realitas, muncul satu sosok Penulis Baru.
Pria muda berambut perak, berjubah putih panjang, membawa pena yang bersinar biru.
Di matanya, ada huruf kuno yang terus bergulir, seolah ia membaca naskah abadi yang tak pernah berhenti.
Dia berdiri di sisi Rewrite Squad, namun senyumannya santai.
“Jadi, ini dunia tempat Lu San berkuasa?” suaranya tenang, namun tajam.
Ling Yue langsung siaga.
“Siapa kau?”
Pria itu melangkah pelan.
“Aku Tian Jian. Penulis Realitas Kedua. Ditulis oleh Creator setelah Lu San, dan aku... setia pada hukum-Nya.”
Lu San menatap Tian Jian tanpa emosi.
“Penulis Kedua? Aku tidak ingat menulis tentangmu.”
Tian Jian terkekeh.
“Karena aku ditulis setelah kau tertidur. Aku adalah pengganti, penerus narasi yang tak selesai.”
Tian Jian mengangkat penanya.
“Aku di sini bukan untuk berbicara. Aku di sini untuk memperbaiki.”
Dalam sekejap, keduanya hilang dari pandangan.
Mereka bertarung di dimensi narasi, tempat waktu tak berjalan, tempat kalimat-kalimat ditulis dan dihapus dalam hitungan detik.
Ling Yue hanya melihat bayangan pena mereka.
Setiap goresan Tian Jian menciptakan dunia baru, namun Lu San menghancurkannya sebelum dunia itu selesai terbentuk.
“Cepat juga dia belajar,” pikir Lu San.
Namun Tian Jian hanya tersenyum.
“Aku tidak belajar. Aku hanya diarahkan.”
Dalam satu gerakan, Tian Jian menulis cepat di udara:
“Lu San melupakan dirinya sendiri.”
Dan tiba-tiba, Lu San terdiam.
Tubuhnya membeku.
Matanya kosong.
Ia lupa siapa dirinya.
Ling Yue menjerit, menulis sekuat tenaga:
“Lu San mengingat segalanya kembali!”
Namun tinta emas dari Rewrite Squad menghalangi kalimat itu.
Ling Yue terjebak.
Tian Jian mendekat pada Lu San, berbisik:
“Kau terlalu lama berkuasa, kawan. Saatnya dunia punya Penulis baru.”
Namun, di dalam kekosongan pikirannya, Lu San tersenyum.
Ia tidak perlu mengingat untuk ada.
Ia adalah dunia itu sendiri.
Dan dunia itu kini menolak narasi Tian Jian.
Dari tanah, akar-akar pohon Lu San menyebar, menulis dengan tinta hijau:
“Aku selalu tahu siapa diriku.”
Cahaya putih menyembur dari tanah, membungkus Lu San.
Kesadarannya kembali, dan kali ini, lebih murni.
Dia menatap Tian Jian dengan mata bersinar bintang.
“Cukup bermainnya.”
Dalam satu gerakan, Lu San menulis:
“Tian Jian kembali menjadi pena.”
Tian Jian menjerit, namun tubuhnya melebur, menjadi pena biru yang jatuh ke tanah.
Rewrite Squad mundur, namun Ling Yue menulis di udara:
“Tidak ada pelarian untuk mereka.”
Dan langit menutup.
Mereka terjebak di dunia Lu San.
Lu San berdiri di tengah kehancuran.
Ling Yue menghampirinya, wajahnya serius.
“Kita nggak bisa terus bertahan kayak gini.”
Lu San mengangguk.
“Aku tahu. Kita harus... menulis ulang segalanya.”
Ling Yue mengerutkan kening.
“Itu gila. Kau bakal kehilangan semuanya.”
Lu San menatap langit.
“Aku nggak peduli. Kalau itu satu-satunya cara keluar dari bayangan Creator... kita lakukan.”
Mereka berdua bersiap.
Perang Dunia Realita baru saja dimulai.
Dan mereka akan menulis akhir yang tak pernah ada sebelumnya.
---------
Bersambungg...