Domanick Limson seorang Casssnova yang terkenal di negaranya, pria yang menganggap wanita hanyalah sebuah mainan dikala dirinya jenuh dengan pekerjaan, maka dia akan memainkan mainannya ( wanita ) tapi setelah dia bosan maka dia akan menyingkirkannya.
Pria yang tidak pernah jatuh cinta sekalipun dalam hidupnya, memiliki segudang perusahaan legal mau pun ilegal group Limson. Hidupnya seketika berubah disaat sepupunya sendiri bernama Lindsey Caroline mengejarnya dan membawa segenggam cinta untuk Domanick.
Sementara orangtua Lindsey telah menjodohkannya dengan laki-laki lain.
Akankah Domanick bisa jatuh cinta dan bisa bersatu dengan Lindsey?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Bab 6
Domanick dengan langkah kaki terburu-buru lantas masuk ke dalam ruangan ketua, baru saja Dokter selesai memberikan beberapa jahitan pada luka sayatan dibagian perut ketua.
Melihat Dokter pergi meninggalkan ruangan ketua, Domanick memicingkan senyum meledek.
"Lihat, betapa pengaruhnya seorang Domanick Limson! Kau laki-laki tua, sudah saatnya kau pensiun bukan?"
"Sini kau kemari!" ketua memberikan kode dengan jarinya agar Domanick mendekat.
Domanick pun duduk disamping ketua, lalu ketua mengangkat satu tangannya.
Tak..
Disentilnya dahi Domanick oleh ketua karena anak itu sudah berani meledeknya padahal luka itu baru saja selesai dijahit.
"Aaa, sit!"
"Kau kesini bukan untuk melihat keadaan ku tapi untuk meledekku habis-habisan kan? Dasar keparat,"
"Karena itu, biarkan aku yang memimpin pengiriman jangan bebal jika ku beritahu! Kau harusnya mengakui bahwa ilmu bertarung ku jauh berkali-kali lipat darimu!"
"Tidak! Aku tidak mau Tuan Lan marah padaku, kau fokus saja pada perusahaan,"
"Ini sudah ketiga kalinya pengiriman dicekal, kalau begini terus akan semakin banyak group mafia lain yang semakin berani menginjak-injak harga diri group Limson! Jadi sekarang aku yang akan ambil alih, akan ku buat mereka menjadi daging cincang campuran burger!"
"Nick, jangan!"
"Aku tidak akan lagi tinggal diam! Group yang susah payah dibesarkan oleh kakek buyut ku semakin disepelekan oleh musuh-musuh kita, akan ku buat mereka menangis darah dihadapan ku!"
Tak lagi mendengarkan nasihat ketua, Domanick kekeh akan terlibat dalam bisnis hitam ini, karena jika group Limson terus menerus mendapatkan serangan nantinya group Limson tidak akan lagi disegani oleh semua orang di negara ini.
"Bert, kau akan berdiri dibarisan depan bersamaku malam ini kita berolahraga sedikit!"
"Baik Tuan!"
"Kalian semua! Kita akan lakukan pengiriman sekarang juga! Dan aku yang akan memimpin, jadi siapkan senjata untuk ku!"
"Ta-tapi Tuan, banyak anggota yang masih terluka lagipula kami belum siap bertarung lagi Tuan, musuh kita terlalu kuat!"
"Apa kau bercanda?" Domanick mencengkram kuat leher salah satu anggota group Limson lalu membenturkan tubuhnya ke tembok.
"Tuan muda Nick, a-aku hanya tidak ingin anggota kita yang lainnya ikut terluka parah!"
"Gilbert, berikan pistol padaku lebih baik aku meledakkan kepala satu anggota group Limson yang pecundang ini, daripada gara-gara satu orang sepertinya semua anggota group Limson jadi pengecut!"
"Ja-jangan Tuan, aku mohon ampun! Aku siap bertarung Tuan, aku akan berada di garda terdepan bersama mu! Tolong jangan bunuh aku!"
"Bagus!" Domanick melepaskan cengkraman tangan dari leher orang tersebut.
"Aku tidak ingin ada kegagalan lagi di pengiriman barang kita sekarang, jadi yang merasa pecundang dan takut kalah maju kehadapan ku!" teriak Domanick.
Semua perkataan Domanick menjadi sebuah tamparan keras untuk para anggota group Limson yang sudah kehilangan jati dirinya sebagai group yang paling ditakuti dan group nomor satu di negara ini.
"Malu kalian, kalian itu dulu ditakuti disegani! Tapi kenapa kalian seperti tikus got sekarang? Kalian bisanya sembunyi, bukannya memperbaiki cara bertarung malah semakin penakut!"
"Kami siap ikut bertarung dengan mu Tuan!" serempak.
"Bagus! Ingat semboyan yang aku buat, terluka boleh mati jangan!"
Setelah menguatkan mental para anggota group Limson, Domanick dan seluruh anggota group Limson bergerak untuk mengirimkan barang-barang dagangan mereka yang sempat tertunda terus menerus.
Diantaranya senjata api yang dipesan oleh negara Hongkong, dan juga narkotika yang sudah dipesan oleh beberapa bandar besar. Hingga tiba di sebuah Dermaga, musuh group Limson hendak kembali mencekal.
Dibukanya jas serta jam tangan mahal yang tadi dia kenakan.
"Bert, sisir!"
"Hah, sisir Tuan?"
"Iya cepat!"
Gilbert memang selalu membawa pakaian ganti, sepatu ganti, sisir, dan pomad milik Domanick hanya saja baru kali ini Tuannya itu meminta sisir saat musuh sudah didepan mata.
Diberikannya sisir itu pada Domanick, dan Gilbert masih memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Tuannya. Rupanya Domanick menyisir rambutnya itu sambil melihat wajahnya dikaca spion.
"Tuan, bukankah kita akan menyerang musuh?"
"Tentu saja, memang kau kira aku kesini untuk apa?"
"Lalu kenapa kau menyisir rambut mu?"
"Lihat disebelah sana!" Domanick menunjuk salah seorang musuh, yang disinyalir itu adalah ketua mereka.
"Iya, aku melihatnya! Dia sepertinya ketua group musuh kita!"
"Dia berwajah cukup tampan, sepertinya sebelum kesini dia sudah mandi dan menyisir rambutnya! Sementara aku, aku pulang dari kantor belum mandi dan belum menyisir,"
"Memang apa pengaruhnya Tuan?"
"Tentu saja pengaruh, aku tidak mau musuhku ada yang lebih tampan dariku! Ketampanan adalah harga diri bagiku, ini aku sudah selesai menyisir," diberikannya lagi sisir itu pada Gilbert.
Lalu Gilbert menaruh sisir itu kedalam tas, sambil menggelengkan kepalanya melihat Tuannya yang begitu narsis bahkan saat bahaya sudah ada didepan mata.
"Ayo cepat turun dari mobil!" kata Domanick yang sudah merasa jauh lebih tampan dari musuhnya.
"Hei kalian! Minggir ini giliran kontainer ku yang masuk ke kapal!"
"Siapa kau? Kenapa kau bersama dengan anggota group Limson, atau group pecundang lebih tepatnya! Karena group Limson tidak sehebat seperti apa yang orang-orang bicarakan!"
"Brengsek! Habislah kau ditangan ku! Serang!!!!!!" suara Domanick mengggema.
Hingga pertarungan itu terjadi dan saling serang menggunakan senjata tajam, ketua dari musuh itu pun mulai memakai samurai melawan Domanick, sementara Domanick hanya menggunakan pedang biasa.
"Mati lah kau!"
Hiya..
Hiya..
Saat bertarung dengan musuh dan diatas ranjang adalah saat-saat menyenangkan bagi Domanick karena merasa sensasinya sangat unik. Domanick yang tidak pernah mengenal kamus kalah dalam hidupnya, secara bersemangat melakukan perlawanan pada musuh menangkis samurai yang hendak menyambar lehernya.
Lalu menusukkan pedangnya pada perut ketua dari musuh itu.
Slazzzhh..
Sudah bersimbah darah dan kehilangan samurainya membuat ketua itu ambruk dilantai dan dibantu oleh dua orang anak buahnya untuk menyerang Domanick, namun keahlian Domanick memainkan pedang membuatnya tersenyum manis menghadapi dua musuh dihadapannya.
"Cih dasar pecundang! Dua orang dan satu orang tergeletak hampir mati!" ledek Domanick.
"Kurang ajar! Habisi dia!"
Hiya...
Hiya..
Domanick terkena sayatan satu kali dibagian perutnya, namun bagi Domanick itu hanyalah warna dalam sebuah pertarungan yang membuatnya justru lebih bersemangat lagi melakukan pembantaian pada dua orang yang sedang dia hadapi.
Ditangkisnya serangan dari satu orang, lalu membungkuk dan menyerang musuh satu lagi hingga berhasil menyayat kaki dari musuhnya itu. Satu persatu Domanick membuat para musuhnya tak berdaya tergeletak ditanah.
"Ampun Tuan! Kami janji tidak akan lagi mengganggu pengiriman barang dari group Limson! Kami mohon ampun.
mampir yuk ke novel aku❤☺