DUA GARIS MERAH GADIS BISU ( Za-Ga )

Yeza kembali menatap Desi tidak percaya. Namun Yeza melihat bibir Desi tersenyum pada Yeza  lalu mengangguk.

Yeza segera berdiri memeluk Desi. "Menangislah sayang.. Jangan di pendam, maafin mama tidak becus menjagamu. Maafin mama sayang.." ucap Desi

Yeza pun menangis dalam pelukan Desi. Baru kali ini Yeza merasa nyaman berada dalam pelukan Desi.

Yeza merasakan tangan Desi mengelus punggung nya dengan lembut.

Daniel menghentikan langkahnya saat melihat kedua wanita itu sedang berpelukan. Rasa bahagianya telah melebur kekecewaan pada Desi.

"ini bukan salah Desi.. Ini adalah ujian." batin Daniel

"Maafin papa ma.. Sudah marah sama mama" batinnya

"Makan dulu ya nak.. Kau harus makan. Bukan hanya Yeza yang sedih. Mama juga sangat sedih. Kita hadapi bersama ujian ini." ucap Desi. Saat melepas pelukan Yeza.

Yeza tidak berkutik. Masih tetap berdiri tanpa mau melangkah mengikuti Desi.

"Sayang.. Kau harus makan. Apa perlu mama bawa kesini makanannya. Biar mama suapin." ucap Desi lagi

"Papa sudah bawakan sarapan untuk Yeza. Yeza sarapan dulu yaa.." ujar papanya yang sudah berada di kamar Yeza.

Desi tersenyum saat bola matanya bertemu dengan bola mata suaminya.

"Yeza mau di suapin mama atau papa?" tanya Daniel

Yeza menggeleng. Lalu kembali duduk di kursi yang tadi.

"Biarkan mama yang urus pa.." sahut Desi.

Daniel membiarkan Desi untuk mengurus Yeza.

"Sayang.. Tolongin mama ya nak. Kita perbaiki semuanya. Kita mulai dari awal hubungan kita. Seperti dulu.. Sebelum mama Desi menjadi ibumu. Kita begitu dekat. Kita begitu akrab. Mama merindukan itu sayang." ucap Desi

Pikiran Yeza kembali lagi ke 14 tahun yang lalu. saat bersama mama kandungnya. kasih sayang mama nya tidak bisa di gantikan oleh siapapun.. Yeza kembali terpuruk duduk meringkuk, dengan  kepalanya di Taruh diatas lututnya.

Yeza kembali menangis.. Lengkap sudah kehidupan Yeza yang hancur. Benar benar sempurna.

Desi kembali memeluk Yeza saat melihat tubuhnya bergetar. Desi tau Yeza menangis, Desi tau kesedihan Yeza saat ini.

"Sayang.. Jangan menangis lagi nak.. Mama dan papa akan selalu ada buat kamu." ucapnya

Saat ini Yeza hanya ingin papanya yang ada di samping nya. Yeza merindukan pelukan sayang dari papanya.

"Biar papa yang menemani Yeza ma.." ucap Daniel

Desi segera menjauh dari Yeza dan keluar meninggalkan Yeza dan suaminya.

Derrttt... derrttt..

Ponsel Desi berdering

desi segera keluar dan mencari tempat aman agar tidak ada yang mendengar obrolannya 

"Ada apa?"

(.......)

"Iya.. Kau tenang saja. Aku akan segera membereskan. Kau nikmati dulu hidupmu disitu" ujar Desi

desi segera menutup ponselnya. Dan kembali ke ruang makan.

"Ma.. " panggil Anggi

"Ada apa sayang? " tanyanya

"Anggi bosen dirumah" ucap Anggi.

"kemarin kan habis jalan jalan. Masak iya mau jalan jalan lagi."

"bosen mahh.."

"Ok.. Nanti kita izin papa keluar aja."

...**...

"Mas.. Aku izin keluar yaa.. Ada sesuatu yang harus di beli." pamit Desi

"Mau kemana? Biarkan bik Ndari saja yang membeli. Mama cukup kasih kertas serta uang." ucap Daniel

"Tidak bisa mas. Ini hanya aku yang tau kemauan ini."

"Ya sudah.. Jangan lama lama. Yeza butuh ibu untuk menghiburnya."

"iya mas.. "

"Anggi sayang.. Ayo kita berangkat sekarang." ajak Desi

"Tidak tidak.. Anggi biar dirumah menemani Yeza." sahut Daniel

"Tidak bisa pa.. Anggi juga ingin beli sesuatu." Anggi menyela

"Anggi.. Kamu denger papa nggak? Kalo denger ikuti apa yang papa bilang."

Seketika wajah Anggi memberenggut mendengar gertakan papanya. Anggi mulai menitikkan air matanya.

"Papa.. Jangan galak galak dong sama Anggi. Anggi juga anak papa loh." ujar Desi membela Anggi.

"Mah.. Kasih pengertian pada Anggi. Sekali saja ikutin apa yang papanya bilang. Jangan di bela terus." kesal Daniel

"Pa.. Anggi hanya ingin keluar membeli sesuatu. Itupun dengan mama perginya. Kenapa sihh papa gitu banget sama anaknya."

"Masalahnya Yeza butuh teman ma. Yaza butuh di hibur dia butuh keluarganya saat ini." terang Daniel mulai menekankan suaranya.

"Ini juga nggak akan lama pa." jawab Desi lagi.

Dirasa tidak membuahkan hasil kalo berdebat dengan Desi. Akhirnya Daniel pun mengiyakan mereka pergi berdua. Dengan satu syarat tidak boleh terlalu lama.

...***...

Di tempat yang beda.

seorang pemuda tengah bemain dengan kudanya. Sambil memainkan anak panahnya 

Tembakannya berkali kali meleset. Kegiatannya tidak fokus karena bayangan gadis yang semalam di ambil paksa kegadisanya oleh dirinya.

Biasanya dirinya tak pernah merasa menyesal. Bahkan semua gadis yang sudah di jaman olehnya. Selalu di lepas saat dirinya sudah bosan.

AAARRRGGGHHHH... teriaknya. Dan segera melempar busur panahnya.

Dirga yaa pemuda itu adalah Dirga. Pria yang selalu berganti ganti pasangan. Namun tidak pernah sudi menerima bekas dari orang lain.

Dirga biasanya memakai pengaman untuk menjamah wanita. Tapi entah kenapa tadi malam Dirga enggan memakai alat itu. Dirga ingin membalas dendam karena sudah mengusik pekerjaan anak buahnya.

Dirga ingin melihat gadis itu hancur sehancur nya.

Kembali terbayang saat gadis itu tidak mengeluarkan suaranya. Desahannya pun tiada. Yang ada hanya airmata yang keluar tanpa henti. Membasahi bantal dan juga sprei nya 

"Shitt.." umpat nya 

Rasanya bayangan gadis itu semakin menari di kepalanya.

Dirga segera masuk ke rumahnya dan segera masuk kekamrnya. Dirga segera mengambil handuk. Lalu membawa kekamar mandi.

Gadis itu kembali menari nari di bayangannya. Teringat gundukan dadanya yang sangat keras dan sangat pas di telapak tangannya.

Hanya terbayang gundukan dadanya saja. Junior Dirga tegak. Dirga segera menyudahi mandinya  dan segera mengambil ponselnya.

Jai

Calling......

Tak butuh lama panggilan Dirga pun dapat jawaban.

"Aku ingin bersenang senang siapkan satu gadis untukku."

Pip..

Dirga segera mematikan ponselnya setelah mengucapkan 8 kata untuk anak buahnya.

Derrtttt...

Derttt..

Momy.....

Dirga segera mengangkat panggilan sang mama.

"sayang.. Kau tidak kangen gitu sama mama?"

"ada apa ma.. Dirga sibuk." jawabnya

"sibuk apaan.. Kau tak pernah ngantor loh. Kamu punya kesibukan apa sihh di luar sana?"

"maa.. Dirga punya bisnis lain di sini. Jadi Dirga akan pulang saat urusan Dirga selesei."

Dirga kembali mematikan ponselnya. Selalu begitu mematikan panggilan secara sepihak.

Derttt...

"gimana jai?"

"Sudah dapat bos. Sekarang sudah ada di tempat yang biasa. " jawabnya.

Pip..

Dirga segera mengambil pakaian santainya. Hanya memakai celana pendek dan kaos santai warna Putih dan jaket warna coklat.

...***...

"Yeza.. Lihat nihh.. Mama bawain apa untuk kamu." tunjuk Desi dengan membawakan makanan kesukaan Yeza.

Yeza menoleh sebentar lalu kembali menatap ke arah jendela yang ada di kamarnya.

Yeza, seperti sangat kehilangan separuh jiwa nya saat ini.

Desi mendekati Yeza lalu mengelus rambut indah milik Yeza.

"mama tau perasaanmu Za. Mama tau.. Jangan begini dong sayang. Kita harus melihat masa depan kita. Jangan hanya fokus pada masalah kita. Di luar sana banyak kok gadis gadis yang seperti Yeza. Di perkosa dan bahkan ada yang mereka sampai hamil. Tapi mereka tetap melanjutkan hidupnya tidak melulu bersedih seperti ini." ucap Desi. Entah apa maksud Desi bicara seperti itu.

Apa hanya ingin membuat suasana hati Yeza semakin sedih. Atau agar Yeza bisa melupakan kejadian itu.

Begitu entengnya Desi bicara seperti itu pada gadis yang baru saja kena musibah.

Yeza kembali menitikkan air matanya saat mendengar Desi bicara seperti. "Mama nggak punya persaan sedikitpun pada Yeza. teganya menyamakan dirinya pada gadis di luaran saba." ucap Yeza dalam hatinya