"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
"Aku tiba-tiba merasa, bahwa terlalu mudah bagi kau, untuk meninggal dalam kecelakaan mobil seperti itu, kau harus menebus dosa mu!" ujar Daniel menatap Ariana dengan kebencian.
Penebus dosa?
B... bagaimana caranya menebus ...
Sementara pikiran Ariana berkelana dengan liar. Daniel sudah membuka pintu, dan dengan dinginnya ia menjelaskan kepada pengawal di luar pintu.
"Jaga wanita ini dengan ketat, tanpa izin saya, dia tidak boleh keluar satu langkah pun,"
Ariana tersadar.
Dia akan di jadikan tahanan rumah! Sementara ketiga anaknya masih menunggu di toko kue.
"Hey...!"
Sebelum Daniel berjalan keluar, ia segera melompat dari tempat tidur dan mengejarnya.
Tapi sudah tidak terburu, pintu terbanting dengan keras, dan menutup di depan Ariana.
Mansion Mewah
Rolls-Royce warna silver melaju dengan kencang, dan berhenti tepat di depan mansion mewah. Dua baris pelayan berdiri dengan hormat di kedua sisi, sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Selamat soreh tuan?" Sapa mereka, Daniel membanting pintu mobil dengan keras. Tanpa menyahuti sapaan mereka, dia langsung bergegas naik ke atas dengan kresek berisi dua kotak kue.
"Bagaimana keadaan Kenzie sekarang?" Daniel bertanya pada pelayanan yang ada di sampingnya dengan dingin.
"Barusan Tuan muda, muntah darah lagi tuan," jawab pelayan yang sudah tua itu dengan gemetar.
"Mana obatnya? Dia sudah meminumnya?"
ujar Daniel seperti biasanya.
Kepala pelayan menghela nafas, "tuan muda membuangnya lagi Tuan," jawab pelayan itu dengan kepala tertunduk.
Daniel berhenti sejenak ketika mendengarnya sambil mengernyitkan dahinya, dan berkata:
"baiklah aku tau."
Dilantai atas, kamar Kenzie terkunci dari dalam, Daniel mencoba membuka pintu itu, namun tetap tidak bisa.
"Saya tidak mau minum obat!"
Suara lirih itu terdengar dari luar.
"Kenzie! Buka pintunya ini papa,"
Daniel berkata dengan suara yang tegas, meminta Kenzie membuka pintu kamarnya.
Tidak terdengar lagi suara dari dalam, tidak lama kemudian pintu pun terbuka.
Terlihat bocah kecil dengan wajah imut dan Tampan, dengan mata yang memerah, berdiri sedih di depan pintu, sambil menatap Daniel dengan muka pucat.
"Papa, aku tidak mau minum obat,"
"Kenzie, nurut papa yah, saat sakit, harus minum obat, biar cepat sembuh," bujuk Daniel membungkuk sambil mengelus-elus pucuk kepala Kenzie.
Daniel yang terlihat angkuh dan sombong, ternyata memiliki kelembutan dan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi putra semata wayangnya.
"Aku tidak mau minum obat! Tidak mau pokonya! Aku tidak sakit!"
Kenzie tiba-tiba panik, dan mendorong tangan Daniel, raut wajahnya melawan, seperti harimau kecil yang sedang marah.
"Kenzie, kamu mau apa sebenarnya?" Daniel sedikit emosi menghadapi putra kecilnya.
Mata Kenzie yang bulat dan jernih itu kini sudah mulai memerah kembali, serta dengan bibirnya yang bergetar.
"Aku mau Mama,"
Mama?
Daniel tiba-tiba teringat dengan wanita bodoh yang pura-pura gila itu.
Empat tahun yang lalu, wanita itu meninggalkan pesan dengan alasan kebohongannya, dengan mengatakan bahwa dia sudah meninggal dalam kecelakaan mobil, dan meninggalkan bayi Kenzie di rumah Daniel.
Dengan kenyataannya, dia masih hidup dengan baik dalam empat tahun terakhir ini.
Kenzie yang sejak kecil sakit-sakitan, di tambah lagi dia mendambakan seorang ibu, dia semakin tersiksa.
Brengsek!
wanita seperti itu sama sekali tidak pantas menjadi seorang ibu.
Dengan sabar Daniel menatap putranya sambil berjongkok, menyetarakan dirinya agar sejajar dengan tubuh kecil Kenzie, ia merasa iba melihat putranya seperti ini.
"Ken, sekali lagi papa akan mengatakannya, mamamu sudah meninggal, Kenzie hanya punya papa, hanya ada papa," ucapan dengan penuh keyakinan, agar putranya itu tidak meminta wanita gila itu. Dada Daniel merasa di remas mengatakan itu, ia merasa sakit melihat keadaan putranya yang tidak seperti anak-anak lainnya.
"Aku tidak mau dengar! kau bohong! kau pembohong!"
Kenzie menutup telinganya dengan kedua tangan kecilnya, wajahnya terlihat sangat emosi.
Kenzie membanting dan menutup pintu kamarnya dengan keras, dan menguncinya dari dalam.
"Tuan, tuan muda masih anak-anak ..," kepala pelayan berkata dengan sangat hati-hati.
"Nanti malam, keluarkan semua lego dan tabletnya, biarkan dia bermain dan mengintropeksi dirinya sendiri," selesai mengatakan itu, Daniel berbalik dan pergi dengan raut wajah yang sangat kesal. Tiba-tiba ia membalikkan badannya kembali dan berkata:
"Dan jangan lupa, instruksikan ke dapur, untuk terus merebus obat," Selesai bicara, Daniel kembali melangkahkan kakinya yang panjang itu, ia tidak menoleh lagi, kali ini ia benar pergi.
Kepala pelayan tampak menghela napasnya. Ia menggelengkan kepalanya, merasa iba melihat keadaan Kenzie dan Daniel. Kenzie yang masih kecil dan sakit-sakitan, dia sangat mendambakan kasih sayang seorang ibu. Daniel yang terlihat angkuh dan arogan, sangat menyayangi putranya, dengan kesabaran, ia menghadapi Kenzie yang tiba-tiba tidak stabil emosinya.
.
.
.
.
Jika kalian menyukai karyaku, vote ya.
jika senang, berikan like sehabis membaca, komentar agar menambah semangat author untuk ke bab berikutnya.
terimakasih