Follow IG : base_author
Membaktikan kehidupannya untuk imamnya, peran yang dilakoni Thalia Ruth selama 4 tahun menjalani hidup berumah tangga dengan Andre Miles, suaminya. Di tinggallkan kedua orang tuanya karena kecelakaan menjadikan Thalia yang yatim piatu sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada Andre dengan kepercayaan yang tanpa batas. Bagaimana Thalia menjalani kehidupannya setelah Andre mencampakkannya setelah memperoleh semua yang diinginkan?? bahkan ibu mertua pun mendukung semua perbuatan suaminya yang ternyata sudah direncanakan sejak lama.
Menjadi lemah karena dikhianati atau bangkit melawan suaminya... manakah yang dipilih Thalia?
Siapkan tisu dan alat tempur sebelum membaca 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 17
"Good morning, Sayang. " Andre berbisik di dekat telinga Thalia. Hembusan napasnya menyapu mengenai sisi wajah Thalia.
Thalia membuka mata, "Morning too, Mas." Balas Thalia dengan suara khas bangun tidur yang mendapatkan kecupan di pipinya. Thalia menyingkap selimutnya dan segera duduk. "Kenapa baru bangunin aku sih, Mas? Aku jadi ga bisa ngurus keperluan kamu."
Andre mengusap kepala Thalia, "tidurmu sangat pulas, Mas ga tega bangunin kamu."
Thalia tersenyum tipis merespon ucapan manis dari Andre namun nyatanya ucapan itu seperti racun untuknya.
Melihat dasi yang ada digenggaman suaminya, Thalia mengambil alih, kemudian memasangkan nya di leher sang suami. Thalia melakoni lagi perannya, bersandiwara menjadi istri yang baik dan berbakti. Sejujurnya, Thalia sudah jenuh menjalani rumah tangga dengan kepalsuan. Ingin rasanya Thalia mengakhiri semuanya, dan membebaskan diri dari pernikahannya bersama Andre.
Menua bersama dan hidup dalam pernikahan yang harmonis hingga maut memisahkan. Hanyalah janji dari mulut manis pria itu ketika mempersuntingnya. Karena pada kenyataannya, pahit yang diterimanya kini. Ucapan indah itu hanya sebuah janji palsu. Layaknya udara yang berhembus memberikan kesejukan sesaat kemudian berlalu meninggalkan hawa gersang.
"Selesai." Thalia mengusap bahu lebar suaminya, kemudian tangannya berpindah menjamah rahang tegas Andre, "Suamiku terlihat semakin tampan."
Andre meraih tangan kanan Thalia, lalu mengecup telapak tangan istrinya. "Semua itu karenamu, Sayang. Karena cinta yang kamu berikan setiap harinya."
Lantas kenapa kamu membalas cintaku dengan sebuah luka, Mas. Lirih Thalia dalam hatinya.
"Mas, bisa aja ih." Thalia menepuk pelan tangan Andre kemudian memaksakan diri untuk tertawa. "Kenapa Mas menatapku seperti itu?"
"Matamu memerah, dan sedikit sembab. Apa kamu habis menangis?"
Thalia mengangguk samar, "aku sangat merindukan Mama, Papa dan suamiku ini" ujar Thalia penuh makna "sepulang kursus nanti aku berencana mendatangi makam Mama, Papa. Apa Mas bisa menemaniku?" tanya Thalia
"Maafin Mas ya, Mas tidak bisa menemanimu." ujar Andre seolah menyesal. "Sore nanti, Mas ada janji temu dengan Pak Leo." lanjut Andre berbohong. Sebab Andre sudah terlanjur janji dengan Mona, untuk menemani kekasihnya itu periksa.
Thalia yang tidak percaya dengan ucapan suaminya, hanya mengangguk. "Kenapa harus meminta maaf, Mas. Aku ngerti kok. Baiknya sekarang Mas turun dan sarapan. Mungkin Mama sudah menunggu Mas."
"Lalu, kamu bagaimana? kamu ga turun untuk sarapan bersama?"
"Aku akan menyusul. Aku ingin mandi dulu, Mas." Terang Thalia yang diterima Andre. Sebelum keluar, Andre mencium bibir Thalia dengan lembut, kemudian ia berlalu.
Bertepatan pintu tertutup, Thalia segera mengambil tisu di bufet kemudian mengusap kasar bibirnya untuk menghilangkan jejak bibir suaminya.
Di ruang makan, Andre bersama Ibunya menyantap sarapan mereka yang di masak Mbok Sum atas perintah Thalia. "Istrimu tidak turun?" Bu Nita memulai percakapan dengan putra semata wayangnya.
"Thalia sedang mandi, Ma. Nanti dia menyusul."
Benar saja, tidak lama kemudian Thalia masuk ke ruang makan. Kehadirannya, menjadi atensi Bu Nita. "Jam segini baru turun. Dimana rasa tanggungjawabmu sebagai seorang istri? bukannya menyiapkan sarapan untuk suaminya, malah bangun kesiangan."
"Ma, jangan berbicara seperti itu," timpal Andre agar Ibunya menghentikan sindiran yang dilayangkan untuk Thalia.
Thalia jengah. Entah pria itu serius atau tidak ketika membelanya, yang pasti Thalia tidak merasa tersentuh sama sekali.
"Lagi-lagi kamu membelanya," keluh wanita paruh baya itu. "Kapan istrimu bisa berubah, jika kamu selalu membelanya."
Thalia tetap bergeming menyaksikan drama yang menggelikan antara Suami dan Ibu mertuanya. Thalia membuang rasa sakit hatinya, kemudian Ia menarik kursi dari bawah meja, lalu mendaratkan bokongnya.
"Liat kan? istrimu masih bisa sesantai itu, tidak merasa bersalah sama sekali. " Tandas Bu Nita melihat anak menantunya tidak bersahabat.
Memilih tidak menanggapi kalimat Ibu mertuanya, Thalia menganggap ucapan Ibu mertuanya itu sebagai angin lalu. Thalia lebih tertarik dengan nasi goreng kuning yang di masak Mbok Sum. Sudah lama Ia tidak makan nasi goreng yang di campur kunyit itu. Terdapat ikan teri, dan potongan lombok yang menggoda seleranya.
Sama halnya Thalia, Andre pun terdiam, tidak menanggapi lagi ucapan Ibunya. Thalia menyendokkan nasi goreng ke atas piringnya. Lalu, ia menikmati sarapannya dengan lahap sebab semalam Thalia tidak sempat mengisi perutnya.
Andre sudah menyelesaikan sarapannya, ia mengusap bibirnya menggunakan sapu tangan. Kemudian, ia menyesap kopi yang sempat di buatkan Tita, pagi tadi.
"Mas sudah mau jalan?" tanya Thalia.
"Iya Sayang, " Andre bangun dari duduknya. Thalia hendak bangun namun di larang Andre, "kamu habiskan aja sarapanmu, Sayang. Tidak perlu mengantar Mas sampai depan."
"Four minutes. Tunggu aku sebentar lagi, aku habiskan sarapanku dulu." Thalia pun buru-buru menghabiskan sarapannya.
"Pelan-pelan, sayang. Nanti tersedak." Andre menuangkan air ke dalam gelas Thalia.
Thalia tersenyum lebar, "Makasi, Mas." Thalia meraih gelas lalu meneguknya hingga tandas. "Ayo Mas, aku antar sampai depan." Thalia bergelayut manja di lengan suaminya
Andre mengendarai mobilnya membela jalan kota Surabaya. Hari ini Mona masih izin cuti, jadi ia tidak menjemput kekasihnya itu. Pria itu menatap jalan yang mulai padat, dan tak sengaja ia melihat seorang gadis yang di kenalnya berdiri di tepi jalan, dekat dengan halte bis. Titania Melani.
Andre memelankan kendaraan, menepi di depan gadis itu. Pria itu menurunkan kaca mobilnya. "Tita.. " panggil Andre.
Merasa di panggil, Tita menundukkan kepalanya melihat ke dalam mobil, "Pak Andre... " gumamnya
"Dimana motormu?" tanya Andre ketika tadi, ia melihat Tita pergi menggunakan sepeda motor.
"Anu Pak, Motor saya mogok. Makanya saya menunggu bis disini." Balas Tita.
"Naiklah, saya antar sampai kampus, " tawar Andre dengan senyuman modus.
"Eh, ndak perlu, Pak. Saya naik bis saja. " Tolak Tita berbasa-basi, berharap majikannya itu memaksanya.
"Naik... Kamu mau saya marah?" ancam Andre.
"Ja-jangan... " Jawab Tita terbata-bata. Ia menyelipkan untaian rambutnya di belakang telinga berpura-pura berpikir, "baiklah saya mau diantar Bapak." Sahut Tita merasa senang, begitu pula dengan Andre.
Tita mengitari mobil, gadis itu masuk dan duduk di kursi penumpang bagian depan. Andre pun melajukan lagi kendaraannya, mengantarkan Tita ke kampus.
"Maaf ya Pak, saya jadi ngerepotin." Tita meremas buku yang berada diatas pangkuannya.
"Tidak kok... kan saya yang menawarkan diri, bukan kamu yang minta."
"Memangnya pagi ini, Pak Andre tidak ada pertemuan?"
Andre menggeleng, "Tidak ada, makanya saya bisa mengantar kamu. Omong-omong kenapa motormu bisa mogok?"
"Kata tukang servicenya, mesin overheatnya panas, Pak." Jelas Tita. Suaranya yang lembut, sangat indah di telinga Andre.
"Jangan Bapak dong manggilnya, Mas Andre aja kalau kita sedang berdua." Ujar Andre seraya mengerlingkan matanya.
"Eh... aduh gimana ya Pak. Saya ndak bisa. Ndak enak." Jawab Tita tersipu malu.
"Santai aja, tidak perlu sungkan seperti itu. Kamu mau kan, hmm?"
mang enak ko Mon skrg udh jd babu drumah Andre😂😂