NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan Kontrak

Terjebak Pernikahan Kontrak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Duda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Clarissa icha

Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!


Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.

Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.

Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.

Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Berduaan dengan laki-laki di dalam toilet membuat Yuna gelisah. Rasa takut dan grogi bercampur jadi satu. Sekalipun Barra telah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu, tapi tetap saja membuat Yuna tidak nyaman. Pasalnya Yuna baru mengenal Barra 1 hari menjelang pernikahan.

Jodoh memang rahasia. Terkadang datang begitu saja tanpa kita minta. Bahkan Yuna tidak pernah berfikir akan menikah secepat ini dengan proses yang kilat.

"Udah belum.? Kenapa lama.?" Tanya Yuna. Dia menoleh kebelakang untuk melihat Barra yang sejak tadi sudah berdiri di belakangnya tapi belum ada pergerakan apapun di punggungnya.

"Iya sabar."

Setelah ditegur, Barra baru mulai memegang gaun Yuna di bagian resleting.

Bara sempat ragu untuk membantu Yuna menurunkan resleting gaunnya, itu sebabnya dia jadi berdiam diri.

"Aww,, pelan-pelan.! Sakit tau.!" Pekikan Yuna memnuat Barra panik setengah mati. Dia memikirkan Mama mertuanya yang ada di ruangan yang sama. Teriakan dan ucapan Yuna pasti akan membuat Mama mertuanya salah paham.

"Jangan berisik, Mama kamu bisa mikir yang macem-macem." Tegur Barra lirih.

"Ini kainnya nyangkut ke resleting, kalau nariknya nggak pake tenaga nggak bakal bisa diturunin."

"Baru kena tangan aja udah teriak-teriak. Kamu bisa bikin orang salah paham."

Barra jadi bicara panjang lebar. Meski nada bicaranya pelan, tapi Barra terlihat menahan kesal.

"Salah paham gimana.? Emangnya kita ngapain.?" Yuna balik bertanya dengan dahi berkerut. Pemikirannya belum sampai sejauh itu sampai tidak paham apa yang di maksud oleh Barra.

Yuna merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Dia berteriak juga reflek karna Barra terlalu kencan menarik resletingnya sampai tangan Barra lepas dari resleting dan mengenai punggungnya.

Barra menarik nafas dalam. Dia terlihat enggan menanggapi pertanyaan Yuna dan kembali fokus membantu membukakan resleting.

Merasa tidak ditanggapi, Yuna membuang pandangan ke depan.

"Gimana bisa nggak.? Susah banget ya.?"

Yuna kembali bertanya dengan nada yang panik. Dia tidak sabar untuk melepas gaunnya yang sudah membuatnya tidak nyaman.

"Kamu itu cerewet banget." Keluh Barra.

"Aku bisa robek gaunnya kalau kamu mau cepet."

"Atau pinjem gunting buat motong bagian kain yang nyangkut."

"Tinggal pilih mau pake cara yang mana."

Barra memberikan pilihan terakhir. Daripada pusing mendengarkan Yuna yang tidak sabaran, lebih baik mencari cara cepat untuk membuka resleting itu.

Karna kalau dibuka dengan hati-hati, rasanya akan membutuhkan waktu yang lama.

Jalan satu - satunya hanya dengan di robek atau digunting.

"Jangan dirobek, bukannya gaun ini dipinjem sama pihak MUA nya.?"

"Nanti ribet kalau harus ganti."

"Aku keluar aja deh, mau minta tolong sama Mama. Mama itu paling jago kalau malasah kayak gini."

Yuna menyelonong keluar begitu saja, meninggalkan Barra di kamar mandi yang terlihat menggelengkan kepala.

"Mama tolongiii,,,in,,,,"

Yuna menghentikan ucapannya ketika melihat di ruangan itu ada orang lain selain Mamanya.

Ada dokter Alan dan perawat yang menatap ke arahnya dengan tatapan aneh.

"A,,ada apa.? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Yuna telihat bingung sendiri. Dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun, tapi tatapan mereka seperti sedang memergoki orang yang baru saja berbuat kesalahan.

"Kalian main ditoilet.?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Dokter Alan justru membuat Yuna semakin bingung.

"Jangan asal bicara kamu." Suara bantahan Barra terdengar kesal.

Dia keluar dari toilet dan berjalan tegap mendahului Yuna yang masih diam di tempat.

"Tolong pinjem gunting." Pinta Barra pada perawat.

Dalam keadaan bengong, perawat itu membuka kotak perlengkapan yang selalu dia bawa setiap kali mengecek kondisi pasien.

"Ini Pak,,"

Gunting itu disodorkan pada Barra.

"Makasih."

Barra berjalan mendekati Yuna sambil membawa gunting ditangannya.

"Kain gaunnya tersangkut di resleting, jadi nggak bisa dibuka."

"Aku sedang membantu Yuna membuka resleting gaun, jangan berfikir macam-macam."

Barra memberikan penjelasan pada Dokter Alan, tapi tatapan matanya terus tertuju pada Yuna.

Yuna tersenyum kikuk. Kini dia baru menyadari kesalahannya ketika berada di kamar mandi bersama Barra.

Ternyata memang benar, teriakan dan ucapannya sudah membuat orang yang mendengarnya jadi salah paham.

"Ya ampun, gue pikir lu udah nggak sabar sampai nggak tau tempat." Ucap Dokter Alan sembari menahan tawa.

"Kondisi Ibu Rena sangat baik, setelah ini siap di pindahkan ke ruang operasi. Jadi sebaiknya kalian siap-siap, ritual pengantin barunya di tunda saja setelah operasi Ibu Rena selesai."

Barra langsung menatap tajam pada sahabatnya itu.

"Ya sudah, saya permisi dulu. Mari Bu,,," Dokter Alan memilih melarikan diri sebelum mendapat teguran dari Barra.

"Terimakasih Dokter." Ucap Mama Rena.

Dokter Alan tersenyum, lalu keluar dari ruangan itu.

Sebelum keluar, dia sempat mengacungkan jempol pada Barra.

"Diem, jangan gerak." Perintah Barra.

"Hati-hati, jangan sampai guntingnya menusuk punggungku." Ucap Yuna cemas.

"Hemm,,," Barra hanya berdehem.

Dia langsung memotong kain yang menyangkut di resleting. Memotongnya dengan hati-hati karna gaun Yuna melekat sempurna di punggung.

"Sudah, nanti tinggal diturunin saja resletingnya." Barra bergeser, dia menyimpan gunting di atas nakas.

"Makasih." Ucap Yuna tulus.

"Ini Gaunnya harus dicuci dulu atau langsung dikembaliin aja.?"

Yuna sampai reflek mengangkat gaunnya untuk menunjukkan pada Barra. Padahal tanpa di tunjukan, Barra sudah pasti tau karna Yuna menyebutkan gaun.

Barra menoleh, dia menatap datar tanpa kedip.

Akibat mengangkat gaun, Kaki mulus Yuna terlihat sampai di atas lutut.

"Ehhh,,," Yuna langsung menjatuhkan gaunnya.

"Gaun itu punya kamu. Aku membelinya. Simpan saja." Jawab Barra datar.

Dia duduk di sofa dan merogoh ponsel di saku celananya.

...****...

Yuna menahan tangis. Hatinya mungkin berat melepas sang Mama masuk ke ruang operasi.

Rasa takut dan pikiran buruk telah menguasai Yuna hingga membuatnya sedih ketika harus mengantar Mama Rena.

"Mama harus kuat, Mama harus berjuang buat Yuna."

"Cuma Mama satu-satunya keluarga yang Yuna punya, Mama harus selalu ada untuk Yuna."

Yuna memeluk Mama Rena dan mencium pipinya berulang klai.

"Sudah ada Barra, sekalipun Mama harus pergi, Mama bisa pergi dengan tenang."

Mama Rena mengulas senyum.

"Jangan bicara seperti itu Mah, Mama harus berjuang demi Yuna."

Kali ini Yuna tidak bisa membendung air matanya. Hatinya terlalu sakit jika harus membayangkan perpisahan untuk selama-lamanya.

Dia belum siap hidup tanpa sang Mama. Si Malaikat tak bersayap yang selalu melindungi dan menyanyanginya.

Begitu Mama Rena dibawa masuk keruang operasi, Yuna malah semakin menangis.

Air matanya terus tumpah, menangis tanpa suara.

Saat ini hanya Mama Rena orang tua yang dia miliki.

Sekalipun Handoko masih hidup, Yuna tidak mau lagi menganggapnya ada.

"Duduk disini." Barra menepuk sisi kosong tempat duduknya.

Yuna menurut, dia duduk disebelah Barra meski sedikit membuat jarak.

"Nggak usah nangis, Mama kamu sudah ditangani sama dokter terbaik di rumah sakit ini. Operasinya akan berjalan lancar."

Barra sedang menenangkan Yuna namun dengan ekspresi datar.

"Cuma Mama yang aku punya. Gimana aku nggak nangis liat Mama harus dioperasi."

Yuna mengusap pipinya yang dipenuhi air mata, tapi setelah itu kembali basah karna air matanya terus mengalir.

"Daripada nangis, lebih baik kamu berdo'a. Itu jauh lebih baik dari pada membuang air mata sia - sia."

Ucapan Barra seketika menghentikan tangis Yuna.

Apa yang diucapkan Barra memang benar, tidak ada gunanya menangis saat ini karna tidak akan merubah apapun.

Mama Rena lebih membutuhkan doa, daripada sebuah tangisan.

1
Sriza Juniarti
kocak..kayaknya🤣🤣
roza prasinta
oon yuna, mau pula kd madu
Etha Margaretha
goblooookkkkk..gamau dket ama papanya anak² dngn maksd gamau dihina...tp masuk ke apartemen lelaki lainnnnn...TOLOL !!!!
Etha Margaretha
cewek anjeng
Etha Margaretha
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
barra, serakah harusnya dia milih Yuna dan anaknya
Heldina Togatorop Dina
harusnya barra milih Yuna, karena ada anak"
Leha Valenia
Luar biasa
Heldina Togatorop Dina
yuna bodoh bgt, kog mau sih ngasih anaknya, tetap aj cerai, karena bara ngak ada cinta SM km yuna,sadar dong
moemoet
Luar biasa
Inggrianie Sikumbang
ceritanya bagus
elluph
iklannya lama bgt
Quieenarra Nathaniella Kayleen
Luar biasa
Muki Roh
Kecewa
Muki Roh
Buruk
Annisa Rizki
Luar biasa
Muki Roh
bara jahat banget yaaa😭😭
Muki Roh
dasar si boro... licik
Susana Sari Sari
ceritanya biarpun panjang tp tidak sama sekali jd bosan thor...karyamu keren....
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺nada Mυɳҽҽყ☪️
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!