Hanna Mahira adalah seorang wanita berumur 27 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan staff keuangan pada sebuah cabang dari perusahaan ternama. Anna panggilannya, menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ayahnya meninggal dunia, semua kebutuhan hidup ada di pundaknya.
Dia memiliki adik perempuan yang sekolah dengan biaya yang di tanggungnya.
Anna mencintai atasannya secara diam-diam. Siapa sangka jika sang atasan mengajaknya menikah. Anna seperti mendapatkan keberuntungan, tentu saja dia langsung menerima lamaran sang bos tersebut.
Namun, di hari pertamanya menjadi seorang istri dari seorang David Arion Syahreza membawanya pada lubang kedukaan.
Sebab di hari pertamanya menjadi seorang istri terungkap fakta yang amat menyakitkan. Bahwa David sang suami yang sangat Anna cintai mengatakan bahwa pernikahan ini adalah kesalahan terbesar yang dia lakukan.
Ada apa sebenarnya?
Anna berusaha menyingkap tabir rahasia David dan berusaha tegar atas pernikahan tersebut.
Baca kisahnya dan temani Anna mengungkap rahasia besar David
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IkeFrenhas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 5. pernikahan
Waktu yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari pernikahanku dengan boss David. Acaranya dilaksanakan di hotel yang paling megah di kotaku. Ya Tuhan. Aku bahkan tidak pernah membayangkannya.
Tamu-tamu yang datang banyak sekali,banyak yang tidak aku kenal. Padahal aku dan boss sepakat akan mengadakan akad saja dan syukuran kecil-kecilan. Namun semua menjadi berubah drastis 180 derajat saat sang ratu angkat bicara. Tidak bisa dibantah.
Sebenarnya aku sangat bersyukur memiliki ibu mertua yang sangat baik dan penyayang seperti mamanya boss David. Uups. Sudah sahkan aku memanggilnya ibu mertua?
"Kau cantik sekali Sayang." Ucap mama Melisa, ibu mertuaku itu. Ia tak henti-hentinya menyanjungku, aku melayang terbang karenanya.
"Makasih Ma." Aku membalas pujiannya malu-malu.
"David, kau harus menjaganya dengan baik. Kau dengar." Ancam mama Melisa pada puteranya.
"Mama, sebenarnya siapa yang anak Mama sih?"
Aku tersenyum malu melihat perdebatan ibu dan anak itu. Ternyata, satu rahasiamu yang aku pegang boss David. Kamu sangat tunduk patuh pada mama.
"Awas saja jika kau menyakitinya. Akan berhadapan langsung dengan Mama. Jangan samakan istrimu ini dengan perempuan-perempuanmu di luar. Ingat itu."
"Ma, apaan sih?" balas boss David dengan nada tak suka. Wajahnya merah padam.
Aku tertegun mendengar mereka. Perempuan di luar? Seketika ada yang begejolak dalam dadaku. Panas.
Tok tok tok
Seorang pelayan masuk ke kamar. "Permisi Nyonya, pengantin di suruh keluar."
Ah syukurlah. Setidaknya aku terbebas dari perdebatan ibu dan anak ini. mama mengangguk seraya tersenyum ke arahku. Ia keluar lebih dulu. Kami berdua mengiring di belakang.
Berjalan berdua menuju pelaminan yang tampak megah. Tiba-tiba lututku terasa lemas karena gugup. Huft. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk mengurangi rasa gugup yang mendera.
"Ck. David. Gandeng Anna!" perintah mama pada boss David. Duh, tubuhku panas dingin, ini adalah kontak fisik yang kedua setelah acara akad tadi.
Kurasakan tangan boss David dingin. Apa dia gugup sepertiku? Dia melirik sekilas ke arahku. Kamipun bergandengan tangan menuju pelaminan megah itu.
Beberapa jam berdiri duduk, berdiri duduk di kursi ini membuat tubuh terasa pegal sekali. Tamu undangan yang tiada hentinya datang memberikan selamat. Aku bahagia dan juga sangat lelah.
Aku terpaku saat melihat seorang wanita cantik dengan gaun berwarna merah menyala, menampilkan lekuk tubuh. Wanita itu terlihat sangat seksi. Hatiku tentu saja menjadi sangat gelisah, aku jadi teringat ucapan mama tadi "perempuan-perempuanmu di luar sana". Diakah salah satunya?
Wanita itu berjalan anggun menuju panggung tempat kami berdiri. Menyalamiku, lalu menyalami boss David. Tidak hanya bersalaman, perempuan itu langsung memeluk lelakiku.
Tubuh lelakiku terlihat menegang, tangannya terkepal. "Apa-apan kamu?" Dia mendorong perempuan itu.
"Aku kira perempuan yang waktu itu. Ternyata bukan."
"Jaga mulutmu."
Aku terpaku menyaksikan percakapan mereka berdua. Kemudian perempuan itu mendekat padaku. "Kamu. Lihat saja. Aku tahu, kamu bukan perempuan yang dicintai David." Sinisnya padaku.
Setelah berkata begitu padaku, diapun melenggang pergi. Turun dari panggung. Dadaku bergemuruh, tiba-tiba aku ingin segera turun dari panggung ini.
Pandangan kami bertemu, mataku berkaca-kaca melihat lelakiku tanpa sepatah katapun. Ekspresinya tetap datar.
'jangan sekarang. Kumohon.' Aku menguatkan diri agar tidak terlihat lemah di depannya.
Fokusku kemudian teralihkan oleh pandangan pada kursi di sudut ruangan. Mahira menunduk, bahunya seperti terguncang. Menangis?
Aku terharu melihatnya, apa yang sebenarnya gadis itu rasakan? Melihatku menikahkah?
Tatapan Mahira kosong, entah kemana ia memandang. Aku memperhatikannya, ia seperti melihat kesini. Tapi kemana?
Aku menoleh pada lelaki disebalahku. Dia sedang menatap lurus kedepan. Ku ikuti arah pandangnya. Deg. Mungkinkah?
"Boss." Aku berbisik padanya. Dia bergeming. Sekali lagi aku memanggilnya. "Boss."
Boss David tersentak, kaget. Lalu menoleh kearahku. "Boss melihat kea rah adikku. Mahira. Dia sedang menangis." Aku menunjuk kea rah Mahira dengan dagu.
Boss david meihat ke arahnya dengan pandangan yang, entah. Sulit terbaca olehku.
"Sebenarnya aku juga bersedih. Mungkin dia merasa ditinggalkan."
"Kenapa tidak tukar posisi saja?"
"Maksudnya?"
bersambung ...
sungguh menyebalkan
terus adiknya juga kenapa gak sopan gitu , rasanya gak mungkin ada yg gitu amat , gak ada segen² nya sama kaka sendiri
semangat