Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tetap Anak Mommy
"Gimana masih belum enakan sayang?" Tanya Mommy khawatir setelah semalaman anak gadisnya demam.
"udah mendingan mom."
"Kamu mau apa sayang?"
"Lagi ga pengen apa apa Dad." Jawab Aya.
"Ano sama Darren mana Nek?"
" Nggak tau tuh dari tadi sama Omnya di dapur ga keluar keluar. Katanya mau bikin makanan spesial buat kamu."
"Emangnya mereka bisa masak?"
"Entahlah." jawab Kakek sambil mengangkat kedua bahunya.
"tuh mereka datang." kata Daddy melihat tiga orang tengah mendorong troli makanan. Dibukanya satu persatu menu yang ada di sana. "Ini semua khusus untuk Kakak." Kata Ano.
Aya beranjak dari ranjangnya.
"Mau ke mana By? makan di situ saja. Om akan siapkan."
"Aku mau makan di sofa sana Om."
"Sini Mommy bantu."
"Aku bisa sendiri Mom. Aku udah sehat."
"Nurut aja, badan kamu masih lemas By."
Alvin dan Mommy membantu Aya untuk duduk di sofa.
"Kakak harus coba semuanya. Ini masakan Indonesia." Kata Darren dengan bangga.
"Kalian masak sendiri?" tanya Kakek dan dijawab anggukkan oleh ketiganya.
"pasti dapurnya hancur." kata Nenek.
Aya hanya tersenyum menatap berbagai hidangan yang ada di meja. "Nggak ada yang mau?" tawar Aya. Semua orang hanya menggeleng ragu akan masakan yang dibuat oleh ketiga orang itu.
"Mau coba yang mana dulu By?"
"yang ini Om." tunjuk Aya pada makanan berkuah yang ada di depan Om nya. Alvin meniup makanan itu perlahan agar dingin dan menyuapkannya pada Aya dengan hati hati sambil menjelaskan nama makanan itu. "Ini namanya soto By. Gimana rasanya enak?" Tanya Alvin. Aya menatap kedua adik dan Om nya secara bergantian. Terlihat mereka sangat menunggu jawaban darinya. "Enak." satu kata membuat ketiganya bernafas lega.
Aya mencoba semua makanan. Cita rasanya ada yang aneh namun ada juga yang pas dengan lidahnya.
Suasana kembali menjadi hening setelah acara makan tadi. Semua orang tengah pergi ke kamarnya masing masing untuk istirahat. Mommy dengan setia menemani Aya. Membelai wajah gadis itu dengan lembut. "By udah tidur kak?" tanya Alvin pelan.
"Sudah baru saja, mungkin efek obatnya."
"Kakak tidur aja biar By aku yang jagain."
"Kakak tidur di sini Vin."
"Baiklah selamat malam."
"Malam juga Vin." Alvin meninggalkan kamar Aya setelah memberi kecupan pada kening dan kedua pipi Aya.
Pagi hari semua orang tengah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. "wah kalian udah mulai masuk sekolah aja." kata Aya pada kedua adiknya. " Iya kak. Hari ini kita sudah mulai masuk sekolah."
"Om aku kapan masuk kuliahnya."
"Minggu depan By. Om sudah urus semuanya nanti tinggal masuk aja. Om antar jemput kamu tiap hari."
"Aku bawa mobil sendiri. Boleh kan Mom."
"Ga boleh By. Bahaya, nanti kamu kenapa napa."
"Ih Om aku kan tanya Mommy."
"jangan bawa mobil sendiri sayang. Mommy trauma kamu kecelakaan dulu. Mommy ga mau kamu kenapa napa lagi."
"tapi mom..."
"Nurut ya. demi kebaikan kamu. Cukup sekali aja Mommy hampir kehilangan kamu karena kecelakaan itu. Jangan sampai terulang lagi."
kata Mommy sambil menitihkan air mata.
"Baik Mom. Maaf." jawab Aya mengusap Air mata Mommy nya.
"By temenin Om di kantor ya."
"Ga bisa Vin hari ini pembukaan klinik kecantikan dan butik kakak. Aya ikut sama kakak. Bahkan kakak udah siapin baju buat Aya."
"kok gitu."
"Ih biarin. Pokoknya Aya akan ikut kakak seharian ini. Aku Mommy nya Vin." jawab Mommy dan Alvin hanya pasrah.
Sosok wanita dan gadis cantik dengan dress biru laut selutut tengah duduk di sofa. "Capek sayang?" tanya Mommy setelah pembukaan butik dan klinik kecantikannya berjalan lancar. "Enggak Mom."
Mommy juga memperkenalkan Aya kepada karyawan dan temannya. Mereka tampak mengagumi kecantikan alami gadis itu. Begitu cantik tanpa make up. Tuhan memang melukisnya sedemikian rupa hingga parasnya begitu memikat. Mommy mengajak Aya untuk berkeliling melihat lihat. Beberapa karyawan yang mulai bekerja hari ini tak sungkan untuk menyapa dan Aya membalasnya dengan ramah.
"Sayang ada yang Ingin Mommy katakan." Ucap wanita itu begitu serius saat berada di ruang pribadinya. Mommy menggenggam tangan Aya menatap manik biru kehijauan gadis itu dengan lekat. Beberapa detik kemudian Ia memeluk Aya dengan erat. Badan wanita itu bergetar air matanya lolos begitu saja. "Jangan tinggalkan Mommy." katanya sambil sesenggukan.
Aya menepuk punggung Mommy nya pelan. Memberikan wanita itu ketenangan.
"Aku tidak akan meninggalkan Mommy. Mommy tenang saja."
"Kamu anakku sayang. Putri Mommy satu satunya."
"Iya Mom. Aku putri Mommy."
Pintu ruangan terdorong keras hingga terbuka sempurna. Pelukan mereka terlepas untuk menelisik siapa yang baru saja datang. Mommy menggenggam jemari Aya dengan erat tak membiarkan siapapun akan merebutnya. Sosok wanita memeluk Aya dengan erat.
"Sayang Mama tidak akan memisahkan mu dengan Mommy mu. Mama janji, Luangkan waktu dengan Mama. Karena Mama adalah Mama kandungmu. Setidaknya beri Mama kesempatan untuk memperbaiki segalanya." Kata Mama menangis tersedu sedu.
Aya melirik Mommy nya. Wanita itu mengangguk lemah. Keputusan ini Ia ambil dengan terpaksa meski Ia tak rela. Setidaknya ambisi Mama Aya akan sedikit mereda jika mendapat kesempatan untuk bersama anaknya. Aya menggelengkan kepala sementara Mommy menatapnya memohon. "Baiklah." kata Aya.
"Besok hari Sabtu aku Akan menginap di rumah Mama." lanjutnya lagi.
"Terimakasih sayang."
"Tapi Mama harus janji."
"Janji apa?"
"Mama akan tetap membiarkanku bersama Mommy."
"Iya Mama janji." Ucapnya berat.
Aya memeluk Mommy nya kembali setelah Mamanya pergi. "Aku tetap anak Mommy. Waktuku bersamanya tak akan sebanding dengan sedetik bersama Mommy."
"Terimakasih sayang." kata Mommy mengeratkan pelukannya.