Sungguh suatu keajaiban aku bangkit dari kematian setelah aku mati diracuni oleh mertuaku sendiri.
tubuh tak bernyawa ku di buang ke rawa-rawa yang letaknya jauh di pelosok yang terpencil.
Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa petir menyambar di area sekitarku, hingga membuat jantungku yang tadinya berhenti berdetak kembali berdetak.
dengan tubuh lemah aku berusaha keluar dari rawa-rawa, entah sudah berapa banyak tanaman berduri yang aku injak, aku tidak perduli, satu tekadku harus keluar dari tempat itu, hingga langkah kakiku terhenti di sebuah jalan beraspal, lalu tubuhku ambruk tak sadarkan diri.
Ketika ku sadar sudah berada di rumah sakit, dan betapa mengejutkannya aku ternyata pria yang menyelamatkanku yang juga seorang dokter mengatakan aku sedang hamil!!!!!!
Inilah kisah hidupku....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desire pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adrian
Dokter Adrian mengajak Jovanka dan ketiga anak-anaknya ke taman bermain yang tak jauh dari sekolah mereka, Ketiga nya nampak asik bermain tanpa memperdulikan seragam sekolah yang masih mereka pakai, Jovanka yang biasanya akan berteriak-teriak jika ketiga anaknya berguling-giling, ia hanya diam, sehingga ketiganya liar bermain hingga pakaian mereka kotor.
Adrian yang memperhatikan Jovanka sejak datang diam saja langsung menduga jika wanita yang ia cintai ini sedang banyak masalah, terlihat dari sosor mata yang menerawang jauh.
"Ayu, apa kamu ada masalah??" tanya Adrian lembut, walau nama Ayudia sudah diganti, namun Adrian tetap memanggil Ayu, ia tak mau memanggil Jovanka atau Anka seperti teman yang lain. Bagi Adrian Ayudia cocok di panggil Ayu, sesuai wajahnya yang memang ayu rupawan
"Ayu????" panggil Adrian memegang bahu Jovanka sehingga ia kembali ke alam sadarnya
"Ah Iya mas, maaf tadi bilang pa???" tanya Jovanka gelagapan
"Kamu kenapa, sejak tadi diam saja, biasanya ceriwis, lihat anak-anak kelihatannya sangat menikmati waktu bermain mereka" ucap Adrian menunjuk tiga bocah kembar yang sedang bermain jongkat-jangkit
"Astagfirullah, bayi-bayiku kotor sekali" ucap Jovanka yang lupa dengan pertanyaan Adrian langsung berlari kearah anak-anaknya
"Apa yang kalian lakukan?? kenapa pakaian kalian kotor sekali????"teriak Jovanka tanpa sadar membuat ketiganya mulai ketakutan, sedang Davina langsung menangis nyaring melihat mamanya marah
"Ah maaf sayang, mama tidak bermaksud memarahimu.
kenapa kalian main kotoran, nanti kuman masuk ke dalam tubuh kalian, lalu sakit" ucap Jovanka memeluk ketiga buah hatinya.
Emosinya kini sedang tak stabil karena memikirkan harus kembali ke kota kelahirannya, kota yang menyimpan kisah kelam hidupnya.
"Anak-anak, sebaiknya kita pulang, setelah mengantarkan mama kalian kembali ke kantor, nanti malam bagaimana jika kita makan ayam Kentucky????" tanya Adrian yang di sambut sorak Sorai ketiga batita kembar itu, mereka melupakan semuanya begitu cepat, hanya karena di janjikan makan Kentucky, keriangan mereka kembali dalam sekejap
"Papa the best" ucap Daffa
"Papa keren" ucap Daffi tak mau kalah memuji Adrian
"Papa telbaik" ucap Davina juga tak mau kalah dengan dua Kakak laki-lakinya
Jovanka menggeleng pelan, ia melihat bagaimana tiga bayi kecilnya itu menyogok Adrian dengan memujinya, sungguh bayi kecil yang licik, tahu cara berterima kasih. puji Jovanka dalam hati.
"Mas, jangan terlalu manjakan anak-anak.
Munggu kemarin kamu membelikan mereka mainan masing-masing satu, sekarang kamu akan membawa mereka makan Kentucky, aku khawatir mereka akan berlaku manja" ucap Jovanka tidak enak hati
"Aku tak keberatan, karena mereka juga anak-anakku. hanya ibu mereka belum memberi signal hijau padaku" ucap Adrian mengedipkan sebelah matanya
"Mas, kita sudah membahasnya, aku menghargai setiap yang kau lakukan padaku dan anak-anak.
Aku juga menyayangimu, tapi untuk cinta aku masih trauma mas.
Masa laluku terlalu kelam untukmu.
Kamu punya latar belakang baik dan orangtua yang terpandang.
Jangan kau kotor masa depanmu dengan berharap padaku, aku bukan wanita yang cocok untukmu.
Diluar sana banyak wanita yang beribu kali lebih baik dariku dan pantas untukmu" ucap Jovanka menundukkan kepalanya
"Bagiku kamu sempurna, dan anak-anak bukan aibmu, mereka permata mu, kamu baik dan cantik, hatimu secantik wajahmu.
Aku tak yakin bisa mendapatkan wanita sepertimu di luaran sana.
Please jangan mendorongku pergi, aku akan menunggumu sampai kamu bisa menerimaku" ucap Adrian tersenyum lebar
"Mas..."
"Sudah sebaiknya kamu cepat kembali ke kantor, atau kamu telat.
Nanti pulang kantor aku jemput, kita bawa anak-anak makan" ucap Adrian lembut.
Jovanka merasa sedih , ia tak tahu mengapa hatinya tidak bisa bergetar dengan kebaikan Adrian, mengapa ia tak bisa cinta dnegan pria sempurna itu, Jovanka makin di hantui rasa bersalah
"Mas, terima kasih"ucap Jovanka kemudian, ia mengecup pipi Adrian sebagai rasa terima kasih.
Jovanka memang menyayangi Adrian, tapi bukan cinta.
itu tidak cukup mengenangnya untuk menikahi Adrian.
Ia tak mau membohongi perasaanya sendiri.
Masih banyak yang belum ia raih, ia tak mau balas dendam yang ia rencanakan malah berantakan.
Ia harus balas dendam dengan ibu dan kakak tirinya, terutama wanita tua itu, wanita yang sudah meracuni dan membuangnya, ibu mertuanya.
Jovanka melambaikan tangan saat Adrian dan ketiga anaknya pergi meninggalkan halaman kantor Jovanka, setelah mobil mereka menghilang berbaur dengan kemacetan, Jovanka melangkah masuk ke dalam gedung kantornya.
Waktu berjalan cepat hingga jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Jovanka segera merapihkan mejanya, tak lama kemudian pesan singkat dari Adrian masuk, mereka sudah menunggu di lobby kantornya
"What??? lobby kantor??? bagaimana Adrian bisa menunggu disana???" Jovanka segera berlari turun ke lantai dasar.
Di perusahaanya tak ada yang tahu ia memiliki bayi kembar tiga, mereka hanya tahu Jovanka punya anak, namun suaminya sudah meninggal, apa yang akan mereka gunjing kan jika melihat Adrian secara terang-terangan menjemputnya dengan anak-anak
Melihat Jovanka keluar lift, ketiga bocah kembar itu langsung berlari membuat semua mata memandang kearah Jovanka dengan perasan takjub,
"Mamaaaaa"teriak ketiganya antusias, berebut minta di gendong oleh Jovanka
”Anka, itu anakmu?? astaga lucunya" ucap salah seorang teman kerjanya,
"Ya Ampun kamu tak pernah bilang jika punya anak kembar Anka" ucap yang lainnya
"Lucunya bolehkan akau mengambil foto mereka, mereka tampan-tampan dan cantik, persis papanya" ucap genit rekan kerjanya
Jovanka hanya bisa tersenyum canggung, ia tak mungkin mengatakan jika Adrian bukan papa nya anak-anak, itu akan melukai harga diri Adrian
Setelah teman-teman kerjanya puas memfoto ketiga buah hatinya, Jovanka langsung pamit pergi, karena ia tak ingin mereka banyak bertanya, yang utama adalah jangan sampi ada foto dirinya bersama anak-anak, ia takut jika seseorang yang kenal Jovanka akan mencelakai anaknya.
Jovanka meminimalisir kesalahan, dari
sesuatu yang tak terduga
"Jovanka suamimu tampan sekali, pantas anak-anakmu sangat tampan dan cantik, tapi ku pikir mereka tak mirip suamimu, mereka seperti Barbie, apa suamimu seorang pria bule??" tanya resepsionis di tempat kerja Jovanka, ia hanya tersenyum dan menggiring ketiga buah hatinya menuju parkiran di ikuti Adrian mengekor di belakangnya,
Sementara rekan kerjanya masih terpana dengan wajah tampan Adrian, bahkan ada yang tidak tahu malu mengedipkan mata pada Adrian
"Apakah kau senang menambah fans tuan Adrian Thomson ??? ucap Jovanka menggoda Adrian
"Tidak sama sekali nona Ayudia Larasati , bagiku wanita yang harus nya kagum padaku adalah kamu.
Mereka membuatku takut" ucap Adrian membuat tawa renyah Jovanka keluar, ia melihat wajah Adrian yang memerah dan betapa kikuknya ia saat rekan kerjanya bermain mata padanya
"Hahahaha" tawa Jovanka tak henti-hentinya sampai mengeluarkan air mata
"Papa, apa mama sebegitu senangnya papa jemput??" tanya Daffa yang terganggu oleh tawa mamanya
"Mama pasti suka" gumam Daffi menimpali
"Davina juga suka papa" tambah Davina membuat tawa Jovanka terhenti
"Pa bayi kecil mam yang cantik menyukai papa Adrian??” tanya Jovanka melihat putri kecilnya menatap berbinar pada Adrian
"Ya, suka papa, kata teman kalau suka bisa nikah, Devina mau papa nanti kalau besar" ucap Davina dengan suara nya yang lucu membuat Jovanka bengong dan tertawa sambil mengelus puncak kepala putrinya
"Lihat mas, satu lagi fans kecilmu" ucap Jovanka mencium pipi chubby putrinya
"Jika kau besar, papa sudah tua, apa kau mau sama kakek-kakek?" cibir Daffa dari kursi penumpang membuat Jovanka tertawa terbahak-bahak
"Astaga bayi-bayi ku sungguh menggemaskan"ucap Jovanka senang
"Papa hanya mencintai satu wanita yaitu mamamu, jadi maaf gadis kecil , papa hanya akan menikah dengan mamamu" ucap Adrian membuat tawa Jovanka terhenti, ia terbatuk-batuk tersendak Saliva nya sendiri
Adrian membuat putri kecilnya menangis dan ia merasa malu di depan putra-putranya yang menatap tajam ke arahnya.
Mereka tahu jika Adrian bukan papa kandung mereka. walau jovanka sudah mengatakan jika papa mereka meninggal, namun keduanya yakin jika mama mereka berbohong keduanya terlalu pintar untuk di bohongi oleh Jovanka, sayang Jovanka tidak mengetahui jika putra-putranya memiliki
Semua tokoh diceritakan saru satu
Banyak komflik juga..
Ada kocak
Ada nalar
Ada diluar nalar
Ada juga typo
Untuk typo, saya bisa maklumi, paling saya komen ngingetin typonya..
Saya maklumi, karena saya pribadi ga bisa bikin novel, bisanya baca dan nikmati..
Terimakasih atas karyanya ya thor..
Sukses selalu
2. saudara dan saudarinya
Tetap semangat thor😊
mungkin begitu ya thor..