Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangis Pecah
Saira menangis dalam diam, ia berjalan pelan ke arah mereka berempat sambil melepas tutup kepala serta maskernya.
"Mama ...," ucapnya dengan suara tercekat.
Mereka berempat yang sedang bersendau gurau dikagetkan oleh sebuah suara. Wawa melirik ke sebelah kanannya dan sedikit terkejut. Aksa dan Izora yang sedang berpegangan tangan menatap Saira dengan datar. Tidak ada rasa bersalah sama sekali terpatri di mata keduanya, sedangkan mertuanya menatap sinis.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Wawa dengan datar. Ia masih kecewa dengan putri kecilnya. Putri yang ia banggakan sudah menorehkan luka di hatinya serta di hati saudaranya sendiri.
"Lagi menemui teman, Ma."
Wawa kembali memusatkan perhatiannya pada makanan yang tersaji di depannya. Kini mertuanya menatap tak suka ke arahnya. Baginya, hanya Izora yang pantas mendampingi putranya bukan Saira. Di mata Melly, Saira tidak lebih dari seorang penganggu.
Di sana, Saira berdiri kikuk. Matanya bertemu pandang dengan Aksa yang menatapnya tajam. Kemudian beralih pada Izora yang menatapnya sinis. Perlahan ia undur diri dari sana tanpa berpamitan. Begitu berbalik arah, air mata langsung merembes membasahi pipinya. Napasnya tercekat, seolah banyak tangan yang mencekiknya dari belakang.
Ia berjalan ke sebuah danau, rasa sakitnya tidak lagi tertahan. Semua yang ia sayangi kini membenci dirinya.
"Ma, gimana kalau Saira ngadu sama Papa," ucap Izora khawatir.
"Papa kamu nggak akan mendengarkan dia. Kamu tenang aja," ucap Wawa menenangkan kegusaran putrinya.
Sebagai Ibu dari kedua putrinya, ia sudah jahat pada salah satu putrinya. Namun, semua ia lakukan karena rasa kecewanya yang tidak terbendung. Putrinya Izora bahkan pernah melukai dirinya sendiri setelah pernikahan putri keduanya berlangsung. Untuk itu ia berjanji akan membahagiakan putrinya bagaimana pun caranya.
"Iya, Sayang. Kan Papa benci banget sama Saira. Dia nggak akan berani macam-macam."
Aksa menimpali sambil tersenyum menenangkan.
Dari kejauhan, seorang pria mengepalkan tangan dengan erat. Matanya tampak sedikit merah. Ia memang membenci tindakan adiknya di masa lalu. Tapi ia tidak suka jika keluarganya menyakiti Saira—saudaranya sendiri. Ia pergi dari sana dengan perasaan marah.
Tatapannya tampak kosong, perlahan ia mendekat ke bibir danau. Ia masuk perlahan-lahan masih dengan tatapan kosong. Dinginnya air danau tidak membuatnya mundur. Bahkan tidak terasa sama sekali. Ia hanya ingin pergi sejauh yang ia bisa untuk menghilangkan lukanya.
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕