Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berapa Yang Harus Kubayar
Ammar tak berniat bertengkar apalagi berkelahi dengan lelaki yang ada dihadapannya ini. Biar bagaimanapun lelaki ini adalah kakak sang calon istrinya.
"Jangan berani main belakang, lelaki yang gentle itu berhadapan langsung dengan orangnya bukan main belakang seperti yang kau lakukan, itu tindakan seorang pecundang bro". ucapnya dengan tenang.
lelaki bermata sipit itu menatap garang pada sang calon kakak iparnya itu.
Umar dan Gibran berbalik ketika mendengar perkataan Ammar, dia bisa melihat jika keponakannya itu terlempar jauh karena hempasan kuat dari Ammar.
"Tidak usah ikut campur kau, aku tidak akan memberikan adikku kepada lelaki kere sepertimu". hinanya kepada ammar.
Dia tidak tahu saja lelaki dihadapannya itu adalah salah satu pengusaha muda yang sukses. Ammar memasukkan tangannya kedalam saku celananya dengan gaya cool yang menjadi khasnya.
"Memang berapa yang kau inginkan untuk melepaskan adikmu untuk kupinang??". Tanya nya dengan datar.
Ammar sadar jika kakak iparnya itu adalah manusia serakah yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, bahkan dengan menjual adiknya sekalipun.
"Oh ternyata anak orang kaya, boleh juga". ucapnya mengamati penampilan Ammar dengan seksama.
lelaki tampan bertumbuh tinggi dan atletis dan berkulit putih dengan pakaian lumayan serta jam tangan yang mewah menurutnya.
"Katakan saja, berapa uang yang kau inginkn agar melepaskan diri dari keluargamu??, terutama adikmu itu, karena saya dan ibu saya sudah berjanji akan meminangnya sesuai dengan amanah yang diberikan ibumu".
"Berikan saya mahar 1 milyar dan perhiasan emas 50 gram". ucapnya meremehkan.
Ammar menganggukkan kepalanya seakan tahu maksud dan tujuan lelaki biadab dihadapannya ini.
"Aku akan memberikanmu uang tunai satu milyar pas tanpa embel-embel , tapi kamu harus menandatangani surat perjanjian hitam diatas putih dan bersedia untuk meninggalkan keluarga dan tak akan mengusik mereka lagi terutama calon istriku, dan kau juga bersedia dipidakan jika melanggar perjanjian. Bagaimana?? Tanyanya dengan menantang
Mata Safwan berbinar mendengar perkataan calon iparnya itu, dia tidak perduli dengan keluarganya, apalagi sang adik perempuan yang tidak berguna menurutnya.
"Jangan kak Ammar, jangan turuti keinginan manusia biadab itu". teriak Safa dengan murka.
Dia tidak mau merepotkan calon suami dan juga keluarganya yang sangat menyayanginya itu.
Mendengar perkataan adiknya itu mata Safwan melotot sempurna, dia tidak akan membiarkan uang satu milyarnya melayang karena wanita sialan itu.
"Tidak usah banyak bicara kamu, turuti perkataanku jika kalian ingin menikah". hardiknya dengan keras.
dia berdiri dan akan menghampiri sang adik untuk memberinya pelajaran.
"Sekali kau melakukan sesuatu untuk melukainya akan kupatahkan tanganmu". Ucap Ammar dingin dan datar.
Semua orang yang ada disana bergidik ngeri melihat tatapan maut yang bahkan lebih seram dari milik Umar, dibalik slengeannya lelaki berkulit putih ini, dia bahkan bisa lebih keras dan seram dari sang kakak. pembawaannya yang hamble membuat orang yang melihatnya tidak akan percaya.
Mendengar perkataan yang datar dan dingin itu menyurutkan niat Safwan menghampiri sang adik. dia berbalik dan melihat mata elang membunuh dari seorang Ammar yang bahkan lebih dari sang kakak Umar.
"kak". ucap dafa memelas, memandang Ammar dengan tatapan memohon
"Biarkan saja Safa, aku memenuhi keinginanya, ini untuk kebaikanmu kedepannya. tenang saja aku akan bertanggung jawab penuh karena kamu calon istriku dan akan menjadi keluarga kami. Uang segitu tidak lebih berharga darimu bagiku.
"Benar yang dikatakan Ammar nak, biarkan dia menyelesaikannya karena yang akan dia berikan itu adalah uangnya sendiri". Shofiyah mengelus sang calon menantu untuk menenangkannya.
"Tapi Ummi, uang itu sangat banyak, kasihan kak Ammar ". Ucap Safa dengan sendu dengan rasa bersalah karena belum menikah, mereka sudah direpotkan seperti ini.
"Tenang saja, aku tak akan menyanggupinya jika aku tak mampu Safa". Ucapnya dengan lembut tanpa memandangnya karena dia juga menjaga pandangannya karena mereka memang belum menikah.
"Baiklah jika seperti itu keinginan kakak, aku tidak bisa melarangnya". Ucapnya dengan pasrah.
Dia merasa sangat bersalah dengan insiden yang terjadi. Sedangkan keluarga Gibran hanya memandang mereka tanpa melerai. mereka akan mengambil keputusan saat semuanya dalam keadaan tenang.
Mereka tidak menyadari jika ada gadis lain yang iri karena sang sepupu mendapatkan lelaki yang dia sangat sukai itu.
"Baiklah, datanglah ke notaris besok dan akan saya bawahkan uangnya, jangan pernah mangkir karena kami memiliki kakak seorang tentara dan polisi serta seorang pengacara jadi jangan coba-coba menipuku". Ucap Ammar dengan tegas.
"Aku akan menginap disini, sekaligus mengambil rumah ini dan menjualnya begitupun dengan tanah warisan ayah dan bunda". Ucapnya dengan sombong.
Mendengar perkataan sang kakak, Safa sangat murka.
"Jangan seenaknya, karena sebentar ada notaris yang datang untuk membaca surat wasiat bunda, jangan berbicara sembarangan". Nafas Safa tidak beraturan karena emosi.
"Apa maksudmu berkata seperti itu??, Aku ini anak lelaki mendapat bagian paling banyak dan kau hanya mendapatkan setengah dari bagianku". Hardiknya dengan sangat marah.
'Itu memang benar nak Safwan, itu berlaku ketika orang tua kalian tidak membagikan langsung atau memberikan surat wasiat tapi dalam kasus ibumu, itu tidak berlaku.
"Jangan ikut campur tante, anda tak berhak berbicara disini. Anda itu orang lain!!". Teriaknya kepada Shofiyah.
Ammar melangkah mendekati Safwan dengan murka. Dia akan menghajar lelaki sialan yang berani meneriaki ibunya.
Ibunya menghadangnya, dia sangat tahu jika Ammar seperti ini, dia tidak akan bisa mengendalikan dirinya apalagi jika menyangkut dirinya.
Shofiyah menggelengkan kepalanya tanda melarang sang anak untuk menghajar sang calon ipar itu.
"Apa yang kau lakukan??". Teriak Umar menghampirinya dengan wajah yang sangat merah. dia mengepalkan tangannya kuat-kuat akan menghajar lelaki kurang ajar pada ibunya.
"Berhenti disitu Umar Khoir Ahmad". Tekan sofiyah ketika melihat sang anak ingin kembali menghajar Calon iparnya.
"Ummi". Ucapnya dengan melas dan berhenti mendengar perkataan sang ibu.
"Tidak apa-apa nak, sabar yah, jangan luapkan emosimu menghadapi lelaki seperti itu, tidak ada gunanya". ucapnya dengan lembut kepada sang anak.
Umar dan Ammar menghampiri sang Ibu dengan wajah cemberut kemudian memeluknya karena dilarang olehnya, padahal mereka ingin menghajar lelaki sialan yang berani meneriaki ibu kesayangan mereka.
"Dasar lelaki lemah, baru digertak oleh orangtua lemah seperti itu saja langsung diam, kenapa?? tidak malu sama burung kalian itu??. ejeknya dan merendahkan.
Shofiyah melepaskan pelukan sang anak kemudian maju berjalan menghampiri lelaki itu.
Dia mengancingkan jaketnya dengan erat dan bersiap untuk menyerang lelaki ini. dia harus memberikan pelajaran kepadanya jika tidak semua perempuan itu lemah seperti perkataannya.
Bugh". Tendangan maut dia berikan kepada lelaki yang menghina anaknya dan menantunya ini.
Safwan terlempar mendapatkan tendangan pada wajahnya oleh shofiyah. Wajahnya penuh darah dan ada giginya rontok karena tendangan keras itu.
"Tidak semua perempuan lemah, sejak tadi aku diam untuk memberikanmu kesempatan, tapi kelihatannya memang kau harus di beri pelajaran. Ucapnya datar.
"Saya melarang anak-anak menyerangmu karena kemampuanmu yang tidak sebanding dengan mereka dan itu tidak adil".
"Bahkan jika kau menuntut dimanapun, surat wasiat itu akan sah dan dipidanakan secara hukum". ucapnya dengan tangan mengepal.