Menurutku dia adalah wanita hebat, di lihat dari segi sudut yang tepat. Tapi tidak semua orang memandang dari segi yang sama. Karena keberadaannya yang di takdirkan lahir dari seorang ibu yang merupakan germo di sebuah club malam.
Membuat semua orang memandang remeh, dan rendah. Namun, atas kemampuannya dalam bermain billiard cue, ia aman dari keinginan laki-laki untuk meraup tubuhnya yang sexy. Bahkan mereka hanya mampu mengelap ludah melihat kecantikan Aneska.
Begitu pun dengan lelaki yang akan menjadi calon suaminya yang selalu memandang buruk tentangnya.
Lelaki yang kaya dan juga dingin, banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya. Tuan muda Arya Brasetyo, yang terlahir dari keluarga Kaya se- Asia harus bertemu dengan wanita serendah Aneska, menurutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Riskiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan memandang sebelah mata.
" Din, mampir dulu ke tukang nasi goreng!" Perintah Brasetyo yang berada di samping Arya.
Mereka baru saja datang menyelesaikan urusan bisnis di luar. Arya merasa tidak mengerti dengan selera sang kakek tersebut. Arya tidak bergeming dan hanya menghela nafasnya. Ia tidak mampu melarang dan melawan kemauan Brasetyo.
" Baik tuan!" Ucap sang supir.
" Wah, akhirnya dia menjual juga. Lihatlah, ramai betul. Ar, kau juga tidak sekali memesan nasi goreng?" Ucap Brasetyo ketika mobil ferrari tersebut sampai di jalan pedagang kaki lima berada.
" Tidak, aku sudah kenyang!" Ucap Arya fokus bermain ponsel mahalnya dan menolak tawaran kakeknya karena Arya berfikir jika semua pedagang kaki lima menjual makanan kotor.
" Tuan, biar saya yang orderkan!" Ucap Udin yang merupakan supir mereka.
" Tidak perlu din. Kau tunggu disini saja. Aku ingin melihat bagaimana tangan dia bisa menghasilkan nasi goreng lezat seperti itu. Aku sudah sangat lama penasaran!" Jelas Brasetyo bergegas turun dari mobilnya.
Brasetyo berjalan menghampiri pedagang kaki lima tersebut, lalu ia melihat wanita yang tidak asing juga sedang membeli nasi goreng yang sama, dia adalah Aneska.
" Hahaha, bang Parto ini bisa saja." Ucap Aneska sambil tertawa.
Semenjak tadi Aneska sedang menunggu orderan nasi gorengnya yang sedang di masak sambil sesekali bercanda dengan pedagang nasi goreng yang di panggil bang Parto oleh Aneska.
" Saya juga mau nasi gorengnya dua!" Ucap Brasetyo yang baru saja datang, memesan nasi goreng.
Aneska mengingat pria tua di sampingnya itu, pria tua yang pernah di tolongnya. Aneska tersenyum, seperti biasanya senyumannya tidak pernah digubris. Aneska melihat lutut Brasetyo, Aneska cukup lega melihat kaki Brasetyo berjalan lancar kembali. Walaupun Brasetyo merupakan orang lain, Aneska cukup peduli. Sisi baik yang tersembunyi di dalam Aneska yaitu juga sikap peduli terhadap orang lain.
" Wah, maaf tuan. Nasi gorengnya sudah habis. Ini yang terakhir punya mbak Anes!" Jelas Parto sambil mengayak-ngayak nasi yang di goreng menggunakan patula.
" Duh, masak gak ada lagi? Dari semalam aku pengen nasi goreng anda. Jujur nasi goreng anda sangat lezat!" Ucap Brasetyo menelan ludah mencium aroma wangi rempah yang di timbulkan oleh nasi goreng yang tengah di masak oleh Parto.
Aneska yang mendengarnya, cukup kasian melihat Brasetyo. Namun, Aneska juga sangat lapar dan semenjak tadi menginginkan nasi goreng bang Parto.
" Gakpapa bang, punya Anes bagi saja sama kakek itu!" Bisik Aneska kepada Parto.
" Tapi mbak, kan mbak mulai tadi nungguin." Ucap Parto merasa kasian dengan Aneska yang telah lama menunggu, dimana Aneska malah memberikannya kepada Brastyo.
" Gakpapa bang, besok kan aku bisa beli lagi ke abang! Besok aku datang lebih awal ya!" Jelas Aneska.
" Wah, mbak Anes ini baik banget!" Ucap Parto tersenyum dan kagum dengan Aneska.
" Kek!!!!" Teriak Parto kepada Brasetyo yang bergegas menuju mobilnya dengan kecewa. Brasetyo menoleh dan merasa ada yang memanggilnya.
" Kek, jadi kan beli nasi goreng? Mbak Anes gak jadi beli. Dia bilang buat kakek aja!" Jelas Parto memberitahu kepada Brasetyo.
" Siapa wanita itu? kenapa dia sangat baik? " Batin Brasetyo yang menatap Aneska yang berjalan menjauh pergi.
" Ia.Ngomong-ngomong apakah anda kenal dengan wanita itu?" Jelas Brasetyo akhirnya penasaran dengan Aneska. Karena ini sudah kedua kalinya Aneska menolongnya.
" Ia, kenapa kek? cantik ya? Lah wongan rumah dia dekat. Tuh disana ada club malam." Jelas Parto. Brasetyo hanya tersenyum tipis.
"Benar dugaanku, dia adalah wanita malam." Batin Brasetyo merasa tidak salah menerka.
Disisi lain Arya sudah lama menunggu Brasetyo di dalam mobil, ia sangat bosan menunggu sang kakek.
" Apa yang sedang kakek lakukan?" Ucap Arya menurunkan kaca mobilnya sambil mengintip Brasetyo.
" Aku bosan menunggunya, apakah dia sedang mewawancari pedagang itu? Din, lihatlah kakekku. Suruh dia cepat datang. katakan jika hari sudah cukup malam, lanjutkan wawancaranya besok saja! Katakan itu!" Jelas Arya cukup kesal menunggu lama.
" Baik tuan!" Ucap Udin segera turun dari mobil dan menjemput Brasetyo. Udin selalu bergidik melihat tuan mudanya marah tidak berani membantah.
Beberapa menit kemudian Brasetyo akhirnya membawa bungkusan nasi goreng.
" Kakek, menunggu di restoran berkelas saja tidak selama ini! Kenapa kakek sangat lama?" Tanya Arya mengeluh.
" Hahaha....Karena ini spesial, bagaimana kita bisa mendapatkannya dengan mudah! Din, kita lalu jalan ini." Ucap Brasetyo menunjuk jalan.
" Spesial apanya! Selera kakek sangat rendah! Mau kemana lagi?" Tanya Arya heran.
" Pulang! Bukankah kau sendiri yang sudah tidak sabar ingin pulang!" Jelas Brasetyo bergegas naek duduk di sebelah Arya di kursi belakang.
" Jalan ini lebih cepat sampai ke rumah!" Ucap Brasetyo. Brasetyo hanya beralasan agar bisa melihat club malam yang di katakan oleh Parto.
"Ternyata disini ada club malam juga! Pasti ini club malam yang tak ada izin. Lihatlah wanita-wanita itu, menjual mahkotanya hanya untuk para lelaki hidung belang! " Batin Arya.
Arya melihat club malam tersebut, melihat gadis-gadis yang berkeliaran disana. Terlihat juga Aneska yang baru sampai di club malam.
" Benar, disini ada club malam. Aku cukup penasaran dengan wanita itu. Ternyata dia wanita cantik dan baik." Batin Brasetyo sambil memandang club malam itu, Aneska yang menyadari mobil yang dinaiki Brasetyo hanya tersenyum.
" Untuk apa wanita itu tersenyum kepada kakekku? Ih..dasar wanita jalang! bukankah wanita itu juga membeli nasi goreng di sana bersama kakek? Tapi, apakah dia hanya menggoda penjual nasi goreng itu? Lihatlah, dia bukan membeli, dia membawa tangan kosong. Pasti dia juga berusaha menggoda kakek? Dengan kakekku pun dia mau! " Batin Arya kembali menerka- nerka.
" Awas kek, senyuman wanita itu berbisa!" Timpal Arya mengingatkan Brasetyo.
" Bagaimana kamu bisa tau Ar? Apakah kamu menemukan Viona disini juga?" Celetuk Brasetyo sengaja menyangkut pautkan dengan Viona yang tidak ia sukai.
" Please kek, jangan fikir Viona sejelek itu! Bagaimana mungkin wanita berkelas dan lulusan universitas harvard seperti Viona di temukan di club malam seperti ini! Viona adalah wanita impian semua lelaki. Aku cukup beruntung mendapatkan Viona!" Jelas Arya membela kekasihnya yang sangat Arya cintai.
" Bukan berarti kau bisa bahagia dengannya! Bukan karena kedudukannya yang tinggi, bisa menentukan orang itu baik Ar. Bahkan nenekmu dari keluarga sederhana. Namun, nenekmu mampu menghargai kakek dan mencintai kakek dengan tulus." Jelas Brasetyo membanggakan almarhum istrinya.
" Itu berbeda lagi ceritanya kek. Viona juga baik dan kita saling mencintai. Wajah cantik dan otaknya yang jenius itu merupakan anugrah plus dari tuhan. Arya tidak melihat dari luarnya saja. Arya sudah mengenal Viona sudah cukup lama. " Jelas Arya. Brasetyo hanya terdiam tanpa mau mendengarkan Arya yang buta akan cinta.