NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Alena or Arum?

Aroma kopi hitam dan roti panggang seharusnya memenuhi ruang makan besar keluarga Argantara dengan kehangatan. Namun yang terasa hanyalah dingin, dingin yang berasal dari tatapan-tatapan tajam, dari kata-kata yang tak pernah diucapkan tapi terasa menggantung di udara.

Meja makan panjang dengan taplak putih dan vas mawar merah di tengahnya tampak begitu rapi dan mewah. Pelayan berdiri di sisi dinding, siap melayani, tapi tak satu pun berani bersuara.

Arum duduk di samping Reghan, menjaga jarak yang sopan. Dia menunduk, sibuk dengan piringnya, mencoba tidak memperhatikan suasana tegang di sekeliling.

Sementara di seberangnya, Alena duduk di sisi Elion tangan mereka bersentuhan, namun pandangan mata Alena bukan untuk Elion, melainkan untuk Reghan. Tatapan itu dingin, tapi penuh gejolak. Dia seperti berusaha mencari sesuatu di wajah Reghan mungkin perhatian, mungkin sisa rasa yang dulu pernah ada. Namun pria itu tak menoleh sedikit pun, hanya sibuk dengan sendok sup di tangannya.

Alena lalu melirik Arum. Senyum tipis terukir di bibirnya senyum yang lebih mirip ejekan. Arum sempat mengangkat wajah, membalas senyum itu dengan sopan. Tapi balasan Alena hanyalah helaan napas malas dan tatapan merendahkan. Keheningan itu akhirnya pecah ketika suara berat Tuan Argantara menggema di ujung meja.

“Sebelum kalian semua pergi, ada hal yang ingin aku bicarakan.”

Maya menegakkan duduknya, Elion mengangkat kepala, sementara Reghan hanya diam, rahangnya mengeras. Tuan Argantara meletakkan sendoknya, menatap ke arah Reghan dan Elion bergantian.

“Perusahaan kita sedang dalam masa penting. Aku tidak bisa terus menunggu pemulihanmu, Reghan,” katanya pelan namun tajam. “Untuk sementara waktu, aku memutuskan menunjuk Elion menggantikan posisimu sebagai CEO.”

Suara sendok Reghan terhenti di udara, ruangan mendadak hening. Elion menunduk pura-pura sopan, tapi senyum tipis di sudut bibirnya tak bisa disembunyikan. Maya menatap suaminya dengan ekspresi yang sulit ditebak antara puas dan khawatir.

Sementara Alena, yang duduk di samping Elion, hanya memandang Reghan dengan tatapan yang samar-samar seperti ingin tahu reaksi yang akan muncul. Reghan perlahan menatap ayahnya.

“Jadi, begitu mudahnya janji itu dilupakan?” suaranya pelan, tapi dingin dan tajam. “Dulu, Ayah sendiri yang bilang … apa pun yang terjadi, perusahaan itu akan tetap di tanganku.”

Tuan Argantara menatapnya dengan ekspresi datar. “Kau tidak bisa memimpin dari kursi roda, Reghan. Perusahaan butuh pemimpin yang kuat, bukan seseorang yang terus terjebak masa lalu.”

Nada itu, bagi Reghan, terdengar seperti cambuk di wajahnya sendiri. Tangan kirinya mengepal, sendok sup di tangan kanannya bergetar keras.

“Jadi ini maksud kalian?” gumamnya dengan suara berat. “Menghapusku perlahan, satu per satu, mulai dari meja ini?”

Oma Hartati yang duduk di sisi kiri Arum mulai menegakkan tubuhnya. “Argantara, tidak seharusnya hal seperti ini dibahas saat sarapan,” katanya tegas. “Kau tahu betapa sensitifnya hal ini bagi Reghan.”

Namun sudah terlambat, Reghan mengangkat tangan, dan dalam satu gerakan tiba-tiba, mangkuk sup ayam di depannya terlempar ke lantai. Cairan panas tumpah, piring-piring berderak, suara benturan memenuhi ruangan. Semua pelayan terpaku, Maya menjerit pelan. Alena justru tersenyum, senyum tipis, penuh kepuasan. Arum terlonjak, segera mendekat.

“Tuan, tolong tenangkan diri dulu,” bisik Arum lirih, mencoba menahan tangan Reghan yang bergetar di atas meja. Namun tatapan mata pria itu dingin, sangat dingin sehingga membuat darah Arum seolah berhenti mengalir.

“Jangan sentuh aku.” Suaranya datar, tapi tajam, seperti pisau. Arum sontak menunduk, melepaskan genggamannya perlahan.

Reghan menatap ayahnya dengan napas tersengal. “Jadi, semua ini rencana kalian? Meniadakan aku pelan-pelan, menjadikanku tamu di rumah sendiri?”

Tuan Argantara tidak menjawab. Hanya diam, dan itu jauh lebih menyakitkan daripada kata apa pun. Maya berdeham pelan, berusaha mencairkan suasana.

“Kau tidak perlu berpikir sejauh itu, Reghan. Elion hanya sementara menggantikanmu. Kau harusnya berterima kasih karena adikmu bersedia membantu.”

Nada lembutnya terdengar menenangkan di permukaan, tapi di telinga Reghan, itu hanyalah racun yang dibungkus madu.

Elion tersenyum kecil, berusaha tampak tulus. “Benar, Kak. Aku hanya ingin membantu. Semua orang tahu kau lebih berpengalaman, tapi sementara kau fokus pemulihan...”

“Diam!”

Bentakan Reghan memecah udara. Tangan kirinya menghantam meja hingga gelas bergetar. Arum refleks menarik tangannya ke pangkuan, jantungnya berdegup kencang. Suasana membeku, tak seorang pun berani bergerak. Hanya Oma Hartati yang bersuara, tenang tapi tegas.

“Cukup, Argantara, aku mohon, jangan bahas hal ini lagi. Aku tidak ingin melihat cucuku kehilangan harga dirinya di depan banyak orang.”

Tatapan tajam wanita tua itu menembus ke arah Tuan Argantara. Tuan Argantara akhirnya menunduk sedikit, mencoba mengendalikan situasi.

“Baiklah, kita bicarakan nanti di ruang kerja.”

Tapi Reghan sudah lebih dulu menggerakkan kursi rodanya, menabrak kaki meja tanpa peduli, lalu berbalik meninggalkan ruangan.

“Reghan!” panggil Oma Hartati dengan nada cemas.

Arum yang duduk di sampingnya langsung berdiri, mengikuti pria itu.

“Arum, biarkan saja,” kata Maya, suaranya tenang tapi matanya menyipit sinis. “Dia hanya butuh waktu sendiri.”

Namun Arum tidak mendengarkan. Ia sudah melangkah cepat, mengejar Reghan yang meluncur ke arah taman belakang dengan wajah kelam. Begitu mereka berdua menghilang di balik pintu kaca, Alena bersandar di kursinya, senyum samar muncul di bibirnya. Dia menyendok sedikit sup yang tersisa, lalu menatap ke arah pintu keluar itu lama.

“Elion,” katanya pelan, “kau yakin dia hanya butuh waktu?”

Elion menoleh, suaranya nyaris seperti bisikan.

“Kau tak perlu mencemaskan Reghan. Tapi jangan coba-coba bermain api di depannya.”

Senyum Alena melebar, penuh arti. “Kau lupa, aku pernah terbakar olehnya.”

Oma Hartati memejamkan mata, menahan napas panjang. Ia tahu, pagi ini hanyalah awal dari badai besar yang belum reda. Sementara di taman belakang, Arum menemukan Reghan berhenti di bawah pohon kamboja tua. Pria itu memandangi bunga-bunga putih yang gugur di tanah, bahunya tegang, matanya gelap.

“Reghan…” panggil Arum pelan.

Pria itu tak menoleh.

“Pergilah,” ucapnya dingin. “Kau tidak perlu pura-pura peduli.”

“Aku tidak pura-pura,” jawab Arum lembut. “Aku hanya tidak ingin orang-orang melihatmu hancur.”

Kata itu membuat Reghan menoleh, menatapnya dengan pandangan tajam yang bergetar di tepi emosi. “Aku sudah hancur sejak lama, Arum. Dan kau … hanya bagian dari reruntuhannya.”

Arum terdiam, angin pagi meniup rambutnya, membuat helai-helai hitam itu menari di depan wajah. Ia tahu, cinta tak bisa tumbuh dari luka yang belum sembuh. Tapi di balik kemarahan Reghan, ia juga merasakan sesuatu yang lain sebuah kesepian yang sangat dalam, seperti jiwa yang terperangkap di antara harga diri dan rasa sakit.

Dengan suara nyaris berbisik, Arum berkata,

“Kalau begitu, biarkan aku bantu kau berdiri … meski hanya satu langkah.”

Reghan menunduk, tidak menjawab. Tapi untuk pertama kalinya, tangannya yang dingin tak menepis tangan Arum ketika menyentuh bahunya. Dari kejauhan, Alena yang berdiri di balkon lantai dua memandangi mereka dengan mata berkilat. Dan senyum di wajahnya perlahan memudar, berganti dengan tatapan iri yang menusuk.

1
Asyatun 1
lanjut
Kar Genjreng
luka batin Arum sangat dalam,,,, walaupun reghan berniat baik tulus iklas dan siap menerima risiko apa pun. ,,,tapi hati dan raga Rumi masih sangat sakit berlipat bahkan,,ya butuh proses,,
siti maesaroh
semoga ada jln lain buat sembuhin revan,, biar bisa hidup brsma arum
siti maesaroh
basi dg omongsnmu han g bs dipecat dr dulu mau melindungi arum nyatanya nihil, skrg bilang gitu jg alah omong ksong
siti maesaroh
kamu kn emang tolol han ,,makanya arum dh g prcya lg sejak saat itu
siti maesaroh
g usah tanya apa yg dilalui arum han mata.km buta kali udah tahu pasti susah hidup tanpa kluarga,punya suami pun pekok kyak km
siti maesaroh
g usah sok peduli km han tk tonjok mulut mu ntar , km bilang orang tua macam apa ninggalin anaknya diruang inap, lahh km suami macam apa biarin istrinya dituduh tanpa bukti dn dicambuk, dsar bjingan km han
siti maesaroh
ihh ngapain lg ktemu penjahat yg memberi putusan hukuman pd mamamu revan g suka bngt aku
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
siti maesaroh
udahlh arum km pergi jauh aja, aku nyesek lihat nasibmu disitu 😢😢
siti maesaroh
dasar brngs3k itu reghan , udah tau beristri ngapain nolongin alena yg g tau diri itu
Aisyah Alfatih: sabar kak ayo sarapan dulu, marah2 juga butuh tenaga 🙈🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!