Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Debat
"Kakak kenapa menatapku seperti itu. Apa Kakak memikirkan suatu hal yang buruk tentangku?" tanya Vanisa.
"Aku hanya heran saja dengan tiba-tiba kamu membahas masalah perceraian. Kamu biasanya tidak pernah membahas hal-hal seperti ini. Jadi bukankah wajar jika aku memikirkan sedikit negatif," jawab Mitha.
"Tapi aku hanya bertanya saja dan tidak ada maksud yang lain," ucap Vanisa.
"Syukurlah kalau kamu tidak punya pikiran seperti itu. Aku tahu Vanisa dalam rumah tangga itu memang sangat tidak mudah, rumah tangga yang 1 tahun 2 tahun 3 tahun akan mengalami naik turun. Terkadang dalam pasangan suami istri juga ada jenuhnya dan selalu merasa kurang atau banyak mau. Tetapi kembali lagi tergantung pada diri kita sendiri bagaimana menyikapi diri kita untuk pasangan kita,"
"Aku bukan menceramahi kamu atau memberi pesan. Kita sama-sama masih baru dalam pernikahan dan aku hanya berusaha melakukan yang terbaik sebagai seorang istri dan memahami pasanganku untuk menjalani rumah tangga kami. Dengan aku yang sebagai pengacara yang sudah menemukan sangat banyak sekali kasus perpisahan dalam rumah tangga yang membuatku belajar dan bukan malah ikut-ikutan," ucap Mitha yang memberikan sedikit masukkan kepada Vanisa.
"Iya Kakak benar!" sahut Vanisa dengan tersenyum.
"Huhhh! Aku terlalu banyak mengobrol," ucap Mitha yang melihat arloji di tangannya.
"Aku sudah hampir telat. Aku harus pergi. Aku titip Mahira ya. Kalau ada apa-apa kamu tinggal kabari aku saja," ucap Mitha.
"Iya. Kakak hati-hati," jawab Vanisa.
Mitha yang berpamitan pada putrinya itu dengan mencium lembut Mahira. Sudah sangat biasa ditinggalkan oleh Mitha yang membuat Mahira tidak menangis sama sekali.
"Aku boleh, kan. Membawa Mahira keluar nanti?" tanya Vanisa sebelum Mitha keluar dari Apartemennya.
"Boleh," jawab Mitha yang langsung pergi.
Vanisa tersenyum dan melihat ke arah Mahira yang punya dunianya sendiri bermain dengan bola-bola yang mengeluarkan suara itu.
"Andai pernikahan ini adalah pernikahan yang waras. Mungkin aku sudah menjadi seorang ibu dan akan melihat perkembangan anakku dan tidak kesepian seperti ini," batin Vanisa yang terus memperhatikan Mahira begitu tulus.
Dia sangat begitu excited sekali jika Mahira sudah bersamanya.
"Dratttt-dratt-drattt-drattt!"
Vanisa yang melihat ponselnya dengan kontak nama ibu mertua. Vanisa menghela nafas dan langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Kamu di mana?"
"Di rumah,"
"Kerumah sekarang!" titah Lara dengan suara datar.
"Tapi aku sedang bersama Mahira," jawab Vanisa.
"Apa jika bersama Mahira kamu tidak bisa menemui saya?" tanya wanita itu yang terdengar suaranya begitu ketus.
"Baiklah!" Vanisa yang tidak bisa menolak.
Tut-tut-tut-tut-tut-
Telpon itu langsung dimatikan secara sepihak yang membuat Vanisa kembali menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan. Wajah tampak lelah menghadapi orang-orang yang berada di sekitarnya. Dia merasa sangat tertekan yang apa-apa diperintah dan tidak memiliki kebebasan sendiri.
Vanisa menghampiri Mahira.
"Sayang kita harus pergi. Nanti kita lanjut main," ucap Vanisa dan anak itu hanya diam saja yang tidak mengerti apa yang dikatakan Vanisa yang mana Mahira masih sibuk bermain.
**
Mobil yang di kendarai Vanisa berhenti di salah satu Restaurant mewah di pusat kota. Sejak tadi Vanisa menyetir sendiri dan tidak lupa membawa Vanisa yang lengkap dengan tempat duduk bayi yang diletakkan di belakang. Vanisa memang sudah sangat terbiasa membawa Mahira. Jadi semua alat-alat di dalam mobil untuk kenyamanan Mahira juga sudah disediakan.
"Pasti capek sekali ya, sampai ngantuk seperti itu," ucap Vanisa dengan menoleh ke belakang yang mengajak bocah cantik itu berbicara Mahira menganggukkan kepala dengan tertawa cengengesan yang mulutnya ingin berbicara banyak.
Anak seusia Mahira memang masih meraba-raba dalam berbicara. Jadi kerap kali banyak yang ingin dia omongkan tetapi belum bisa keluar dari mulutnya. Vanisa yang tidak membuang-buang waktu langsung keluar dari mobil dan membawa Mahira juga ikut keluar.
Vanisa berjalan mengikuti langkah anak kecil yang masih tertatih-tatih itu dengan tangannya yang tidak lepas dari genggamannya dan sampai pelayan mengantarkan Vanisa ke salah satu ruangan VIP dengan pintu yang dibuka yang ternyata dia bukan hanya bertemu dengan Lara Ibu mertuanya dan di sana juga ada Sarah.
"Nenek!" kata itu langsung diucapkan Mahira ketika melihat orang yang dia kenal.
"Mahira kemari sayang!" Lara yang keluar dari tempat duduknya yang berjongkok dengan mengulurkan kedua tangannya menunggu Mahira berlari menghampirinya dan memeluknya.
"Mahira sudah makan?" tanya Lara.
"Sudah!" jawabnya dengan lancar yang membuat seorang Nenek pasti sangat senang sekali jika melihat perkembangan cucunya yang semakin pintar berbicara.
Tetapi wajah Sarah tampak sewot dengan ujung bibirnya yang naik. Dia terlihat tidak suka dalam situasi itu. Sementara Vanisa yang sudah menarik kursi dan duduk di samping Sarah.
"Pelayan tolong ambilkan kursi untuk cucu saya!" titah Lara pada pelayan yang sejak tadi berdiri di depan pintu. Pelayan itu menganggukkan kepala dan mengambilkan kursi yang khusus untuk anak seusia Mahira.
Vanisa juga langsung dihidangkan minuman dengan Vanisa yang mengaduk-ngaduk minuman itu menggunakan sedotan.
"Kamu tahu sendiri Vanisa sebentar lagi peresmian Perusahaan akan laksanakan. Arvin akan dinobatkan menjadi pengusaha termudah yang terpilih yang sudah bersaing dengan banyaknya para pengusaha yang hebat-hebat. Jadi saya meminta sama kamu untuk tidak melakukan kesalahan apapun yang akan menghambat semua ini. Kamu harus tahu dalam situasi yang panas seperti ini. Para pesaing berlomba-lomba mencari sedikit saja celah dari Arvin dan jika kamu ceroboh. Maka Arvin tidak akan mendapatkan posisinya!" ucap Lara yang langsung berbicara to the point yang mungkin itu tujuan dia menemui Vanisa.
Vanisa tidak menjawab yang hanya mengaduk-aduk minumannya.
"Bagaimana mungkin Vanisa akan melakukan kesalahan apapun. Apapun yang dia lakukan tidak akan ada yang peduli. Orang-orang juga tidak tahu bahwa dia adalah istri dari Arvin," sahut Sarah.
"Apa kamu ingin saya mengumumkan kepada semua orang. Jika Vanisa adalah istri Arvin yang sebenarnya?" tanya Lara yang sangat mengerti dengan sindiran dari besannya itu.
"Lalu sampai kapan Vanisa akan terus disembunyikan. Kenapa kalian tidak juga mempublikasikan Vanisa. Arvin dan Vanisa sudah menikah 3 tahun!" sahut Sarah dengan tegas yang hanya ingin kejelasan status dari putrinya.
"Jadi tolong kalian pikirkan bagaimana anak saya yang tidak dipublikasikan. Mau sampai kapan kalian melakukan ini?" tanyanya lagi yang paling menatap dengan Lara.
"Jangan tanya saya. Tetapi tanyalah pada menantumu," jawab Lara.
Kepala Vanisa terangkat dengan dahi mengkerut saat mendengar pernyataan Ibu mertuanya itu.
"Apa maksudnya. Apa anda ingin mengatakan bahwa selama ini yang tidak ingin mempublikasikan hubungan pernikahan ini adalah Arvin?" tanya Sarah memastikan.
"Lalu selama ini kau berpikiran. Jika aku yang menahan semua ini?" Lara kembali bertanya.
"Aku sangat tidak punya pekerjaan untuk melakukan hal-hal seperti itu. Kami keluarga yang terpandang memiliki kualitas dan bukan berurusan dengan hal kampungan!" tegas Monica.
"Apa maksud Anda kampungan. Keluarga kami juga adalah keluarga yang terpandang. Suami saya seorang pengusaha kaya raya. Jadi Anda bisa menjaga sikap berbicara kepada siapa," sahut Sarah yang merasa tersinggung.
"Suami Anda dan bukan Anda," jawaban menu hok itu yang diberikan Lara.
Bersambung......
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍