"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"
Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.
Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.
"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren
"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Sheila langsung masuk ke apartemen dan mencari keberadaan Galang. Pria itu sedang memainkan ponselnya saat dia masuk.
"Kau tau apa yang aku lakukan tadi di rumah Darren?" tanya Sheila dengan suara terbata-bata karena menahan amarah.
Dari dalam taksi tadi dia sudah tak sabar ingin mengatakan semuanya pada Galang. Dia ingin pria itu bisa menggagalkan gugatan cerai Adara. Sekarang dia baru sadar jika Galang tak ada apa-apanya dibandingkan Darren.
Dia mau berselingkuh dengan Galang karena royalnya pria itu memberinya uang, tapi sekarang dia baru tahu jika semua bukan milik pria itu. Galang tak ada kekuasaan apa pun dan tak ada memiliki satu pun kekayaan yang bisa dibanggakan.
"Apa kau sudah mengatakan kalau kau sedang hamil anaknya?" Bukannya menjawab pertanyaan Sheila, Galang justru balik bertanya.
"Darren tak percaya dengan apa yang aku katakan. Dia bukan pria bodoh seperti yang kau pikirkan. Dan kau tau apa yang aku lihat di sana? Adara istrimu bermain dengan Fuji putri anakku. Mereka terlihat sangat akrab. Saat aku bertanya apa hubungan mereka, Darren menjawab jika dia dan Adara saat ini sedang menjalin hubungan serius!" seru Sheila dengan terengah-engah karena berkata dengan cepat.
"Apa ... Adara dan Darren menjalin hubungan?"
Sheila menjawab dengan anggukan kepala. Dia lalu memilih duduk di dekat Galang. Dia tampak termenung. Rasanya tak percaya dengan apa yang dia lihat tadi. Darren memperlakukan Adara dengan mesra, seperti saat mereka pertama menikah.
Baru Sheila merasakan penyesalan karena telah berselingkuh. Apa lagi setelah melihat sikap Galang yang sedikit temperamen. Berbeda dengan Darren yang lebih lembut.
"Apa Adara atau Darren sengaja melakukan itu untuk membalas sakit hatinya pada kita?" tanya Galang.
Sheila yang sedang melamun menjadi sedikit terkejut. Dia lalu memandangi Galang sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku pikir juga begitu. Pasti dia hanya menjadikan Darren sebagai sarana balas dendam. Darren harus tau ini. Aku harus mengingatkan dirinya kalau Adara tak mungkin mencintainya. Dia hanya ingin menjadikan pria itu sebagai pelarian saja. Pria sebaik Darren tak pantas dipermainkan!"
Galang sepertinya tak setuju dengan apa yang Sheila katakan. Dia mengenal betul siapa istrinya. Dia justru berpikir sebaliknya, takut Darren memanfaatkan kebaikan Adara.
"Adara tak mungkin punya pikiran begitu. Dia selalu berpikir positif. Buktinya, perselingkuhan kita baru dia ketahui setelah satu tahun. Itu juga karena salahmu!"
"Kenapa jadi salahku?" tanya Sheila. Dia tak terima jika disalahkan dalam hubungan terlarang ini. Mereka berdua sama-sama salah.
"Karena kau yang selalu menggoda di kantor. Sudah sering aku katakan, tahan dulu napsu'mu itu. Tapi kau selalu saja beralasan jika tak akan ada yang tau dan mau tau. Dan kau juga sangat ceroboh. Kanapa bajumu bisa tertinggal di kamar itu. Adara jadi memiliki bukti sebagai alasan berpisah," ucap Galang.
Sheila tentu saja tak terima di salahkan. Dia lalu menjawab dengan suara yang cukup keras.
Sheila memandang Galang dengan mata yang penuh kemarahan. "Kamu tidak bisa menyalahkan aku untuk ini," kata Sheila dengan suara yang keras. "Kamu juga sama-sama bersalah, sama-sama menikmati perselingkuhan kita."
Galang memandang Sheila dengan sorot mata yang tajam. "Sheila, kamu yang kegatalan," kata Galang dengan suara yang sinis. "Kamu yang tidak bisa menahan diri, yang tidak bisa menjaga rahasia."
Sheila merasa di tampar oleh kata-kata Galang. Dia tidak bisa memahami mengapa Galang sekarang berubah. Saat mereka belum ketahuan, pria itu selalu bersikap manis. "Kamu tidak bisa menyalahkan aku untuk ini," kata Sheila dengan suara yang penuh kemarahan. "Kita sama-sama bersalah, sama-sama menikmati perselingkuhan kita. Jangan mencoba untuk menyalahkan aku saja. Jika kamu tak menyambutnya, atau menolak, pasti aku tak akan menahan diri."
Galang memandang Sheila dengan mata yang dingin. "Sudahlah Sheila, kau ataupun aku, tidak perlu menyalahkan siapa pun," kata Galang dengan suara yang sinis. "Hanya saja, semua terlalu cepat ketahuan. Aku belum mempersiapkan segalanya. Aku belum memindahkan harta atas namaku. Belum juga mengambil uang perusahaan untuk dipindahkan ke rekeningku."
"Kau saja yang terlalu percaya diri, kau yakin jika Adara tidak akan curiga dengan hubungan kita. Aku sudah sering mengingatkan agar kau mengambil alih semuanya. Tapi kau selalu menunda. Lihatlah sekarang, apa yang kau dapat. Tidak ada. Nol besar ... Zonk!"
Galang sepertinya setuju dengan ucapan Sheila. Dia tampak termenung. Sesekali menarik napas dalam.
"Apa yang harus kita lakukan? Aku tak menyangka jika Adara begitu berpengaruh dan sangat pintar. Dia telah menghubungi seluruh rekan bisnis, agar tak mau bekerja sama lagi denganku. Dia telah mengatakan pada semua perusahaan jika saat ini semua bisnis atau kerjasama yang kami jalankan beralih padanya. Bukan aku lagi sebagai pimpinan."
"Satu-satunya cara ada padamu," ucap Sheila.
"Maksudnya ...?" tanya Galang dengan penasaran.
"Kau harus bisa menggagalkan perceraian'mu. Aku akan bujuk Darren dan menghasutnya agar tak percaya dengan Dara," ujar Sheila.
Good Andara jangan mau di injak 2 sama nenek gombel Sheila
kl mau pngsan,slakan aja....drpd mkin malu....😝😝😝