Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah ...!
Lareyna mondar-mandir di dalam kamar menunggu kepulangan Ayden. Dia sudah sangat penasaran karena tadi dia tidak mendapatkan penjelasan apapun dari Cassandra sebab sepupu Ayden itu mendapatkan telepon penting dari perusahaan tempat dia bekerja.
"Mengapa Ayden pulangnya lama sekali? Aku sudah menunggunya selama tiga jam!"
Lelah mondar-mandir, Lareyna menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, duduk sambil menyilangkan kakinya dengan satu tangan menopang dagu.
Sudah sejak tadi dia mencoba mengingat tentang secuil saja identitas Ayden tetapi dia tidak mendapatkan ingatan tersebut. Dari awal dia mengenal Ayden sampai lelaki itu meledak di dalam mobil, Lareyna sama sekali tidak tahu suaminya itu memiliki keluarga yang lainnya.
"Mengapa aku nggak bertanya pada Ayah? Aku harus mengunjungi Ayah. Pasti Ayah tahu sesuatu," ucap Lareyna kemudian dia bersiap untuk mengunjungi rumah Jonathan.
—00—
Netra hitam sekelam malam itu menatap tajam seakan ingin menerkam sosok yang ada di hadapannya. Wajahnya tampak suram, sesekali dia mengepalkan tangannya, ingin marah tetapi tidak bisa marah.
Begitu pula sosok yang sedang tertunduk di hadapannya. Dia hanya bisa menggigit bibirnya karena sepertinya untuk menghindar pun sudah tidak ada kesempatan lagi.
"Aku menyerah Ayden. Aku nggak bilang semuanya, aku hanya nggak mau dia melukaimu. Aku lihat dia bersungguh-sungguh padamu, aku hanya nggak mau kamu salah mencintai seseorang."
"Tapi aku nggak mau kamu bicara hal terlalu jauh pada Lareyna. Cukup kisah itu ditutup saja, nggak perlu menceritakan tentang masa lalu. Aku sudah melepaskan semuanya, sejak awal, sejak aku lahir, aku nggak pernah merasa memiliki semua itu. Aku sudah bahagia dengan hidupku, Casy."
Cassandra mendengus. "Tapi aku beserta ayah ibuku nggak pernah ikhlas untuk semua ini. Kamu nggak tahu bagaimana kedua orang tua itu selalu merasa bersalah terhadapmu."
Ayden menggertakkan giginya. "Ini semua bukan salah Paman dan Bibi. Ibuku yang bodoh, aku juga nggak pernah mengharapkan apapun. Sampaikan pada Paman dan Bibi untuk berhenti memikirkan nasibku. Aku sudah memiliki pekerjaan dan aku mendapatkan istri yang aku inginkan."
Ayden berkata lagi, "Kalian berhentilah memikirkan keadaanku. Kamu bahkan melihatku baik-baik saja. Sebaiknya Paman dan Bibi memikirkan kapan kau akan menikah."
Cassandra mencebikkan bibirnya. "Apa itu menikah? Aku sama sekali nggak tertarik dengan pernikahan!"
Ayden tertawa. "Hati-hati dengan bicaramu, Casy. Jangan sampai kelak kamu jatuh cinta pada seorang pria dan aku akan menjadi yang paling keras menertawakanmu. Ah ya satu lagi, jangan pernah bicarakan apapun lagi tentangku pada Lareyna. Kau tahu aku nggak pernah ingin membahasnya."
—00—
Jonathan merentangkan tangannya menyambut kedatangan putri semata wayangnya itu. Dia melirik mencari sosok Ayden tetapi Lareyna justru tidak datang bersama suaminya itu.
"Ayah mencari siapa? Aku ada di hadapanmu," tanya Lareyna sembari memasang wajah cemberut.
Jonathan tertawa lalu dia menepuk ruang kosong di sampingnya. Lareyna langsung duduk di samping ayahnya lalu merebahkan kepalanya di bahu ayahnya.
"Kamu nggak datang bersama suamimu?"
Lareyna menggeleng. "Ayden belum pulang. Ayah, bagaimana Ayah bisa mengenal Ayden. Maksudku, di mana Ayah menemukan Ayden?"
Jonathan mengernyit. Dia paham dengan pertanyaan Lareyna tetapi dia sendiri merasa heran mengapa Lareyna tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Ah, dia juga masih penasaran mengapa putrinya ini tiba-tiba menyukai Ayden. Dia bahkan mendapatkan laporan jika putrinya ini sudah dua kali mengunjungi kantor di mana Ayden bekerja.
Bukan hanya itu, dia juga mendapat kabar kalau Lareyna membuat surat perjanjian cerai dan Ayden sudah menandatanganinya.
Awalnya Jonathan terkejut akan informasi dari pengacara Kaito, yang lebih tidak bisa dipercaya lagi adalah Ayden yang menandatangani surat perjanjian itu.
"Ayah, jawab dulu pertanyaanku," ucap Lareyna sembari menarik kepalanya yang tadi bersandar di bahu ayahnya.
"Dibandingkan menjawab pertanyaanmu itu, Ayah lebih tertarik ingin membahas mengapa kamu membuat surat perjanjian cerai?"
Lareyna terbelalak. Dia bahkan lupa lagi jika hari ini dia seharusnya pergi menemui pengacara untuk melenyapkan surat perjanjian tersebut.
Di kehidupan sebelumnya Lareyna ingat ayahnya yang mendapati surat perjanjian cerai itu langsung memanggilnya bersama Ayden lalu menghancurkan surat itu hingga Lareyna memekik saking kesalnya.
"Ayah tadinya marah, tetapi Ayah justru terdiam saat tahu Ayden ternyata setuju. Ada apa dengan kalian? Apa kamu hanya berpura-pura menyukai Ayden? Ayah melihat kesungguhan dari matanya, dia menyayangimu tulus. Mengapa kamu ingin berpisah?"
Lareyna menggeleng. "Aku nggak sengaja membuatnya. Aku dan Ayden juga akan membatalkan surat perjanjian itu, Ayah. Aku nggak mau kehilangan Ayden. Aku mencintainya."
Jonathan menghela napas pelan kemudian dia menepuk-nepuk tangan Lareyna yang berada di atas pangkuannya.
"Kamu tahu Reyna, di saat Ayden datang dan memintamu untuk menjadi istrinya kepada ayah, saat itulah ayah benar-benar merasa bisa melepaskan putri ayah satu-satunya pada seorang pria. Kamu nggak pernah tahu seperti apa cara Ayden memintamu kepada ayah sehingga ayah dengan begitu mudahnya berkata iya. Saat itu kamu marah setelah Ayah mengatakan bahwa kamu akan dinikahi oleh Ayden tanpa mau tahu seperti apa lelaki pilihan ayah itu."
Mata Jonathan tampak berkaca-kaca. Dia kemudian berkata lagi, "Percayalah, kamu nggak akan pernah menemukan lelaki setulus Ayden. Kamu beruntung bisa bersamanya. Dia adalah lelaki sederhana dan pekerja keras. Dia tegas tetapi hatinya begitu lembut. Percayalah, dia memiliki hati yang luas yang hanya akan dia berikan padamu."
"Ayah ...", isak lirih Lareyna.
Jonathan tersenyum lalu dia mengusap rambut putrinya dengan lembut. "Kamu nggak akan menemukan lagi pria seperti Ayden di dunia ini. Jangan sampai kamu menyesal karena terlambat menyadarinya."
Lareyna menggigit bibirnya. Dalam hati dia berkata, "Aku sudah pernah menyesalinya Ayah. Ayah benar, dia lelaki terbaik, aku nggak akan menyia-nyiakannya."